Rame Soal "Rahim Copot" Ini Penjelasan Dokter Obgin
Podcast Raditya Dika dengan bintang tamu dr. Gia Pratama menarik perhatian netizen dan menjadi viral di sosial media.. Hal ini karena dr. Gia menceritakan pengalamannya menangani perempuan yang rahimnya lepas atau copot. Publik lantas mempertanyakan, mungkinkah hal itu terjadi? Apa sebenanya yang dimaksud rahim copot itu?
Awal Mula Cerita 'Rahim Copot'
Sebelumnya, dr Gia menjelaskan bahwa ada seorang pria datang ke IGD RSUD saat ia tengah berjaga, membawa sekantong kresek. Setelah dilihat, diyakini dr Gia, yang dibawanya merupakan rahim. Menurut dr Gia, hal itu terjadi pascapersalinan ibu dengan dukun beranak yang menarik paksa plasenta. Padahal, plasenta bisa lahir dengan sendirinya dalam waktu tertentu.
Jika merunut pada cerita tersebut, dr. Ardiansjah Dara Sjahruddin SpOG, MKes, FICS, FESICOG saat dihubungi Teman Bumil, menjelaskan kasus yang dimaksud dr. Gia kemungkinan adalah plasenta akreta.
Apa itu Plasenta Akreta?
Plasenta akreta adalah kondisi kehamilan serius di mana plasenta tumbuh terlalu dalam dan menempel erat pada dinding rahim sehingga tidak dapat terlepas secara normal setelah bayi lahir. Kondisi ini berisiko menyebabkan perdarahan hebat saat melahirkan, yang bisa mengancam jiwa.
“Biasanya kelainan plasenta ini tidak akan lepas dengan sendirinya saat persalinan dan harus dilakukan operasi. Makanya plasenta akreta tidak mungkin dilahirkan secara per vaginam,” jelas dr. Dara.
Ia menambahkan, kemungkinan yang disebut “rahim copot” itu kalau plasenta akreta yang tidak terdeteksi kemudian lahir secara normal ditolong orang yang tidak paham kalau itu plasenta akreta (dukun beranak).
“Begitu bayi lahir dan plasentanya mau dilahirkan, dia tarik...dia tarik terus pas lepas dia paksa, akhirnya seperti kita membuka sarung tangan, bagian luar di dalam, bagian dalam di luar (terbalik). Kalau tariknya pakai tenaga yang sangat kuat bisa robek rahimnya dan kemungkinan copot,” tandas dr. Dara.
Namun, kasus plasenta yang ditarik paksa dan menyebabkan “rahim copot” ini menurut dr, Dara sangat jarang terjadi. “Jika menemukan kasus seperti ini maka ini adalah salah satu kasus emergensi karena bisa menyebabkan kematian ibu dalam waktu cepat.”
Jenis-jenis Plasenta akreta
Plasenta akreta sendiri dibagi menjadi tiga jenis, berdasarkan seberapa dalam plasenta menempel
1. Plasenta akreta, jika plasenta tumbuh terlalu dalam pada otot rahim.
2. Plasenta inkreta, jika plasenta menembus lebih dalam ke otot rahim.
3. Plasenta perkreta, adalah kondisi yang lebih berat di mana plasenta menembus seluruh dinding rahim dan bahkan bisa melekat pada organ lain seperti kandung kemih.
Berbagai Kelainan plasenta yang berisiko tinggi
Selain plasenta akreta, ada beberapa kelainan kehamilan terkait plasenta yang juga meningkatkan risiko kematian pada ibu hamil. Berikut di antaranya:
1. Plasenta previa
Plasenta menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir, menyebabkan perdarahan hebat selama kehamilan dan persalinan.
2. Solusio plasenta
Sering juga disebut abruptio plasenta), yaitu plasenta terlepas dari dinding rahim sebelum waktunya, yang merupakan kondisi darurat yang dapat menyebabkan perdarahan hebat dan mengancam keselamatan ibu dan bayi.
3. Insufisensi plasenta
Plasenta tidak dapat menyediakan oksigen dan nutrisi yang cukup untuk janin, sehingga pertumbuhan janin terhambat.
4. Retensio plasenta
Plasenta tertinggal di dalam rahim setelah persalinan, atau tidak bisa keluar secara keseluruhan, yang dapat menyebabkan perdarahan.
Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, ibu hamil perlu cek kehamilan secara rutin. Salah satu manfaatnya adalah mendeteksi jika ada kelainan plasenta yang bisa membahayakan ibu dan janin. Pemeriksaan USG pada trimester kedua kehamilan (sekitar usia 18–20 minggu) biasanya dapat mendeteksi kelainan plasenta. Jika Mums mengalami perdarahan saat hamil, segera hubungi dokter kandungan atau bidan untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
-
# Persalinan
-
# TB Persalinan & Postpartum
-
# TBMinggu39
-
# TBTrimester3
-
# Plasenta Previa
-
# Solusio Plasenta