Ana Yuliastanti
15 Maret 2022
Pexels

Anak Mudah Lelah dan Sering Sesak Napas? Waspada Hipertensi Paru

 

Hipertensi dikenal luas sebagai penyakit tekanan darah tinggi. Tetapi jika terjadi di pembuluh darah yang ada di paru, maka disebut hipertensi paru. Nah, penyakit ini ternyata bisa terjadi pada anak lho! Apa saja gejala yang harus diwaspadai?

 

Baca juga: Apa Perbedaan Hipertensi Paru dengan Hipertensi pada Umumnya?

 

Apa itu Hipertensi Paru?

Penyakit hipertensi hipertensi paru memang belum banyak diketahui atau didengar sebagian besar masyarakat. Hipertensi paru sendiri merupakan kelainan pada pembuluh darah paru-paru yang dapat menyebabkan komplikasi pada jantung dan saluran pernapasan.

 

Penderitanya sebenarnya sangat jarang, namun bagi yang mengalaminya akan memiliki kualitas hidup yang buruk bahkan fatal. Anak-anak bisa mengalaminya, karena penyakit hipertensi paru dapat dialami sejak usia dini.

 

Apa gejalanya? Dijelaskan dokter spesialis anak yang mendalami jantung anak, dari Rumah Sakit Adam Malik Medan, dr. Rizky Adriansyah, tidak ada gejala yang khas dari hipertensi paru pada anak, sehingga sering didiagnosis sebagai penyakit lain.

 

“Kalaupun ada gejala yang khas adalah mudah lelah dan sesak napas. Bisa juga ada gejala lain yaitu bengkak, jantung berdebar, nyeri dada, dan suara serak. Penyakit hipertensi paru ini memang gejalanya tidak ada yang khas sehingga jika orang tua mendapati salah satu gejala yang tidak biasa, sampaikan ke dokter agar bisa dilakukan pemeriksaan lebih lengkap,” Dr. Rizky dalam Pfizer Media Health Forum “Kenali Gejala Hipertensi Paru pada Anak dan Cara Penanganannya, 10 Maret 2022. 

 

Dr. Rizky melanjutkan, pemeriksaan untuk mendiagnosis hipertensi paru dimulai dari pemeriksaan fisik. Dokter akan mendengarkan suara jantung dan menghitung saturasi oksigen. Setelah itu pemerikaan rontgen untuk meihat gambaran jantung. Penderita biasanya memiliki jantung bengkak, dan jika diikuti pembuluh darah di paru melebar, maka kemungkinan hipertensi paru.

 

Tetapi pemeriksaan awal yang akurat sebenarnya pemeriksaan rekam jantung atau EKG. Pakar Kardiologi Anak dan Penyakit Jantung Bawaan Rumah Sakit Jantung Harapan Kita Jakarta, dr. Radityo Prakoso, Sp.JP(K), menambahkan, bila terdapat kecurigaan akan hipertensi paru, pemeriksaan utama untuk menegakkan diagnosis adalah dengan melakukan kateterisasi jantung kanan, dengan mengukur tekanan di arteri pulmonal dan jantung kanan anak. Pemeriksaan melalui kateter yang dimasukkan melalui pembuluh darah di paha yang diteruskan ke jantung.

 

 

Apakah Bisa Disembuhkan?

Menurut dr. Rozky, hipertensi paru dibagi 2, yakni yang kondisnya masih bisa disembuhkan dan yang sudah tidak bisa disembuhkan lagi. Pada kasus terakhir, penanganannya dengan pemberian obat untuk memperbaiki kualitas hidup.

 

Pencegahan dan penanganan penyakit hipertensi paru tidak mudah, apalagi di negara berkembang. Akibatnya, sering ditemukan bahwa penyakit hipertensi paru dengan kondisi yang buruk, dan angka kematian dan rawat ulang pasien tinggi.

 

Di Indonesia sendiri, obat-obatan tertentu yang telah tersedia dapat diberikan untuk membantu mengurangi hipertensi paru pada pasien anak, seperti golongan Prostasiklin, yaitu Beraprost, dan juga golongan Inhibitor Phosphodiesterase Type 5 (PDE5i), yaitu Sildenafil, yang telah disetujui Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) beberapa waktu lalu sebagai obat hipertensi paru.

 

Selain itu, terapi untuk mengatasi gejala sesak napas dengan pemberian oksigen serta terapi diuretik untuk membantu mengeluarkan kelebihan cairan di tubuh juga dapat membantu mengurangi gejala hipertensi paru.

 

Pengobatan tersebut diharapkan dapat memperlambat progresi penyakit atau bahkan mengembalikan fungsi jantung dan paru ke normalnya, meskipun hipertensi paru cenderung tidak dapat disembuhkan.

 

Pasien yang terdiagnosa hipertensi paru memerlukan pengobatan dalam jangka waktu yang lama bahkan seumur hidup, dengan rutin melakukan evaluasi tekanan arteri pulmonal berkala untuk menilai progresivitas penyakit dan menilai kecukupan dosis obat yang diberikan,” tambah dr. Radityo Prakoso.

 

 

 

 

  • # Kesehatan anak
  • # TBN Kesehatan
  • # Bayi & Balita
  • # TBN 1 Tahun