Persalinan Induksi: Alasan, Prosedur, Risiko & Hasil
Persalinan normal berjalan secara alamiah, mengandalkan pergerakan, respons, dan reaksi tubuh saat itu. Proses pembukaan berjalan bertahap. Tim medis hanya bersifat memantau dan membantu dari luar saja. Jika tidak ada pergerakan atau kemajuan berarti dalam waktu tertentu, mungkin induksi persalinan dibutuhkan.
Namun, induksi persalinan tidak serta merta dilakukan. Ada berbagai alasan, pertimbangan, termasuk tahapan dan tujuannya. Hal ini penting untuk memastikan seberapa urgent induksi persalinan dilakukan. Sebab ia bukan tanpa risiko. Sekecil apa pun intervensi medis pada proses persalinan normal, tetap harus sesuai standar kesehatan dan keamanan.
Alasan Induksi Persalinan Dilakukan
Induksi persalinan merupakan prosedur intervensi medis yang bertujuan merangsang rahim agar berkontraksi sebelum persalinan dimulai dengan sendirinya. Tindakan ini dilakukan untuk melahirkan secara normal melalui vagina.
Tahukah Mums, alasan utama dilakukannya induksi persalinan adalah jika ada kekhawatiran terhadap kesehatan ibu dan bayi selama proses persalinan tersebut. Biasanya ketika tidak ada kemajuan berarti dalam pembukaan, sementara waktu tunggunya sudah relatif lama.
Ada beberapa kondisi yang membutukan induksi persalinan, seperti :
1. Lewat waktu
Jika tidak ada tanda-tanda kontraksi atau persalinan belum dimulai 1-2 minggu setelah HPL. Induksi persalinan mungkin dilakukan sekitar usia kehamilan 42 minggu.
2. Komplikasi kehamilan
Induksi kehamilan dilakukan jika pasien mengidap salah satu dari beberapa komplikasi kehamilan, misalnya tekanan darah tinggi, penyakit ginjal, penyakit jantung, obesitas, diabetes gestasional. Maupun masalah plasenta, atau cairan ketuban bermasalah. Baik terlalu sedikit maupun adanya infeksi.
3. Ketuban pecah
Jika air ketuban pecah tapi kontraksi belum mulai dalam 24 jam, dokter mungkin akan mengambil keputusan untuk dilakukan induksi persalinan.
4. Jarak rumah ke rumah sakit jauh
Di luar faktor medis, induksi persalinan bisa saja dilakukan, karena mempertimbangkan risiko tidak sempat sampai ke rumah sakit karena lokasinya terlalu jauh. Khususnya pada persalinan cepat. Ini disebut elective induction, biasanya dijadwalkan di tempat bersalin. Yang pasti tidak lebih awal dari 39 minggu usia kehamilan.
Prosedur Induksi Pesalinan
Induksi persalinan yang dilakukan pada setiap individu bisa berbeda tergantung kondisinya. Pun tidak semua tahapan induksi persalinan dilakukan. Berikut ini tahapan induksi persalinan :
1. Pematangan serviks
Dilakukan jika serviks belum melunak, menipis, atau membuka. Umumnya menggunakan hormon prostaglandin. Alternatifnya menggunakan alat mekanis seperti kateter balon. Untuk ibu dengan riwayat operasi Caesar, prostaglandin mungkin tidak diberikan demi menghindari risiko robeknya rahim.
2. Stripping membran
Dokter menggeser jari di antara dinding rahim dan kantung ketuban untuk merangsang pelepasan prostaglandin. Tidak selalu nyaman bahkan kadang tanpa sengaja memecahkan ketuban.
3. Pecah ketuban buatan
Dilakukan dengan alat mirip jarum kait panjang untuk memecahkan ketuban jika serviks sudah membuka tapi ketuan belum pecah.
4. Pemberian Pitocin
Versi sintetis hormon oksitosin ini diberikan lewat infus untuk merangsang kontraksi. Biasanya muncul setelah 30 menit pemberiannya dan cenderung lebih kuat, sering, teratur dibanding persalinan alami. Banyak ibu memilih epidural saat Pitocin diberikan.
Risiko Induksi Persalinan yang Mungkin Terjadi
Sekecil apa pun intervensi medis pasti memiliki risiko. Termasuk dalam induksi persalinan ini, ada sejumlah risiko yang mungkin terjadi di antaranya kontraksi terlalu cepat memengaruhi detak jantung janin atau tali pusat. Dalam hal ini denyut jantung menurun akibat kontraksi terlalu sering atau tidak normal.
Robeknya rahim terjadi pada bekas luka operasi Caesar atau operasi rahim sebelumnya, peningkatan risiko operasi Caesar, Selain itu induksi persalinan bisa gagal bila setelah 24 jam atau lebih tanpa persalinan normal, mungkin perlu operasi Caesar.
Terjadinya infeksi pada ibu dan bayi juga mungkin terjadi terutama jika ketuban dipecahkan secara manual. Bahkan risiko lain dari induksi persalinan ini terjadinya perdarahan pasca persalinan akibat otot rahim tidak berkontraksi dengan baik.
Mums, itulah prosedur hingga risiko induksi persalinan yang mungkin menjadi pilihan pada kondisi tertentu. Induksi persalinan merupakan keputusan besar, karena itu diskusikan masalah ini bersama tim medis untuk mengambil langkah terbaik demi keselamatan ibu dan bayi. Dan apa pun keputusan yang diambil, harus sesuai kesepakatan bersama tanpa mengabaikan prosedur medis yang berlaku.
Induksi persalinan bisa menjadi solusi di tengah masalah yang dihadapi di situasi yang cukup menegangkan ini. Untuk Mums yang ingin tahu lebih jauh seputar persalinan secara umum, Mums bisa bertanya langsung secara online di aplikasi Teman Bumil dengan para pakar yang kompeten di bidangnya.
Referensi :
Mayoclinic. labor-and-delivery
Whattoexpect. labor-induction
-
# Persalinan
-
# Induksi Persalinan