GueSehat
31 Desember 2018
pixabay.com

Jangan Terlambat, Lakukan Pencegahan Komplikasi Hipertensi Sekarang Juga!

Informasi kesehatan ditinjau dan diedit oleh
dr. dr. William

Hipertensi adalah salah satu penyakit yang seringkali tidak menunjukkan gejala. Kamu mungkin memiliki hipertensi selama bertahun-tahun tanpa menyadarinya. Padahal, tekanan darah yang tidak terkontrol dapat meningkatkan risiko yang tidak ringan bahkan mematikan. Melakukan pencegahan komplikasi hipertensi sejak dini, dapat menyelamatkan penderita hipertensi dari berbagai penyakit kronis dan kematian.

 

Komplikasi hipertensi atau masalah kesehatan yang serius. Hampir semua organ tubuh akan terdampak kondisi tekanan darah tinggi ini. Sebuat saja pembuluh darah yang bisa memicu serangan jantung dan stroke. Di mata, hipertensi dapat menyebabkan kebutaan. Jika merusak pembuluh darah di ginjal, dapat menyebabkan gagal ginjal dan cuci darah. 

 

Mengapa Tekanan Darah Bisa Naik? 

Tekanan darah kita berfluktuasi setiap hari. Kondisi seperti stres, marah, berolahraga berat, atau minum obat tertentu bisa berdampak pada tekanan darah. Jadi tekanan darah bisa naik atau turun sepanjang hari.

 

Tetapi umumnya tekanan darah akan kembali normal jika kita terlepas dari kondisi yang bisa menyebabkan tekanan darah naik. Tetapi pada penderita hipertensi, tekanan darah akan selalu tinggi dalam semua kondisi. Tekanan darah penderita hipertensi selalu di atas rata-rata, biasanya di atas 120/80 mmHg meskipun tidak ada faktor pemicu, 

 

Bagaimana mendeteksi hipertensi? Hipertensi hanya bisa dideteksi dengan melakukan tensimeter. Hampir semua klinik dokter menyediakan tensimeter, termasuk di Puskesmas. Bahkan pemeriksaan tensi darah ini menjadi prosedur rutin setiap pasien yang berkunjung ke dokter.

 

Melalui pemeriksaan rutin inilah biasanya terdeteksi hipertensi. cukup dengan alat tensimeter. Tekanan darah yang normal ialah 120/80 mmHg. Begitu terdiagnosis hipertensi, Kamu harus menurunkan tekanan darah dan mempertahankannya ke angka normal dalam rangka pencegahan komplikasi hipertensi.

 

Baca juga: Lawan Hipertensi dengan Minum Obat dan Ubah Gaya Hidup  

 

Apa Saja Gejala Hipertensi?

Seperti dijelaskan di atas, hipertensi kadang tidak bergejala. Ketika terdeteksi, bisa jadi Kamu sudah memiliki hipertensi selama bertahun-tahun. Bisa jadi Kammu merasakan gejalanya, hanya saja mengabaikannya.

 

Ilustrasi di bawah ini adalah sebagian gejala hipertensi yang kadang dianggap gejala dari penyakit lain: 

 

 

Komplikasi Hipertensi

Hipertensi kronis yang tidak dikelola, akan menyebabkan kerusakan pembuluh darah di hampir semua organ dalam tubuh. Dari sinilah mulai timbul komplikasi hipertensi.

 

Semakin tinggi tekanan darah dan semakin lama tidak dikontrol, akan menimbulkan dampak atau pengaruh yang lebih hebat. Dikutip dari MayoClinic, tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan komplikasi berupa:

 

  • Serangan jantung atau stroke. Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan pembuluh darah arteri menyempit dan kaku (aterosklerosis) yang dapat memicu serangan jantung dan stroke. 
  • Aneurisma. Tekanan darah yang meningkat dapat menyebabkan pembuluh darah menjadi lemah, membengkak, dan membentuk balon atau disebut aneurisma. Saat aneurisma pecah, dampaknya bisa kematian!
  • Gagal jantung. Untuk melawan tekanan yang lebih tinggi pada pembuluh darah, jantung harus bekerja memompa darah lebih keras. Hal ini menyebabkan dinding ruang pompa jantung menebal (hipertrofi ventrikel kiri). Akibatnya, otot yang menebal kesulitan untuk memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh yang dapat memicu gagal jantung.
  • Sindrom metabolik. Sindrom ini merupakan gangguan metabolisme tubuh, yang juga dipicu oleh kadar trigliserida tinggi, rendahnya HDL atau kolesterol baik, dan kadar insulin yang tinggi. Sindrom metabolik berkaitan erat dengan obesitas, diabetes, penyakit jantung, dan stroke.
  • Gangguan memori atau kemampuan berpikir. Tekanan darah yang tidak terkontrol dapat memengaruhi kemampuan Kamu untuk berpikir, mengingat, dan mengolah informasi. Gangguan memori atau mengingat lebih banyak terjadi pada orang-orang dengan tekanan darah yang tinggi.
  • Demensia. Arteri yang sempit dan tersumbat dapat menghambat aliran darah ke otak yang memicu demensia. Stroke yang mengganggu aliran darah ke otak juga dapat menyebabkan demensia vaskular.

 

Baca juga: Kombinasi Obat Solusi untuk Hipertensi Tak Terkendali 

 

Pencegahan Komplikasi Hipertensi

Pencegahan komplikasi hipertensi di atas harus dilakukan sebelum terlambat. Bagaimana cara pencegahan komplikasi hipertensi?

