iera sipahutar
19 Oktober 2022
Photo by Roni Mbunt: https://www.pexels.com/photo/child-wearing-a-jumper-sitting-on-green-grass-5288334/

Anak Suka Bernapas dari Mulut, Banyak Risikonya!

Kalau diperhatikan si Kecil bernapas menggunakan mulut? Jika sesekali ia lakukan, hal ini bukanlah masalah. Namun, beda cerita jika ia melakukannya nyaris setiap saat. Yuk, simak lebih lanjut di sini.

 

Bernapaslah dengan Hidung, Bukan dengan Mulut

Beruntunglah kita dikaruniai dua organ pernapasan, yaitu hidung dan mulut. Dengan begitu, kebutuhan utama manusia untuk menghirup oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida dapat dilakukan menggunakan hidung, mulut, atau kombinasi keduanya. Walau begitu tetap saja, metabolisme tubuh berfungsi paling baik ketika kita mengambil oksigen melalui hidung.

 

Pasalnya, pernapasan hidung dapat menjaga kita tetap sehat dalam banyak hal. Pertama, rambut yang melapisi hidung dan saluran hidung adalah garis pertahanan pertama melawan patogen potensial seperti virus, kotoran, bakteri, jamur, atau spora. Kedua, hidung menghangatkan dan melembabkan udara yang dihirup, sehingga lebih baik untuk kesehatan pernapasan secara keseluruhan, terutama jika tinggal di iklim dingin. Dan terakhir, hidung menghasilkan oksida nitrat yang merupakan senyawa penting untuk membantu meningkatkan sistem kardiovaskular dan kekebalan tubuh. Pernapasan hidung mengangkut oksida nitrat di saluran hidung ke paru-paru, dan akhirnya beredar di aliran darah.

 

Jika pernapasan hidung sangat baik untuk kita, apakah itu berarti pernapasan mulut buruk?

 

Nyatanya, bernapas dengan mulut bukan masalah besar, kok. Namun karena ini bukan cara yang ideal, bernapas dari mulut memiliki kekurangan, seperti kekeringan pada bibir dan bau mulut. Maka dari itu, kita, termasuk si Kecil, disarankan untuk bernapas dengan cara ini hanya pada kondisi tertentu, misal saat pilek dan hidung tersumbat.

 

Sementara, jika pernapasan mulut berlangsung selama beberapa minggu bahkan berbulan-bulan, nyatanya memiliki dampak yang cukup buruk dan dapat menandakan masalah lebih besar yang perlu ditangani. Bahkan jika dibiarkan tidak terselesaikan, pernapasan mulut yang dilakukan sejak masa anak-anak memiliki kaitan dengan masalah perilaku, kelainan wajah dan gigi, bahkan pertumbuhan yang lebih lambat. Waduh.

 

 

Baca juga: Tidak Harus Mahal, Kekurangan Gizi Kronis Bisa Dicegah dengan Makanan Tradisional

 

 

 

 

Kenapa si Kecil Bernapas dengan Mulut?

Beberapa masalah mendasar dapat menjelaskan kenapa si Kecil lebih sering bernapas dengan mulut. Salah satu penyebab paling umum adalah hidung tersumbat dan termasuk kasus ringan karena hanya akan berlangsung dalam hitungan hari. Setelah pilek sembuh, maka umumnya si Kecil akan bernapas kembali dengan hidung. 

 

Walau begitu, tidak selalu jelas mengapa seorang anak bernapas melalui mulut. Malah terkadang ada beberapa penyebab yang tumpang tindih. Alasan paling umum adalah:

  • Alergi atau asma.
  • Adenoid besar atau amandel.
  • Hambatan fisik di saluran hidung, seperti kelainan septum (tulang rawan yang memisahkan bagian kanan dan kiri hidung).
  • Kebiasaan mengisap ibu jari sehingga membuat si Kecil terbiasa menjulurkan lidah.
  • Tongue tie, yang membuat lidah melekat pada dasar mulut.
  • Dalam beberapa kasus, mungkin tidak ada penyebab yang jelas dari pernapasan mulut, karena itu bisa menjadi kebiasaan yang dilakukan anak dan tidak dilatih.

 

 

 

Dampak Negatif Bernapas dengan Mulut

Bukan hal sepele, pernapasan mulut pada anak-anak punya kaitan erat dengan sejumlah kondisi medis, lho. Yang Mums perlu tahu adalah:

  • Bernapas dengan mulut membuat mulut kering. Hal ini dapat mengurangi air liur, sehingga bakteri dan sisa makanan dapat bertahan lebih lama di gigi. Akibatnya, akan meningkatkan risiko berkembangnya masalah seperti kerusakan gigi dan gingivitis (radang gusi).
  • Pernapasan mulut terkait dengan tekanan darah tinggi (hipertensi) dan sirkulasi yang buruk, sehingga meningkatkan risiko masalah jantung.
  • Udara yang dihirup melalui mulut juga dapat mengandung lebih banyak racun dan alergen, yang dapat memperburuk kondisi yang ada seperti asma dan alergi.
  • Dalam jangka waktu panjang, pernapasan mulut dapat memengaruhi perkembangan wajah, seperti menghasilkan rahang yang mundur atau rahang miring ke belakang. Ini terjadi karena cara lidah bersandar di mulut untuk membantu menjaga jalan napas tetap terbuka.
  • Ketika si Kecil tidak bernapas dengan benar, sistem kekebalan dan fungsi lainnya dapat terganggu. Pasalnya, ia tidak mampu bernapas secara dalam. Padahal, dengan proses pernapasan ini membuat si Kecil dapat menghirup lebih banyak oksigen dan mendukung perkembangan otaknya.
  • Masalah pencernaan juga bisa terjadi jika ia terbiasa bernapas dengan mulut. Hal ini dipicu dari kerusakan gigi yang akhirnya membuat gigi anak berlubang karena mikroorganisme yang semestinya bisa dicegat di saluran hidung, berhasil lolos dan masuk ke mulut. Kerusakan gigi ini bahkan dapat menyebabkan masalah usus karena 50 persen bioma di mulut akan sampai ke usus.

 

Sungguh sebuah hal yang patut diperhatikan, ya. Nah, jika Mums ingin mengetahui apakah si Kecil bernapas dari mulut, ada beberapa indikator yang bisa diperhatikan, antara lain:

  • Si Kecil selalu tidur dengan mulut terbuka atau menganga.
  • Mendengkur keras atau menggeretakkan gigi saat tidur.
  • Merasa lelah di siang hari, sehingga membuatnya rewel atau mudah tantrum.
  • Memiliki masalah dengan perilaku atau konsentrasi.
  • Bau mulut.

 

Jika Mums mencurigai si Kecil bernapas dengan mulut, segeralah berkonsultasi dengan dokter anak atau dokter gigi untuk mendapatkan diagnosis yang pasti. Tentu saja, ini menjadi langkah awal yang baik untuk mencegah dampak buruk telanjur terjadi. (IS)

 

 

Referensi:

Parents. Mouth Breathing

Today's Parents. Mouth Breather



  • # TBN Kesehatan
  • # Bayi & Balita
  • # TBN 3 Tahun