Berada di Lingkungan Perokok Aktif? Ini Cara Menghindarinya!
Jakarta, Bogor, dan Mataram adalah wilayah di Indonesia yang memiliki jumlah remaja di atas 10 tahun yang merokok, cukup tinggi. Data Kementerian Kesehatan RI menunjukkan, secara nasional hampir sepertiga penduduk berusia di atas 15 tahun merupakan perokok, tepatnya 36,3%. Dari angka itu, jumlah perokok laki-laki mencapai lebih dari 66% dan 6,7% perokok perempuan.
Peningkatan perokok yang tajam juga terjadi pada kelompok anak-anak dan remaja laki-laki 15 hingga 19 tahun. Peningkatan ini lebih dari 2 kali lipat dari 24,2% pada 2001 menjadi lebih dari 54% pada 2016. Kebiasaan merokok ini meningkatkan risiko penyakit tidak menular.
Menurut WHO pada 2014, penyakit tidak menular merupakan penyebab utama kematian di Indonesia. Penyakit tidak menular ini menyebabkan 71% total kematian, termasuk 37% penyakit jantung, 13% kanker, 6% diabetes, 5% penyakit pernapasan kronis, dan 10% penyakit tidak menular lainnya.
Baca juga: Benarkah Rokok Elektrik Lebih Aman Dibandingkan Rokok Tembakau?
Merespons hal tersebut, aktor Randy Martin, saat ditemui dalam acara peluncuran Young Health Program oleh PT AstraZeneca bersama Yayasan Plan International Indonesia, dan Kementrian kesehatan RI, di Jakarta (14/8), mengungkapkan kalau ia punya cara tersendiri untuk menghindari risiko penyakit pernapasan kronis sebagai perokok pasif.
Ia mengatakan saat sedang berada di lingkungan perokok aktif, ia memilih untuk berpindah, bergeser, atau memberi ruang untuk mereka. Hal ini dilakukannya agar asap dari rokok tidak terhirup dan tidak terasa baunya.
“Lingkungan syuting banyak sekali teman-teman baik yang dewasa, remaja yang seumuran dan risiko perokok pasif itu 3 kali lebih besar dibanding perokok aktif, ya. Caraku untuk menghindari risiko ya dengan mulai menjauh saat ada crew atau teman yang merokok,” cerita Randy.
Berada di lingkungan yang dekat dengan perokok aktif membuatnya sering ditawari untuk mencoba rokok. Namun, Randy selalu berhasil dalam menolak ajakan untuk merokok karena ia memang sering diajarkan tentang bahaya dari merokok oleh orang tua atau keluarganya sejak kecil.
“Kebetulan opa aku dokter. Jadi, memang dari kecil aku sudah sering diberi wejangan-wejangan dari keluarga untuk tidak merokok. Dari situ aku buat mindset untuk berani bilang tidak,” jelas Randy.
Randy pun mengaku sempat penasaran dengan rokok. “Penasaran sempat sih. Aku penasaran kenapa ya orang-orang merokok? Memang seenak apa sih rokok itu? Tapi, ya sudah, sekadar penasaran saja,” kata Randy. Pada akhirnya, ia memutuskan untuk tetap tidak mencoba sama sekali merokok.
Dengan dampak buruk yang dihasilkan, Randy menyadari kalau kesehatan dirinya justru lebih penting daripada harus merokok dan mengikuti lingkungan di sekitarnya. “Aku harus berani untuk bilang tidak meski teman-teman lainnya bilang cupu, tapi aku lebih mengganggap terserah saja. Aku merasa aku bisa bertanggung jawab dengan pilihan, komitmen, dan apa yang aku mau,” jelasnya.
Pemain sinetron yang berusia 19 tahun itu berpesan agar remaja maupun generasi muda Indonesia semakin sadar akan bahaya rokok dan mulai mengubah gaya hidup sehat untuk masa depan yang lebih baik. “Sebagai Duta Young Health Program, aku bukan ingin menggurui tapi mengajak teman-teman generasi muda untuk mengubah gaya hidup kita menjadi lebih baik. It’s cool not to smoke,” ujarnya.
Sebagai perokok pasif, menghindari paparan asap rokok atau menjauh saat berada di lingkungan perokok aktif setidaknya dapat meminimalkan risiko terkena penyakit tidak menular khususnya penyakit pernapasan kronis. Sedangkan bagi Kamu yang perokok aktif, yuk mulai berkomitmen untuk hidup sehat dengan berhenti merokok! (TI/AY)
-
# Rokok
-
# Pernapasan
-
# Lingkungan