 

1. Mengubah Gaya Hidup

Tatalaksana pertama hipertensi adalah mengubah gaya hidup. Perubahan gaya hidup yang utama adalah dengan menurunkan berat badan. Berat badan yang normal akan meringankan kerja jantung sehingga dapat sebagai upaya pencegahan komplikasi hipertensi yang penting. 

 

Penderita hipertensi juga harus menjaga pola makan dengan memperbanyak makanan sehat dan rendah lemak. Jika terdeteksi hipertensi, Kamu bisa menerapkan diet DASH  dan menanyakan pada nutrisionis bagaimana penerapannya.

 

Menghindari atau mengurangi kandungan garam dalam  makanan sehari-hari sangat penting. Garam akan menumpuk di sirkulasi darah dan meningkatkan tekanan darah. 

 

Kamu juga bisa mengurangi tekanan darah dengan mulai meningkatkan aktivitas fisik atau olahraga secara rutin. Penelitian menunjukkan berolahraga sangat efektif menurunkan tekanan darah, selama dilakukan dengan benar dan rutin. 

 

Baca juga: Inilah Olahraga yang Dilarang untuk Penderita Hipertensi 

 

2. Minum Obat Hipertensi Teratur

Jika perubahan gaya hidup belum optimal menurunkan tekanan darah, biasanya dokter akan mulai meresepkan obat hipertensi.Obat hipertensi ini harus diminum teratur untuk mengendalikan tekanan darah.

 

Seringkali, penderita hipertensi akan berhenti minum obat jika tekanan darah sudah normal. Padahal, tekanan darah yang normal tersebut adalah efek dari minum obat. Jika obat dihentikan, maka tekanan darah akan kembali naik. Tekanan darah yang selalu naik turun yang dapat merusak pembuluh darah. Kalau sudah begitu, risiko komplikasi pun menjadi lebih besar.

  

Obat-obatan hipertensi yang sering diresepkan ada berbagai jenis. Dokter  yang paling tahu obat yang paling tepat. Sebagai pengetahuan Geng Sehat, inilah beberapa obat hipertensi yang sering diresepkan:

 

1. Diuretik

Sebutan lengkap obat hipertensi ini adalah diuretik tiazid. Diuretik, kadang-kadang disebut pil air, adalah obat yang bekerja pada ginjal untuk membantu tubuh mengeluarkan natrium (garam) dan air, sehingga mengurangi volume darah.

 

Diuretik tiazid sering kali diberikan sebagai obat hipertensi pertama tetapi bukan satu-satunya untuk pengobatan tekanan darah tinggi. Contoh obat hipertensi dari golongan diuretik thiazide adalah termasuk chlorthalidone, hydrochlorothiazide dan lainnya.

 

Jika Kamu diresepkan obat hipertensi lain dan tekanan darah tidak kunjung turun, coba bicarakan dengan dokter untuk menambahkan atau mengganti obat yang saat ini Kamu pakai, dengan diuretik.

 

Diuretik adalah penghambat saluran kalsium yang dapat bekerja lebih baik, terutama pada ras tertentu dan pada orang yang usianya lebih tua. Dia lebih efektif daripada obat hipertensi golongan penghambat angiotensin-converting enzyme (ACE) saja. Efek samping paling sering dari diuretik adalah sering kencing.

 

2. Angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor

Obat hipertensi dari golongan Angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor contohnya captopril, lisinopril, benazepril dan lainnya. Cara kerja ACE inhibitor adalah membantu merelaksasi pembuluh darah dengan menghalangi pembentukan bahan kimia alami yang mempersempit pembuluh darah. Orang dengan penyakit ginjal kronis lebih mendapatkan manfaat jika mengonsumsi ACE inhibitor sebagai salah satu obat hipertensi.

 

3. Angiotensin II receptor blockers (ARBs).

Angiotensin II receptor blockers (ARBs) adalah obat hipertensi yang membantu melemaskan pembuluh darah dengan menghalangi aksi bahan kimia alami yang mempersempit pembuluh darah.

 

Contoh obat hipertensi dari ARB adalah candesartan, losartan dan lainnya. Penderita hipertensi dengan penyakit ginjal kronis akan banyak terbantu dengan mengonsumsi obat hipertensi ARB.

 

4. Calcium channel blocker (CCB)

Sering disbeut pemblokir saluran kalsium. Contoh obat hipertensi golongan CCB adalah amlodipine, diltiazem dan lainnya. Cara kerja CCB adalah membantu mengendurkan otot-otot pembuluh darah, dan memperlambat detak jantung. CCB dapat bekerja lebih baik pada orang usia lanjut dan orang-orang dari ras tertentu, jika dibandingkan ACE inhibitor.

 

Penderita hipertensi yang mengonsumsi obat CCB sebaiknya menghindari minum jus jeruk, karena dapat saling berinteraksi. Jus jeruk akan meningkatkan kadar obat dalam darah dan menempatkan Kamu pada risiko efek samping yang lebih tinggi. Bicaralah dengan dokter atau apoteker jika Kamu khawatir tentang interaksi obat ini.

 

 

Jika Kamu sudah melakukan pencegahan kompllikasi hipertensi tadi dengan konsisten, maka Kamu bisa hidup sehat meskipun menderita hipertensi. Ingat bahwa pencegahan komplikasi hipertensi harus dilakukan segera dan jangan terlambat. Begitu mengalami komplikasi, biaya perawatan akan lebih mahal dan berpotensi menimbulkan kecacatan permanen. (AY)

 

 

Sumber:

 

 

  • # Hipertensi
  • # Kardiovaskular
  • # Tekanan darah tinggi