Ana Yuliastanti
16 November 2019
google image

Sunat Modern di Klinik, Mengurangi Komplikasi

Mums punya anak yang sebentar lagi akan sunat? Jangan salah pilih tempat dan metode sunat ya, demi keamanan dan kenyamanan si Kecil. Sunat "jaman now" dilakukan di klinik dengan metode modern, salah satunya dengan klem yang bisa mengurangi komplikasi.

 

Sunat atau khitan memang tradisi yang sudah dilakukan turun temurun. Sunat adalah tindakan sirkumsis atau bedah untuk membuang kulup (prepusium penis) yaitu kulit yang menutupi glans penis. Sering disebut ‘Khitan’ atau ‘Sunat’. Ada yang melakukannya karena alasan agama, budaya atau juga alasan kesehatan. 

 

Di beberapa daerah di Indonesia, masih banyak ditemui metode sunat tradisional yang bahkan caranya tidak masuk akal dan membahayakan. Temuan Komisi Perlindungan Anak Indonesia, masih banyak kasus tindakan sunat pada anak yang tidak sesuai prosedur. Misalnya mengeringkan luka sunat dengan batu bata panas yang merusak jaringan penis.

 

Baca juga: Manfaat Sunat Saat Bayi, Sebelum Usia 40 Hari

 

Pendarahan, Komplikasi Sunat Paling Banyak Ditemukan

Dijelaskan dr. Encep Wahyudan dari Rumah Sunatan dr. Mahdian di Jakarta (13/11) lalu, sunat tidak hanya sekadar memotong kulup penis (kulit yang menutupi kepala penis) tetapi harus memerhatikan aspek penyembuhannya, cara merawat luka, dan memerhatikan fungsi dan estetika penis.



Banyak metode sunat modern yang kini sudah dilakukan di banyak klinik. Metode sunat dengan klem adalah salah satunya. “Tetapi metode modern juga tidak menjamin keberhasilan, tergantung operator atau petugas medis yang melakukan sunat,” jelasnya.



Ditambahkan dr. Henki Prabowo Irianto SpB, komplikasi sunat pun banyak ditemukan pada sunat dengan menggunakan electric cauter atau orang awam menyebutnya dengan laser. Ia, lanjutnya, pernah menemukan kasus pasien dengan pendarahan berat karena kepala penisnya ikut terpotong. “Ini hanya satu kasus. Mungkin banyak kasus lain yang terjadi namun tidak ditemukan atau dilaporkan,” jelas dr. Henki.



Sunat laser menggunakan pisau electric cauter. Risiko sunat dengan metode ini cukup tinggi pada anak-anak. “Anak-anak biasanya aktif bergerak. Tidak bisa diam. Sehingga kemungkinan pisau meleset lebih tinggi,” jelas dr. Henki.

 

Menurut dr. Encep, kesalahan metode sunat tidak bisa diulang, bahkan menimbulkan efek jangka panjang. “Kasus pendarahan adalah komplikasi yang paling banyak ditemukan pada sunat dengan metode konvensional (bedah dan jahit). Kemungkinan ada pembuluh darah yang tidak ikut terjahit dan akhirnya membutuhkan perawatan ulang yang lebih lama.

 

Baca juga: Sunat Tanpa Jarum Suntik, tak Ada Lagi Cerita Anak Takut Sunat!



Sunat dengan Metode Klem Lebih Aman

Salah satu metode sunat modern adalah menggunakan klem. Dibandingkan sunat menggunakan laser, sunat menggunakan klem ini lebih sedikit pendarahan dan minimal risiko infeksi. 

 

Kamu mungkin belum memiliki bayangan, seperti apa sunat menggunakan klem itu. Secara umum, sunat menggunakan alat bernama klem ini berbeda dengan sunat konvensional. Metode sunat klem tidak membutuhkan jahitan, melainkan menggunakan alat “penjepit” yang disebut klem. 

 

Metode ini jauh lebih aman dan bukti ilmiah menunjukkan komplikasinya sangat rendah. “Sunat itu berbicara tentang anak sehingga juga harus memerhatikan faktor psikologis anak dan orangtuanya. Metode klem ini dirancang senyaman mungkin mulai proses hingga penyembuhannya,” jelas dr. Encep.



Metode klem meminimalisir risiko pendarahan. Alat klem dipasang di area kulit penis setelah kulup dipotong dengan tujuan menjepitnya selama kurang lebih 5-7 hari. Di lokasi jepitan ini akan terbentuk jaringan mati yang akan mengelupas dengan sendirinya setelah penjepit dilepas. Dengan begitu hampir tidak terjadi pendarahan. Anak pun langsung beraktivitas seperti biasa bahkan berenang.

 

Awalnya klem menggunakan alat bernama Smart klem. Namun di Klinik Rumah Sunatandr Mahdiansudah menggunakan klem buatan dalam negeri yaitu Mklem yang lebih sesuai dengan anatomi penis anak Indonesia. ”Mklem dan sudah punya surat ijin edar dari Kemenkes, dan ini menjadi yang pertama dan satu-satunya di Indonesia,” jelas dr. Encep.


 

Sumber :Wawancara media dengan dr. Henki Prabowo Irianto SpB dan dr. Encep Wahyudan dari Rumah Sunatan dr. Mahdian, di Jakarta, 13 Novermber 2019. 

  • # Sunat
  • # Kesehatan Pria
  • # Bayi & Balita
  • # TBN 4 Tahun