Diare, Salah Satu Gejala Covid-19 di Saluran Pencernaan
Virus penyebab COVID-19, yaitu SARS-CoV-2, masih belum bisa ditaklukkan. Di Indonesia, orang yang terinfeksi masih terus meningkat, meskipun di beberapa negara lain sudah menunjukkan tren penurunan.
Pada sebagian orang yang terinfeksi COVID-19 , gejala yang ditunjukkan berupa gangguan di saluran pernapasan berupa batuk dan sesak napas. Ini adalah gejala paling sering dialami. Ternyata, penyakit ini tidak hanya menyerang organ pernasapan Geng Sehat! Ada sebagian dari yang tertular justru mengalami gangguan perncernaan. Apa saja gejala COVID-19 di saluran pencernaan?
Baca juga: Waspadai Gejala Covid-19 di Kulit
Gejala Covid-19 di Saluran Pencernaaan
Meskipun gangguan saluran pernapasan adalah gejala yang paling sering dilaporkan pada COVID-19, data yang muncul menunjukkan bahwa saluran pencernaan dan hati mungkin juga terpengaruh oleh SARS-CoV-2.
Kondisi ini karena reseptor ACE 2, atau tempat menempel utama SARS-CoV-2, juga ditemukan di sel-sel epitel saluran cerna dan sel hati. Dalam penelitian yang dipublikasikan di The Lancet Gastroenterology & Hepatology, dari 6.686 pasien dengan COVID-19, sebanyak 15% mengalami gejala di saluran pencernaan. Gejala yang paling umum adalah mual atau muntah, dan diare.
Apakah gejala Covid-19 di saluran pencernaan ini disertai gejala di saluran pernapasan? Ternyata tidak selalu. Artinya, tidak ada batuk atau sesak napas, hanya mual, muntah dan diare saja. Ada sekitar 10% pasien yang hanya menunjukkan gejala gastrointestinal tanpa gejala di saluran pernapasan.
Karena tidak menyangka bahwa gejala di saluran pencernaan disebabkan Covid-19, kebanyakan pasien terlambat menjalani pemeriksaan.
Baca juga: Batuk dan Sakit Tenggorokan, Apakah Selalu Gejala Coronavirus?
Kapan Gejala Muncul?
Gejala Covid-19 di saluran penceraan umumnya terjadi 4-5 hari setelah terinfeksi. Namun, ada pula yang baru merasakan gejala di hari ke-20. Dalam penelitian, kelompok pasien yang menunjukkan gejala di saluran pencernaan mengalami diare dengan durasi rata-rata lebih dari 5 hari.
Frekuensi diare sekitar empat kali buang air besar per hari. Sebagian pasien juga merasakan demam, namun ada 40% yang tidak mengalami demam.
Oleh karena itu, para ahli dan peneliti menyarankan semua orang untuk melakukan tes jika mengalami gejala di saluran pencernaan. Hal ini bertujuan untuk diagnosis dini dan perawatan yang tepat meskipun pasien tidak menunjukkan gejala pernapasan.
Deteksi dini Covid-19 sangat penting mengingat cepatnya penularan dari manusia ke manusia terutama yang melakukan kontak erat. Karena menyerang saluran pencernaan, maka penularan juga bisa melalui feses.
Baca juga: Mencegah Penularan Virus Corona Bisa dengan Alat Perlindungan Lain
Gejala COVID-19 Lainnya
Selain gejala di saluran pencernaa, beberapa laporan penelitian juga menyatakan bahwa pasien yang positif SARS CoV 2 juga mengalami salah satu gangguan antara penciuman atau pengecap, atau keduanya.
Beberapa testimoni pasien juga menceritakan bahwa mereka sama sekali tidak bisa mencium bau, meskipun parfum yang menyengat, sebelum akirnya didiagnosis Covid-19.
Infeksi virus memang bisa menyebabkan gangguan mengecap dan mencium bau. Virus penyebab Covid-19 menyerang lapisan di dalam hidung dan menyebabkan radang sehingga terjadi gangguan penyerapan bau, sama seperti radang lainnya.
Selain itu virus menyerang sel yang dapat menangkap bau, sehingga tidak ada informasi bau yang dikirim ke otak. Virus dicurigai dapat menembus lapisan pelindung otak sehingga mencapai bagian otak yang berfungsi memproses informasi bau.
Referensi:
Thelancet.com. Implications of gastrointestinal manifestations of COVID-19
Medpagetoday.com. Some COVID-19 Patients Present With GI Symptoms Only
-
# Diare
-
# Saluran Cerna
-
# Coronavirus