Vaksin HPV untuk Anak SD Sekarang Cukup 1 Dosis
Vaksin HPV atau Human papiloma virus adalah vaksin untuk mencegah kanker serviks dan kutil kelamin. Vaksin ini sudah masu program nasional, diberikan pada anak perempuan mulai usia 11 tahun atau kelas 5 dan 6 Sekolah dasar.
Beban kanker serviks di Indonesia sangat tinggi. Kanker serviks menempati posisi kedua setelah kanker payudara sebagai penyebab kematian akibat kanker pada perempuan. Berita baiknya, kanker serviks adalah satu-satunya kanker yang bisa dicegah dengan vaksin.
Selain vaksin HPV yanng menyasar anak usia sekolah, pengendalian kanker serviks dilakukan dengan skrining baik melalui papsmear, tes HPV DNA, maupun tes IVA yang tersedia di seluruh Puskesmas secara graftis. Sayangnya, program yang bagus ini tidak berbanding dengan minat para wanita untuk melakukan deteksi dini.
Stigma dan budaya halangi skrining dan deteksi dini
Menurut Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Indonesia, ada banyak kendala yang membuat wanita enggan melakukan deteksi dini. Pertama, faktor informasi yang tidak benar. Ada banyak misinformasi yang menyesatkan.
“50% penduduk indonesia adalah perempuan dan sepertiganya adalah usia produktif. Cek kesehatan gratis termasuk pemeriksaan dini kanker serviks menyasar perempuan yang rentan. Akses dan fasilitas disediakan, tapi kenapa masyarakat tidak mau datang? Salah satunya karena budaya “menerima apa adanya”, kalau sakit dianggap takdir. Kedua ada faktir agama, yang menganggap area serviks dan payudara adalah aurat yang tidak seharusnya terekspose,” jelas Veronica dalam acara edukasi buat jurnalis ‘Lawan Misinformasi Kanker Leher Rahim di Era AI’ di Jakarta, 17 November 2025.
Acara ini diadakan dalam rangka memperingati World Cervical Cancer Elimination Day, dan diselenggaralkan oleh MSD Indonesia bersama Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Menurut Veronica, agar program ini bisa berjalan harus terus dilakukan edukasi masif dengan melibatkan rumah ibadah, tokoh agama, tokoh adat yang bisa dijangkau untuk memastikan edukasi sampai dan dipercaya.
Perubahan vaksin HPV di BIAS
Terkait pemberian vaksinasi HPV dalam program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS), dr. Prima Yosephine selaku Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan, menjelaskan, bahwa imunisasi HPV terah diperkenalkan sejak 2016 di DKI Jakarta dan sejak 2023 sudah diimplementasikan secara nasional.
Tahun 2023, capaian imunisasi HPV adalah 90% di mana 1,9 dari 2.1 juta anak perempuan kelas 5 SD telah mendapatkan imunisasi HPV. Mulai tahun ini dan tahun yang akan datang akan ada beberapa perubahan terkait imunisasi HPV
1. Hanya satu dosis
Mulai tahun 2025 imunisasi HPV hanya satu dosis, untuk anak perempuan usia 11 tahun atau kelas 5 SD dan bagi yang belum mendapatkan vaksin saat SD akan dilakukan kejar imunisasi HPV saat kelas 6 SD dan 9 SMP.
2. Imunisasi pada anak laki-laki
Mulai tahun 2026, pemberian satu dosis imunisasi HPV akan diterapkan pada anak laki-laki usia 11 tahun dan akan terus diperluas.
3. Imunisasi pada perempuan dewasa muda
Pemberian imunisasi HPV pada prempuan deasa muda usia 20-26 tahun mulai dilakukan tahun 2027 dan diperluas sampai 2030.
Ancaman Sentimen dan Berita Negatif
Di tengah gencarnya kampanye pencegahan kanker serviks, tidak kalah juga berita dan informasi negatif tentang HPV. Di era teknologi digital, sayangnya tren percakapan tentang imunisasi HPV di media dosis didominasi oleh berita negatif (hoax). Berita negatif ini biasanya memuncak menjelang pelaksanaan BIAS.
Deputi Bidang Pembinaan Komunikasi Pemerintah Badan Komunikasi Pemerintah RI, Noudhy Valdryno, menyampaikan, “Pemerintah terus berupaya memperkuat ekosistem komunikasi publik yang sehat dan terpercaya, khususnya di era informasi berbasis kecerdasan buatan. Setiap individu memiliki peran penting dalam memerangi hoaks, misinformasi, dan disinformasi, termasuk di bidang kesehatan. Karena satu informasi yang keliru dapat menimbulkan dampak luas, mulai dari keresahan hingga keputusan yang salah dalam menjaga kesehatan keluarga.”
Dokter Spesialis Anak Konsultan Tumbuh Kembang Anak, Prof. Dr. dr. Soedjatmiko, Sp.A(K), mengingatkan agar masyarakat lebih berhati-hati dalam memilah informasi.
“Jangan sampai kita termakan mitos atau hoaks dari media sosial, apalagi jika sumbernya bukan peneliti atau ahli imunisasi. Carilah informasi dari sumber yang benar, karena keputusan yang kita ambil hari ini menentukan kesehatan anak, cucu, keponakan, bahkan murid-murid kita di masa depan. Saya selalu bilang, pencegahan itu hadiah terbaik yang bisa kita berikan kepada mereka.”
-
# HPV
-
# Kanker Serviks