Ana Yuliastanti
09 Oktober 2020
pexels

Virus Covid-19 Bisa Hidup di Tembok Hingga 9 Hari

Informasi kesehatan ditinjau dan diedit oleh
dr. dr. William

 

Upaya mencegah penularan Covid-19 mungkin sudah kita upayakan sebaik mungkin dengan mematuhi protokol kesehatan. Antara lain dengan 3M yakni menggunakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan. Namun beberapa hal kecil kadang lolos dari perhatian, dan menjadi celah kita dan keluarga kita bisa tertular.

 

Beberapa penelitian sudah membuktikan bahwa virus SARS-Cov-2, penyebab Covid-19, virus dari droplet yang jatuh di permukaan, masih bisa bertahan hidup. Salah satunya tembok di dalam rumah. Maka tidak ada salahnya Geng Sehat mengantisipasi hal ini dengan mencegah virus menempel dan berkembang biak di tembok.

 

Baca juga: Covid-19 Terbukti Airborne Disease, Lindungi Rongga Mulut dan Hidung Kita!

 

Waspada Klaster Keluarga

Tanggal 8 Oktober kemarin, jumlah kasus positif kembali naik tajam bahkan mencatatkan rekor baru. Lebih dari 4.800 kasus baru tekonfirmasi. Ini menunjukkan, hingga saat ini kasus Covid-19 di Indonesia belum melandai, bahkan cenderung meningkat. Data stastistik Worldometer menempati Indonesia di urutan ke-22 dari 216 negara dengan kasus infeksi Covid-19 tertinggi.

 

Baru-baru ini disebutkan bahwa Covid-19 telah menyebar di unit terkecil masyarakat, yakni klaster keluarga. Aktivitas di luar rumah yang tinggi dari anggota keluarga, membuat kasus klaster keluarga ini semakin meningkat.

 

Dokter spesialis paru dari RSU Adhyaksa, Jakarta, dr. Ahmad Muslim Nazaruddin, Sp.P. FERS mengatakan bahwa kini gejala flu biasa (common cold) seperti pilek, hidung tersumbat, sakit tenggorokan, bersin, batuk, dan demam harus diwaspadai.

 

“Penularan Covid-19 dapat terjadi ketika droplet berisikan virus dikeluarkan melalui batuk ataupun bersin dari penderita Covid-19 masuk ke dalam saluran napas orang lain. Proses penularan ini semakin cepat dan mungkin terjadi karena Covid-19 dikonfirmasi dapat bertahan lama di udara (airborne),” jelas dr. Ahmad.

 

Ia menambahkan, selain droplet dan airborne, sentuhan tangan juga dapat menjadi perantara transmisi virus. Jika virus menempel pada gagang pintu, permukaan furnitur, sakelar listrik, remote TV, telepon genggam, atau tembok rumah dan kemudian tersentuh, lalu tangan tersebut memegang mata, hidung, atau mulut, maka virus akan masuk ke saluran napas.

 

“Khusus dinding atau tembok, virus korona dapat bertahan hidup dalam kisaran 2 jam hingga 9 hari. Hal tersebut bergantung pada suhu, kelembapan, dan paparan sinar matahari hingga sirkulasi udara pada ruangan,” imbuh dr. Ahmad.

 

Baca juga: Berapa Lama Coronavirus Bisa Bertahan di Permukaan?

 

Mencegah Virus Menempel di Tembok

Berbicara tembok, biasanya penghuni rumah mengabaikan kebersihannya, padahal tembok adalah permukaan paling luas pada bangunan. Bagaimana mencegah virus menempel di tembok?

 

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mencegah virus menempel di permukaan tembok. Pertama, Geng Sehat harus selektif memilih tamu yang berkunjung. Hal ini karena kita tidak pernah tahu apakah tamu yang datang merupakan pembawa virus meskipun tidak bergejala (OTG/orang tanpa gejala).

 

Kedua, anggota keluarga yang beraktivitas di luar rumah sebaiknya langsung mandi dan berganti pakaian begitu masuk rumah, sebelum menyentuh berbagai perabotan atau tembok rumah.

 

Cara lain yang bisa dilakukan adalah melindungi tembok dari virus. Teknologi cat tembok saat ini sudah mengenal pelapis khusus untuk mencegah berbagai virus menempel. Salah satunya teknologi yang disebut Silver-ion.

 

Teknologi pelapis tembok antivirus ini juag sudah diujicoba untuk virus korona. Uji coba yang dilakukan pada awal 2020 oleh Analytical Lab Group yaitu laboratorium independen berstandar global terhadap Human Coronavirus, ATCC VR-740, strain 229E, menunjukkan 99,9% virus mati setelah kontak dengan lapisan cat yang mengandung teknologi Silver-Ion.

 

“Cara kerja pelapis cat Silver-ion ini memang diformulasikan secara khusus sebagai antivirus dan antibakteri dengan melalui banyak tahapan. Awalnya terjadi penetrasi zat aktif pelapis cat ke dalam virus atau bakteri, kemudian ia akan menghentikan reproduksi, mematikan metabolisme, lalu menghancurkan mikroorganisme tersebut,” jelas CEO (Decorative Paints) Nippon Paint Indonesia, Jon Tan, yang mengembangkan teknologi ini.

 

Nah, Geng Sehat, jika semua langkah pencegahan konsisten dilakukan, maka kemungkinan seluruh anggota keluarga akan terlindungi. Klaster keluarga yang kini semakin ditakutkan bisa diminimalisiasi.

 

 

Sumber:

Siaran Pers "Teknologi Cat Anti-Virus Pertama di Indonesia, diterima Kamis, 8 Oktober 2020

 

 

 

 

  • # Inspirasi kesehatan
  • # Rumah Tinggal
  • # Coronavirus