Amanda Sagarmatha
05 Desember 2021
shutterstock

Penyebab dan Gejala Disleksia pada Anak

Disleksia adalah gangguan belajar yang menghambat kemampuan baca, tulis, mengeja, dan berbicara. Gangguan ini sering dijumpai sejak anak-anak. Disleksia sendiri bisa dialami oleh semua anak dan tidak dipengaruhi oleh tingkat kecerdasan anak.

 

Beberapa anak dapat didiagnosis disleksia sejak dini, tetapi ada pula yang terlambat didiagnosis hingga mereka sudah lebih besar. Anak dengan disleksia memiliki kemampuan yang sama dengan anak-anak normal, tetapi ia lebih banyak membutuhkan usaha dan waktu untuk dapat memahami dan membaca daripada anak normal.

 

Baca juga: Ayo, Pelajari 12 Arti Bahasa Tubuh Ini!

 

Apa yang Menyebabkan Disleksia pada Anak?

Hingga saat ini, penyebab disleksia pada masih belum dapat diketahui secara pasti selain akibat genetik. Jika Mums dan Dads memiliki orang tua, saudara, atau sepupu yang mengalaminya, kemungkinan Mums atau Dads akan memiliki kesempatan yang sama, lalu menurunkannya kepada anak, seperti dilansir dari Web MD.

 

Disleksia berawal dari perbedaan bagian otak yang mengolah bahasa. Pemindahan gambar pada otak yang menderita disleksia menunjukkan bahwa area otak yang seharusnya aktif saat seseorang membaca tidak dapat bekerja dengan baik.

 

Ketika seorang anak membaca, pertama-tama ia belajar bagaimana melafalkan huruf tersebut, seperti “B” dibaca “Be” dan “M” dibaca “em”. Kemudian, anak akan membentuk huruf menjadi sebuah kata, misalnya “B-U-R-U-N-G”. Setelah itu, ia akan belajar makna dari kata tersebut, misalnya burung adalah hewan yang bisa terbang.

 

Bagi anak yang mengalami disleksia, otak sulit menghubungkan huruf dengan suara yang mereka buat menjadi kata-kata. Percampuran itu membuat belajar membaca menjadi proses yang sulit dan lamban.

 

Disleksia berbeda-beda pada setiap orang. Beberapa anak dengan disleksia ringan hanya mengalami sedikit kesulitan. Bahkan, mereka masih bisa lulus sekolah dan beraktivitas seperti orang-orang kebanyakan.

 

Baca juga: OCD, Gangguan Psikologis Berawal dari Kecemasan


Gejala Disleksia pada Anak

Gejala disleksia pada anak berbeda-beda. Gangguan ini umumnya sulit dideteksi bila anak belum memasuki usia sekolah. Pada balita, disleksia dapat diketahui dengan gejala-gejala seperti berikut:

  • Perkembangan bicara yang lamban daripada anak lainnya.

  • Membutuhkan waktu lama untuk belajar kata baru.

  • Kesulitan mengungkapkan perasaannya dalam kata-kata atau kesulitan menyusun kata dengan benar.

  • Kurang memahami kata-kata yang memiliki rima, seperti ‘putri menari sendiri’.

  •  

    Gejala ini akan lebih jelas terlihat pada anak yang memasuki usia sekolah dan mulai belajar membaca dan menulis. Anak akan mengalami beberapa hambatan seperti:

    • Lamban dalam memproses dan memahami apa yang didengarnya.

  • Sering salah atau terlalu lambat dalam membaca.

  • Lamban saat menulis dan tulisannya tidak rapi.

  • Kesulitan mengatur urutan, misalnya abjad atau nama hari.

  • Lamban atau kesulitan mempelajari nama dan bunyi abjad.

  • Kesulitan mengeja huruf ‘d’ dan ‘b’ serta sering tertukar ‘6’ menjadi ‘9’ atau sebaliknya.

  • Kesulitan mengucap kata yang baru didengar.

  •  

    Karena sulit dikenali maupun dibedakan, terkadang gejala disleksia baru disadari ketika si Kecil memasuki usia remaja hingga dewasa. Gejalanya berupa:

    • Cenderung menghindari kegiatan membaca dan menulis.

  • Kesulitan menyalin catatan atau karya ilmiah.

  • Bermasalah dalam mengekspresikan sesuatu melalui tulisan atau meringkas suatu cerita.

  • Kesulitan dalam mengatur waktu, misalnya tenggat waktu tugas.

  •  

    Menangani Disleksia pada Anak

    Disleksia adalah salah satu gangguan yang tidak dapat disembuhkan. Namun, penanganan sejak dini terbukti sangat efektif dalam meningkatkan kemampuan pendengarnya, khususnya membaca. Salah satu bentuk bantuan yang dapat menangani penyakit disleksia adalah dengan bantuan edukasi khusus. Penentuan jenis edukasi yang cocok tergantung pada tingkat disleksia yang dialami.

     

    Bagi anak-anak, pendekatan yang cocok adalah dengan meningkatkan kemampuan fonologi, yaitu meningkatkan kemampuan membaca dan tulis yang disebut dengan fonik. Selain itu, orang tua memiliki peran penting dalam edukasi yang diberikan kepada anak.

     

    Karena orang tua adalah anggota keluarga yang paling dekat dengan anak, dianjurkan untuk membacakan buku anak-anak, membuat membaca adalah hal yang menyenangkan, bekerja sama dengan sekolah untuk membantu anak agar lebih cepat dalam belajar, serta jangan mengolok-oloknya ketika tidak bisa atau kesulitan.

     

    Peran orang tua sangat penting dalam tumbuh kembang seorang anak. Jika anak mengalami kesulitan dalam membaca dan mengucapkan kata-kata, sebaiknya orang tua harus lebih peka terhadap hal tersebut. (GS/AS)



    • # Anak
    • # Kesehatan anak
    • # Kelainan bawaan pada otak anak (Cerebral Palsy atau CP)
    • # TBN Tumbuh Kembang
    • # Bayi & Balita
    • # TBN 4 Tahun