Bayi Bajang, Mitos dan Mistis yang Menyertainya
Sempat viral di sosial media tentang istilah bayi bajang. Apa itu bayi bajang? “Bayi bajang" merujuk pada istilah yang digunakan dalam budaya masyarakat Dieng untuk anak-anak dengan rambut panjang dan gimbal. Sering juga disebut bocah bajang. Bocah bajang ini yang dianggap memiliki mistis, sehingga mereka punya permintaan khusus yang harus dituruti saat dilakukan ritual potong rambut atau ruwatan.
Tetapi dalam konteks yang lain, "bajang" dapat juga merujuk pada makhluk halus dalam kepercayaan masyarakat Melayu. Konon, bayi bajang ini sengaja “dipelihara” manusia untuk berbagai tujuan, seperti menjaga diri atau ladang, dan akan mengamuk atau hidup liar jika tidak dijaga atau tidak ada pengganti pemiliknya. Jadi bayi bajang di sini merujuk pada mistis alias makhluk tidak kasat mata.
Sejauh mana mitos ini dipercaya masyarakat kita?
Legenda dan Penjelasan Ilmiah Bayi Bajang
Negara kita memang kaya akan cerita rakyat, legenda, dan mistis. termasuk cerita soal bayi atai bocak bajang. Legenda bayi bajang ini berangkat dari kisah makhluk gaib jantan yang diwujudkan dari mayat bayi yang mati saat lahir. Konon, mereka bisa menjelma sebagai kucing, dan memiliki kekuatan untuk menyebabkan penyakit misterius dan kematian, terutama pada anak-anak.
Tentu dari kisah ini saja sangat tidak masuk akal. Sayangnya, banyak masyarakat kita yang masih mempercayai mitos dan mistis ini. Legenda ini tidak jelas asal usulnya, namun terkait bocah bajang dalam konteks anak berambut gimbal di Dieng, sebenarnya bisa dijelaskan secara ilmiah.
1. Bocah Bajang dalam konteks Budaya Dieng
Bocah bajang adalah anak-anak yang memiliki rambut panjang dan gimbal seperti penyanyi reggae. Anak seperti ini banyak ditemukan di pegunungan Dieng, Jawa Tengah. Mereka biasanya akan diruwat. Saat proses ruwatan sekaligus pemotongan rambut gimbal ini, para bocah bajang ini sering kali memiliki permintaan khusus yang harus dipenuhi. Jika tidak dipenuhi permintaanya, maka rambut gimbalnya akan tumbuh lagi.
Acara ritual budaya yang diadakan untuk para bocah bajang ini, biasanya dilakukan di kawasan Candi Arjuna, Dieng, awa Tengah.
2. Dalam konteks budaya
Kepercayaan terhadap bocah bajang dan ritual ruwatan menunjukkan kekayaan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal gaib dan hubungan antara manusia dan alam spiritual.
Rambut gimbal ini dipercaya sebagai titisan leluhur dan kehadirannya dapat membawa kesejahteraan, namun juga ada kepercayaan bahwa rambut ini bisa kembali tumbuh bahkan setelah dipotong. Untuk menghilangkan pertumbuhan rambut tersebut, anak bajang harus menjalani ritual ruwatan potong rambut gimbal, yang di dalamnya terdapat proses pemenuhan permintaan khusus dari sang anak.
Proses ruwatan potong rambut ini bertujuan untuk 'melepas' anak dari nasib sial atau hal-hal yang kurang baik, dan diyakini setelah ruwatan, rambut gimbal mereka akan tumbuh normal.
Penyebab Rambut Gimbal Secara Ilmiah
Secara ilmiah, rambut gimbal umumnya terjadi karena faktor genetik, di mana anak mewarisi sifat rambut yang cenderung kusut dan sulit diatur dari orang tua.
Penelitian ahli genetika dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Suratsih, terhadap fenomena di Dieng pada 2008 membuktikan karakteristik rambut gimbal muncul lantaran persilangan antara dua gen yang dimiliki orangtua si anak.
Proses persilangan ini menguatkan gen pembawa rambut gimbal. Penguatan gen rambut gimbal ni bisa dilacak hingga tiga generasi di atasnya. Jadi itu bukan fenomena magic,” kata Suratsih.
Selain itu, faktor lain seperti perawatan rambut yang tidak adekuat, kondisi kesehatan umum, serta defisiensi nutrisi zat besi dan gangguan kelenjar tiroid, juga dapat memengaruhi pertumbuhan rambut gimbal.
Jadi Mums, banyaknya mitos dan mistis kita anggap saja sebagai kekayaan budaya bangsa. Jika ada fenomena yang aneh, kita harus melihat dari sisi ilmu pengetahuan juga sehingga tidak mudah termakan hal-hal yang tidak masuk akal.
-
# Mitos
-
# Bayi