Uliya Helmi Ali
07 Juni 2020
pixabay.com

Ini 4 Kandidat Obat COVID-19!

Informasi kesehatan ditinjau dan diedit oleh
dr. dr. William

 

Sejauh ini ilmuwan dan ahli medis masih berusaha menemukan obat untuk virus corona atau COVID-19. Dari beberapa penelitian terkait pengobatan COVID-19, ada beberapa yang penemuan yang paling diantisipasi.

 

Obat-obat ini tengah dikembangkan dan diteliti keampuhannya untuk mengobati COVID-19. Berikut kandidat obat COVID-19 yang perlu Geng Sehat ketahui!

 

Baca juga: Ketua PDPI: Klorokuin Masih Digunakan untuk Pasien Covid-19 di Indonesia
 

4 Kandidat Obat COVID-19

Ilmuwan dan ahli dunia tengah melakukan pengembangan dan penelitian lebih jauh terhadap sejumlah kandidat obat COVID-19 ini:

 

1. Obat dari Senyawa 11a dan 11b

Ilmuwan di China menemukan kandidat obat COVID-19 baru. Obat ini diharapkan bisa melawan virus penyebab COVID-19, yaitu SARS-CoV-2. Awalnya, ilmuwan meneliti protease atau enzim dari virus SARS-CoV-2. Tanpa protease ini, virus penyebab COVID-19 tersebut tidak bisa bertahan hidup. 

 

Ilmuwan menggunakan dua senyawa, yang mereka sebut 11a dan 11b, untuk menghalangi kerja protease tersebut. Kemudian, mereka mengamati efek antivirus dari kedua senyawa tersebut. Ilmuwan menemukan bahwa kedua senyawa tersebut bisa melawan infeksinya. 

 

Kelompok ilmuwan di China ini melakukan percobaan obat ini terhadap tikus. Mereka menemukan bahwa obatnya bisa dimasukkan ke tubuh tikus secara aman dengan beberapa cara, termasuk lewat cairan infus. 

 

Dari penelitian terhadap hewan, ilmuwan menemukan bahwa di antara kedua senyawa tersebut, 11a memiliki tingkat racun yang lebih rendah ketimbang 11b. Akhirnya, ilmuwan memutuskan untuk fokus melanjutkan penelitian dan pengembangan terhadap senyawa 11a. 

 

2. Kombinasi 3 Obat

Ilmuwan lain juga menemukan bahwa kombinasi 3 obat berpotensi mengobati COVID-19, khususnya untuk kasus ringan hingga sedang. Kombinasi 3 obat tersebut di antaranya:

  • Interferon beta-1b
  • Lopinavir-ritonavir (obat HIV)
  • Ribavirin (obat hepatitis C oral)

 

Selama percobaan pengobatan selama 14 hari, ilmuwan memberikan grup A, terdiri dari 86 pasien, 400 miligram lopinavir, 100 miligram ritonavir, dan 400 miligram ribavirin diberikan setiap 12 jam. Pasien juga diberikan tiga dosis 8 juta unit internasional interferon beta-1b secara alternate-day (berselang-seling).

 

Sementara itu, grup B yang terdiri dari 41 pasien, hanya diberikan kombinasi obat lopinavir 400 miligram dan ritonavir 100 miligram setiap 12 jam. Ditemukan bahwa kadar virus dalam pasien di grup A mengalami penurunan yang cukup signifikan setelah 7 hari. Sementara itu, pasien di grup B baru mengalami penurunan jumlah virus yang signifikan selama 12 hari.

 

Ilmuwan juga menemukan bahwa pasien-pasien yang terlibat tidak mengalami efek samping yang serius. Dari penelitian ini, ahli menarik kesimpulan bahwa obat interferon beta 1-b kemungkinan besar merupakan kunci utama dari keberhasilan pengobatan kombinasi 3 obat COVID-19 ini.

 

Baca juga: Cara Melindungi Lansia Selama Pandemi Covid-19
 

3. Remdesivir

Beberapa ahli juga meyakini bahwa remdesivir juga merupakan salah satu kandidat obat COVID-19. Remdesivir adalah obat untuk mengobati penyakit ebola. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa remdesivir memiliki potensi mempunyai efek melawan virus yang menyebabkan COVID-19.

 

Namun, beberapa bukti dari sejumlah penelitian terkini menunjukkan hasil yang beragam. Satu penelitian yang dipublikasikan WHO menunjukkan bahwa obat ini tidak memiliki manfaat yang signifikan terhadap COVID-19.  Namun, ada pula penelitian lain yang menunjukkan manfaat remdesivir dalam mempercepat penyembuhan COVID-19. 

 

Karena hasil penelitian terkait remdesivir yang masih berbeda-beda, efek obat ini masih diteliti lebih jauh. Saat ini, remdesivir menerima mendapatkan izin penggunaan darurat dari FDA (United States Food and Drug Administration) untuk mengobati COVID-19 di Amerika Serikat. Namun, beberapa ahli menyarankan agar dokter menggunakan remdesivir secara hati-hati, karena obat ini bukan obat yang bisa menyembuhkan COVID-19.

 

4. Penggunaan Antibodi

Sekelompok ilmuwan dunia menemukan antibodi baru yang berpotensi menjadi kandidat obat COVID-19. Antibodi ini mencegah virus SARS-CoV-2 menginfeksi sel-sel tubuh yang sehat. Cara kerja antibodi ini adalah menyerang protein yang ada di permukaan virus. Protein ini membantu virus tersebut menembus sel-sel sehat. 

 

Biasanya, ahli menemukan antibodi dari dalam hewan, kemudian dibuat sedemikian rupa agar bisa efektif pada manusia. Namun, antibodi yang digunakan untuk mengobati COVID-19 ini berasal dari manusia. Dengan begitu, antibodi ini diharapkan bisa berkembang dan bereaksi lebih cepat, serta memiliki risiko efek samping yang lebih rendah.

 

Menurut ilmuwan, antibodi ini bisa menetralisasi virus SARS-CoV-2 di dalam sel-sel yang sudah terinfeksi. Namun, masih dibutuhkan lebih banyak penelitian untuk mengonfirmasi efek antibodi ini pada penyembuhan COVID-19.

 

 

Baca juga: Waspada Penyakit Misterius Terkait Covid-19, Sindroma Inflamasi Multisistem pada Anak!
 

Keempat obat di atas masih berada dalam proses pengembangan dan penelitian terkait efeknya terhadap COVID-19. Ahli dan ilmuwan berharap akan ditemukan obat yang khusus dan ampuh untuk mengobati COVID-19. Sejauh ini, dokter menggunakan beberapa obat untuk mengontrol dan mengatasi gejala-gejala COVID-19.

 

Di Indonesia sendiri, dokter menggunakan obat-obat sesuai dengan yang tertera di "Protokol Tatalaksana COVID-19" yang dikeluarkan oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). Contoh salah satu obat utama yang digunakan dalam pengobatan COVID-19 di Indonesia adalah klorokuin.(UH)

 

 

Sumber:

  • # Obat
  • # Coronavirus