Sylvia W
08 Maret 2019
freepik.com

Gangguan Penciuman: Hiposmia vs Hiperosmia

Indra penciuman dan pengecap adalah dua dari lima panca indra yang dimiliki manusia. Sayangnya, keduanya kerap tidak diperhatikan seperti indra yang lainnya. Banyak anggapan bahwa indra penglihatan atau peraba lebih penting dan vital dalam kehidupan manusia.

 

Mungkin bagi yang mengganggap demikian, pasti belum pernah mengalami hambarnya hidup tanpa rasa dan bau. Contohnya dalam hal selera makan. Biasanya, selera makan muncul dari ketika tampilan makanan menarik, baunya harum, dan rasanya lezat. Jadi, hilangnya kemampuan mencium dan mengecap tentunya menurunkan selera makan kita.

 

Mengenal Gangguan Indra Penciuman

Sulit bagi penderita gangguan penciuman dan pengecap untuk membedakan gangguan yang mereka alami. Mayoritas penyebab gangguan pengecap diawali oleh gangguan penciuman. Kebanyakan orang tidak sadar bahwa mereka menderita gangguan penciuman. Penurunan berat badan akibat sebab yang tidak jelas, penurunan nafsu makan, dan malnutrisi bisa menjadi beberapa tanda gangguan penciuman.

 

Baca juga: Ini yang Harus Dilakukan Jika Si Kecil Memasukkan Benda ke Hidung

 

Dalam menjalankan fungsi penciuman, saraf olfaktorius yang bertanggung jawab. Proses mencium dimulai pada saat partikel bau terhirup masuk ke hidung, larut bersama cairan di rongga hidung, lalu diterima oleh saraf olfaktorius. Kemudian, informasi tersebut akan dibawa ke otak. Gangguan terhadap salah satu proses dapat menyebabkan gangguan penciuman.

 

Ada bermacam-macam gangguan indra penciuman, antara lain:

  1. Hiposmia: Berkurangnya kemampuan mencium.
  2. Hiperosmia: Sensitif berlebihan terhadap bau.
  3. Kakosmia: Sensasi bau yang salah dan tidak sesuai dengan kenyataan.
  4. Phantosmia: Halusinasi bau tanpa ada rangsangan atau pencetus.

 

Dari 4 gangguan tersebut, yuk kita fokus pada 2 penyebab pertama, yaitu hiposmia dan hiperosmia!

 

Baca juga: Mengapa Tubuh Berkeringat dan Hidung Berlendir saat Makan Pedas?

 

Penyebab Hiposmia

Seperti yang telah disebutkan di atas, hiposmia adalah berkurangnya kemampuan untuk mencium sebuah objek. Untungnya, sepertiga hingga setengah keluhan hiposmia dapat membaik seiring waktu jika ditangani sesuai penyebabnya. Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan hiposmia, yaitu:

 

  • Infeksi saluran napas dan sinusitis

Keduanya menyebabkan radang pada saluran napas dan sinus, yang mengakibatkan lapisan saluran napas bengkak dan diinvasi oleh sel radang. Semakin sering terjadi infeksi dan sinusitis, semakin besar pula kemungkinan hilangnya kemampuan indra penciuman. Pasalnya, ukuran saraf akan mengecil akibat infeksi berulang.

 

  • Rhinitis alergi

Rhinitis terjadi akibat gangguan sistem imun, yang ditandai dengan bersin berulang, hidung, mata, dan tenggorokan gatal, hidung mampet atau meler, serta batuk setiap terkena paparan alergen (pencetus alergi). Terpapar alergen secara berulang kali akan menimbulkan gejala rhinitis. Radang berulang pada lapisan saluran napas meningkatkan risiko hilangnya kemampuan penciuman.

 

  • Trauma kepala

Benturan yang menyebabkan cedera pada saraf maupun jalur saraf olfaktorius mampu mengganggu proses input informasi ke otak, yang berujung pada terganggunya kemampuan penciuman.

 

  • Konsumsi obat tertentu

Beberapa jenis obat, seperti obat antialergi, antiradang, serta obat kemoterapi, dapat memberikan efek samping gangguan penciuman.

 

Penyebab Hiperosmia

Berbanding terbalik dengan hiposmia, hiperosmia adalah sensitif berlebihan terhadap suatu rangsangan bau. Rangsangan bau yang biasanya tidak mengganggu jadi terasa berlebihan dan mengganggu. Walaupun angka kejadian lebih kecil dari hiposmia, ada baiknya Kamu mengetahui tentang hiperosmia.

 

Beberapa penyebab hiperosmia adalah:

  • Perubahan hormonal, contohnya pada ibu hamil di trimester pertama. Mereka akan mengalami mual dan muntah akibat terlalu sensitif terhadap bau-bauan di sekitarnya. 

 

 

  • Penyakit saraf yang mengganggu saraf olfaktorius atau jalur pembawa informasi ke otak.

 

  • Konsumsi obat jenis metamfetamin, obat antikejang, dan obat kanker.

 

  • Penderita diabetes melitus, terutama yang sudah mengalami komplikasi dan gangguan organ lain.

 

  • Kekurangan vitamin B12.

 

Komplikasi yang paling sering terjadi akibat hiperosmia adalah migrain. Selain itu, tak jarang penderita akan mengalami gangguan jiwa, seperti depresi dan gangguan kecemasan berlebihan.

 

 

  • # Pernapasan
  • # Kenali Gejala dan Pengobatan Radang Hidung Karena Obat (Rhinitis Medikamentosa)
  • # Gangguan pernapasan