Apa Perbedaan Hipertensi Paru dengan Hipertensi pada Umumnya?
Hipertensi atau tekanan darah tinggi sudah menjadi penyakit yang umum dijumpai di masyarakat. Data Kemenkes menunjukkan, setidaknya 25% orang Indonesia mengalami hipertensi. Pada dasarnya, hipertensi adalah kenaikan tekanan darah di atas normal dan bersifat sistemik. Namun, ada hipertensi yang cukup spesifik nih, Gengs! Hipertensi paru namanya.
Hipertensi paru adalah suatu kondisi terjadinya tekanan darah tinggi di arteri pulmonalis, sehingga membuat jantung kanan bekerja ekstra keras dan dapat berakibat fatal dalam waktu cepat. Bahkan, tingkat kematian karena hipertensi paru lebih tinggi dibandingkan kanker payudara dan kanker kolorektal.
Hipertensi paru sering dikaitkan dengan penyakit jantung bawaan, penyakit paru lainnya (seperti penyakit paru obstruktif kronis, PPOK), autoimun, pembekuan darah (emboli), dan sebagainya. Berikut ini penjelasan agar Kamu lebih mengenal hipertensi paru.
Tidak Sama dengan Hipertensi pada Umumnya
Prof. Dr. dr. Bambang Budi Siswanto, SpJP(K)., pakar hipertensi paru serta spesialis jantung dan pembuluh darah, menjelaskan, hipertensi paru termasuk hipertensi yang bersifat lokal. Berbeda dengan hipertensi sistemik yang memiliki dampak komplikasi atau kerusakan pada hampir semua organ tubuh, hipertensi paru hanya menyerang organ lokal, yaitu jantung dan paru.
Sampai saat ini, penyakit hipertensi paru masih belum diketahui penyebab pastinya. Pasien umumnya datang dengan keluhan sesak napas. Diagnosis ditegakkan jika tekanan darah paru lebih tinggi dari normal. Rata-rata, tekanan darah paru yang normal adalah 25 mmHg saat istirahat. Untuk mendiagnosisnya, dilakukan pengukuran tekanan darah melalui kateter atau melalui USG yang jauh lebih mahal dibandingkan pengecekan dengan tensimeter biasa untuk hipertensi.
Menyebabkan Gagal Jantung
Hipertensi paru membawa konsekuensi yang tidak sedikit, yaitu menyebabkan gagal jantung kanan. Ini juga salah satu perbedaan dengan hipertensi sistemik, yang salah satu komplikasinya menyebabkan gagal jantung kiri.
Tekanan darah tinggi pada hipertensi paru terjadi karena aliran darah di arteri pulmonal, yaitu pembuluh darah yang membawa darah dari jantung ke paru menyempit atau menebal. Alhasil, ventrikel jantung kanan bekerja lebih keras untuk memompa darah menuju paru. “Semakin lama otot-otot pada ventrikel jantung kanan bekerja, semakin kecapaian dan menyebabkan gagal jantung kanan,” ujar dr. Bambang dalam diskusi tentang hipertensi paru yang diselenggarakan di Jakarta, 24 September lalu.
Gejala Hipertensi Paru
Inilah beberapa gejala hipertensi paru yang paling sering dikeluhkan pasien:
-
Sesak napas.
Rasa begah di perut.
Bengkak di kedua kaki.
Jantung berdebar-debar.
Penurunan nafsu makan.
Faktor risiko hipertensi paru adalah riwayat keluarga, penyakit jantung bawaan, kerusakan katup jantung, penyakit paru seperti PPOK dan tromboemboli paru, serta penggunaan obat-obat tertentu, seperti obat penurun nafsu makan.
Baca juga: 6 Gejala Hipertensi yang Kerap Disepelekan
Apakah Bisa Diobati?
Hipertensi paru dapat diobati dengan obat golongan Ambrisentan, Bosentan, Tadalafil, Beraprost, Riociguat, dan PDE-5 inhibitor seperu sildenafil. Sayangnya, harga obat untuk hipertensi paru tidak murah dan pasien harus mengonsumsinya seumur hidup.
Dari 4 jenis obat khusus untuk hipertensi paru, yang sudah tersedia di Indonesia hanya Beraprost dan sudah ditanggung oleh BPJS. Selain terapi farmakologi, pasien dianjurkan melakukan perubahan gaya hidup, yaitu hemat air (tidak minum terlalu banyak), hemat garam, hemat lemak jenuh, hemat tenaga, dan hemat pikiran, serta banyak makan sayur.
Kamu harus waspada jika ada keluarga dengan gejala hipertensi paru ya, Gengs! Pasalnya, penderitanya tidak sedikit di Indonesia. Berdasarkan data yang dihimpun Yayasan Hipertensi Paru Indonesia (YHPI), selama beberapa tahun terakhir, prevalensi hipertensi paru di dunia adalah 1 pasien per 10.000 penduduk. Diperkirakan terdapat 25 ribu pasien hipertensi paru di Indonesia. (AY/AS)
-
# Gagal Jantung
-
# Hipertensi
-
# Paru
-
# Kardiovaskular