Ana Yuliastanti
17 Oktober 2025
Teman Bumil

Kemenkes Luncurkan PENARI: Sepekan Mengejar Imunisasi

Setiap tahunnya, imunisasi membantu mencegah antara 3,5 juta hingga 5 juta kematian global akibat penyakit-penyakit berbahaya seperti difteri, tetanus, batuk rejan (pertusis), influenza, dan campak.


Berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan inovasi di bidang kesehatan, imunisasi telah menjadi salah satu intervensi paling berhasil dalam sejarah kesehatan masyarakat. Sejak 1974, program imunisasi global telah menyelamatkan sekitar 154 juta jiwa dari berbagai penyakit menular melalui upaya imunisasi rutin dan kampanye imunisasi massal.


Sebagai bagian dari upaya memperkuat kesadaran publik terhadap pentingnya imunisasi, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, didukung oleh PT Takeda Innovative Medicines, menyelenggarakan kegiatan Edukasi Media bertajuk “Sukseskan Sepekan Mengejar Imunisasi (PENARI): Selamatkan Nyawa dari Penyakit Berbahaya”, hari Rabu (15/10) di Jakarta.

Baca juga: IDAI Serukan Lengkapi Imunisasi Sesuai Jadwal untuk Lindungi Masa Depan Anak



Apa itu PENARI?

PENARI (Sepekan Mengejar Imunisasi) adalah inisiatif Kementerian Kesehatan yang diselenggarakan di seluruh wilayah di Indonesia untuk “mengejar” anak-anak yang belum menerima imunisasi sesuai jadwal. Kegiatan ini juga mendorong partisipasi media dan mitra strategis dalam edukasi publik agar pemahaman dan kepercayaan masyarakat terhadap imunisasi meningkat.


dr. Prima Yosephine, M.K.M., Direktur Imunisasi, Kementerian Kesehatan RI, menegaskan bahwa imunisasi memiliki peran sentral dalam upaya Indonesia memberantas penyakit mematikan dan menurunkan angka kesakitan serta kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).


“Selama beberapa dekade terakhir, Indonesia telah mencatat berbagai capaian penting dalam bidang imunisasi. Melalui pelaksanaan program imunisasi rutin nasional, kita berhasil menurunkan secara signifikan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit seperti difteri, tetanus, campak, rubella, hepatitis B, dan polio. Indonesia bahkan telah bebas polio sejak 2014 dan berhasil menurunkan lebih dari 90% kasus campak dalam dua dekade terakhir berkat perluasan cakupan imunisasi di seluruh daerah,” ujar dr. Prima.


Untuk menjaga capaian tersebut, sekaligus memastikan tidak ada anak yang tertinggal, Kementerian Kesehatan melaksanakan Sepekan Mengejar Imunisasi (PENARI) sebagai upaya percepatan dan penjangkauan anak-anak yang belum pernah diimunisasi atau belum lengkap imunisasinya.


“Melalui PENARI, kami mendorong keluarga untuk memeriksa status imunisasi anak dan melengkapinya sesuai jadwal. Bagi para orang tua, tidak ada kata terlambat untuk imunisasi jadi pastikan anak-anak mendapatkan imunisasi lengkap sesuai jadwal agar mereka terlindungi sejak dini,” tegas dr. Prima.


Jangan Percaya Mitos Imunisasi

Prof. Dr. dr. Hartono Gunardi, Sp.A(K), Ketua Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), menegaskan bahwa imunisasi berperan penting dalam menyelamatkan nyawa dan membantu tubuh membentuk kekebalan terhadap berbagai penyakit.


“Imunisasi merupakan langkah pencegahan yang sangat efektif. Melalui imunisasi, tubuh kita dilatih untuk mengenali, membentuk zat kekebalan untuk melawan penyakit dengan lebih cepat. Bagi anak, imunisasi menjadi hal yang sangat penting karena sistem kekebalan mereka masih berkembang. Dengan imunisasi rutin lengkap, anak akan memiliki perlindungan lebih baik terhadap penyakit seperti campak, difteri, pertusis, polio, radang paru (pneumonia), diare dan lain sebagainya,” jelas Prof. Hartono.



Imunisasi juga berperan dalam mengurangi risiko terjadi stunting pada anak, meningkatkan perkembangan anak. Karena anak yang lengkap imunisasinya memperlihatkan pertumbuhan dan perkembangan yang lebih baik dibandingkan anak yang tidak atau tidak lengkap imunisasinya.


Ia juga meluruskan sejumlah miskonsepsi yang masih beredar di masyarakat. Berikut beberapa di antaranya:


1. Imunisasi mengandung bahan berbahaya

“Ada yang beranggapan imunisasi mengandung bahan berbahaya, padahal vaksin dibuat sesuai dengan persyaratan yang ketat,” jelas Prof. Hartono.

Menurut Prof. Hartono, semua vaksin yang digunakan di Indonesia telah melalui proses uji klinis dan penilaian Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) untuk memastikan mutu, efikasi, dan profil keamanannya. Dengan informasi yang benar, masyarakat diharapkan makin memahami dan percaya tentang pentingnya imunisasi dan aktif berpartisipasi dalam program imunisasi untuk mewujudkan anak-anak yang sehat dengan tumbuh kembang optimal.



2. Imunisasi menyebabkan demam

Ada pula yang ragu tentang imunisasi karena kadang menimbulkan demam. Padahal demam setelah imunisasi itu pada umumnya ringan dan sementara.


3. Imunisasi menyebabkan banyak efek samping

Imunisasi bermanfaat dalam pencegahan penyakit yang berbahaya dan menurunkan risiko sakit berat, kecacatan bahkan kematian jauh lebih besar, daripada risiko terjadinya efek samping yang ringan dan sementara. “Imunisasi tidak memberikan perlindungan 100 persen, tetapi membantu mengurangi risiko keparahan bila terinfeksi,” tegas Prof. Hartono.



Sebagai mitra dalam kegiatan ini, Andreas Gutknecht, Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, menyatakan, imunisasi merupakan salah satu intervensi kesehatan paling berdampak dalam sejarah. Upaya ini telah menyelamatkan jutaan jiwa dan menjadi fondasi bagi masyarakat yang lebih sehat dan tangguh.


“Kami mengapresiasi kepemimpinan Kementerian Kesehatan dalam memastikan imunisasi tetap menjadi prioritas nasional dan terus memperluas akses bagi masyarakat di seluruh Indonesia,” jelas Andreas. (AY)

  • # Imunisasi
  • # Vaksinasi