iera sipahutar
16 Agustus 2022
Photo by Vidal Balielo Jr. from Pexels

Mengenal Tahnik, Sunnah Nabi Muhammad pada Bayi Baru Lahir

Kelahiran seorang anak merupakan momen yang menggembirakan sekaligus sakral. Dalam ajaran Islam, kelahiran seorang anak Muslim ke dunia disambut dengan beberapa sunah Nabi Muhammad SAW, seperti mengumandangkan azan dan iqamah. Tak hanya itu, ada pula sunah yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad yaitu tahnik. 

 

Apa Itu Tahnik Bayi?

Tahnik adalah salah satu ajaran Nabi Muhammad SAW ketika menyambut bayi yang baru lahir. Tahnik dilakukan dengan mengunyah kurma sampai halus, kemudian mengambil kunyahan kurma tersebut dengan ujung jari, lalu ditempelkan dan digosokkan pada langit-langit mulut bayi.

 

Menurut penjelasan para ulama, pilihan makanan untuk mentahnik bayi baru lahir ada urutannya. Yang pertama dan paling utama adalah tamr (kurma kering), kalau tidak ada rothb (kurma basah), kalau tidak ada barulah makanan manis dan yang jadi pilihan adalah madu, lalu setelah itu adalah makanan yang tidak disentuh api (dimasak).

 

Dalil tentang tahnik ini disebutkan dalam beberapa hadits, di antaranya dari Abu Musa. Beliau berkata:

 

“Pernah dikaruniakan kepadaku seorang anak laki-laki, lalu aku membawanya ke hadapan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka beliau memberinya nama Ibrahim dan mentahniknya dengan sebuah kurma.” [HR. Bukhari & Muslim].

 

Baca juga: Ini yang Terjadi pada Payudara Mums Setelah Menyusui

 

Pada zaman Nabi, tahnik dilakukan untuk mencari keberkahan dari Nabi Muhammad SAW. Air liur Beliau melalui kurma yang sudah dikunyah, menjadi asupan pertama yang masuk ke dalam kerongkongan dan perut bayi. Sehingga, bisa ditarik kesimpulan bahwa hikmah tahnik adalah sebagai bentuk pengharapan kebaikan bagi anak yang baru lahir agar menjadi pribadi yang beriman. Buah kurma yang digunakan untuk tahnik adalah buah dari pohon yang disamakan oleh Rasulullah sebagai sosok seorang mukmin dan memiliki rasa manis.

 

Seiring waktu, muncul perbedaan pendapat di antara ulama tentang pelaksanaan tahnik. Alasan perbedaan pendapat tersebut adalah:

1. Tahnik dilakukan untuk mencari keberkahan dari air liur Nabi dan ini khusus pada Nabi karena Beliau memiliki keberkahan selama masih hidup.

2. Tidak ada riwayat para sahabat membawa anak bayi mereka ke orang shalih seperti ke Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, dan sahabat lainnya untuk dilakukan tahnik pada anak bayi mereka yang baru lahir. Sekiranya hal ini sunnah, maka para sahabat yang paling pertama dan semangat melakukannya.

 

Di sisi lain, para ulama sepakat bahwa mentahnik bayi yang baru lahir di hari pertama kelahirannya dengan kurma merupakan sunnah (dianjurkan). Untuk menengahi perbedaan pendapat ini, Syaikh Muhammad bin Shalih Al’Utsaimin menjelaskan bahwa tahnik dikembalikan kepada masing-masing orang. Apabila melakukan tahnik, maka tidak mengapa (jangan dicela dan menyalahkan). Sementara apabila tidak melakukan tahnik, juga tidak mengapa dan jangan dicela. Intinya, setiap umat diharapkan saling menghormati karena perbedaan pendapat ini memiliki dalil sesuai dengan cara berdalil yang benar. Ulama yang berdalil dan mengambil pendapat tentang tahnik ini juga diakui (mu’tabar) keilmuannya.

 

Baca juga: Natal Teeth, Gigi Bayi yang Sudah Tumbuh Sejak Lahir

 

 

 

Tahnik Bayi Baru Lahir dari Sisi Medis

Lalu bagaimana menurut pandangan medis? Karena seperti yang sudah umum diketahui, asupan terbaik untuk bayi baru lahir hingga 6 bulan pertama kehidupannya adalah Air Susu Ibu (ASI).

 

Dihubungi oleh Teman Bumil, dr. Rosalina D. Roeslani, Sp.A(K) mengatakan bahwa praktik ini tidak dianjurkan untuk dilakukan. 

 

“Prelacteal feed atau pemberian makanan lain sebelum Inisiasi Menyusu Dini akan mengurangi produksi ASI. Dan WHO menganjurkan bahwa bayi hanya diberikan ASI secara eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan yang mana itu sudah dapat memenuhi kebutuhan kalori dan nutrisi bayi,” ujar dokter spesialis anak konsultan neonatologi tersebut.

 

“Bila untuk prebiotik dan meningkatkan kadar gula, sebetulnya memang bisa hanya dengan Inisiasi Menyusu Dini, yang mana akan terbentuk flora normal di usus bayi sesuai kuman ibu. Selain itu, di dalam kolostrum sudah terkandung zat bioaktif baik prebiotik maupun probiotik. Dengan catatan, kondisi ini adalah untuk bayi yang lahir cukup bulan,” jelasnya.

 

“Pada praktik tahnik, sunnah Nabi juga menyatakan hanya ayah yang melakukannya, jadi tidak boleh sembarang orang. Karena, ludah mengandung kuman, jadi dapat sebagai sumber penularan apalagi bila sedang sakit. Harus diteliti juga lumatannya karena bayi baru bisa mengonsumsi makanan cair. Intinya, karena belum ada penelitian medisnya, maka saya hanya bisa memberikan hasil pemikiran saya tentang praktik tahnik ini,” tambah dokter yang berpraktik di  Rumah Sakit Gandaria dan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo tersebut. (IS)

 

Referensi:

Muslim. Tahnik Bayi

Al Manhaj. Tahnik Bayi

Keterangan dr. Rosalina D. Roeslani, Sp.A(K) kepada Teman Bumil





  • # TBN Kesehatan
  • # Bayi & Balita
  • # TBN 0-6 Bulan