GueSehat
02 April 2018
pixabay.com

Miskonsepsi dan Mitos tentang Autisme

Geng Sehat pasti sudah sering mendengar informasi seputar autisme, bukan? Namun, apa informasi yang Kamu tahu sudah benar? Pasalnya, sangat banyak informasi yang salah tentang penyakit tersebut di masyarakat. Kebanyakan dari informasi tersebut juga terkesan negatif. Oleh sebab itu, Kamu harus tahu tentang kebenaran dari mitos-mitos yang berkembang dan mengoreksi miskonsepsi terkait autisme. Berikut 10 mitos tentang autisme, seperti dilansir dari portal Autism Speaks!

Baca juga: Tips Merawat Anak Autisme
 

1. Mitos: Penyandang autisme tidak mau berteman.

Faktanya: Kalau seseorang di lingkungan Kamu memiliki autisme, ia mungkin memang kesulitan dalam bersosialisasi. Pasalnya, autisme menyulitkannya untuk berinteraksi dengan orang lain. Namun bukan berarti ia tidak mau berteman, melainkan karena ia tidak bisa berkomunikasi dengan baik mengenai maksud dan keinginannya.

 

2. Mitos: Penyandang autisme tidak bisa merasakan atau mengekspresikan emosi apapun, termasuk senang dan sedih.

Faktanya: Penyandang autisme bukannya tidak bisa merasakan emosi yang dirasakan orang lain. Hanya saja, mereka menyampaikan dan memperlihatkan emosi dengan cara yang berbeda.

 

3. Mitos: Penyandang autisme tidak bisa mengerti emosi yang dirasakan orang lain. 

Faktanya: Autisme sering kali memengaruhi kemampuan seseorang untuk mengerti komunikasi interpersonal non verbal. Jadi, penyandang autisme mungkin tidak bisa mendeteksi kesedihan orang lain hanya dari bahasa tubuhnya atau sarkasme di dalam nada suaranya. Namun, ketika emosi tersebut dijelaskan dengan baik dan langsung, mereka bisa merasakan empati atas emosi orang lain.

 

4. Mitos: Penyandang autisme memiliki keterbatasan intelektual.

Faktanya: Pada umumnya, kebanyakan orang mengira bahwa penyandang autisme mengalami cacat secara intelektual. Padahal pada banyak kasus, autisme tidak hanya menyebabkan penyandangnya memiliki keterbatasan, tetapi juga kemampuan yang luar biasa. Banyak penyandang autisme yang memiliki IQ normal dan tinggi. Bahkan, mereka bisa sangat pintar dalam bidang matematika, sains, dan musik.

 

5. Mitos: Penyandang autisme semuanya memiliki kekuangan yang sama.

Faktanya: Autisme adalah gangguan spektrum, yang berarti karakteristik penyakitnya berbeda-beda pada setiap orang. Kalau Kamu mengenal seseorang yang memiliki autisme, bukan berarti kemampuan serta keterbatasannya sama dengan penyandang autisme lainnya. 

Baca juga: Jangan Lakukan Hal Ini Saat Hamil untuk Hindari Autisme!
 

6. Mitos: Gejala yang dimiliki penyandang autisme akan hilang seiring dengan pertumbuhannya.

Faktanya: Autisme adalah kondisi biologis yang memengaruhi perkembangan otak. Pada kebanyakan kasus, gejala yang dialami penyandang autisme adalah kondisi seumur hidup.

 

7. Mitos: Kondisi penyandang autisme tidak akan mengalami peningkatan.

Faktanya: Meski autisme termasuk kondisi kesehatan seumur hidup, penelitian terbaru menunjukkan bahwa kondisi anak penyandang autisme bisa mengalami peningkatan positif jika dilakukan penanganan dan perawatan intensif sejak dini. 

 

8. Mitos: Autisme hanyalah sebatas penyakit otak.

Faktanya: Penelitian menunjukkan bahwa banyak penyandang autisme juga memiliki gangguan kesehatan lainnya, seperti penyakit lambung, alergi, dan sensitif terhadap berbagai macam makanan.

 

9. Mitos: Autisme disebabkan oleh pola asuh yang tidak baik.

Faktanya: Pada tahun 1950, muncul sebuah teori yang disebut refrigerator mother hypothesis. Teori tersebut menyebutkan bahwa autisme disebabkan oleh ibu yang kurang memberikan kehangatan emosional kepada anaknya. Namun, teori tersebut sudah dibantah sejak lama.

 

10. Mitos: Jumlah penyandang autisme meningkat secara stabil selama 40 tahun terakhir.

Faktanya: Tingkat penyandang autisme naik secara drastis hingga 600% selama 20 tahun terakhir. Di tahun 1975, penelitian memperkirakan autisme ditemukan pada 1 dari 1.500 anak. Di tahun 2014, penelitian memperkirakan autisme ditemukan pada 1 dari 68 anak.

Banyaknya miskonsepsi tentang autisme bisa menyebabkan penyandangnya sulit untuk bersosialisasi dan memperoleh akses dukungan yang mereka butuhkan. Banyaknya persepsi yang salah dan negatif tentang autisme juga bisa menyebabkan penyandangnya merasa terisolasi. Bahkan dalam kasus yang ekstrem, penyandang autisme menerima perlakukan negatif, seperti kekerasan dan bullying.

 

Oleh sebab itu, penting bagi Kamu untuk mengetahui dan meluruskan miskonsepsi terhadap autisme. Apalagi kalau Kamu memiliki keluarga atau teman yang menyandang autisme. Dengan meluruskan fakta-fakta negatif terkait autisme, Kamu sudah berpartisipasi dalam meningkatkan kualitas hidup mereka. (UH/AS)

 

 

 

 

  • # Autis
  • # Autisme
  • # Autisme (Autism)
  • # Bayi & Balita