Ana Yuliastanti
22 April 2025
Shutterstock

Persiapan Jadi Ibu Ala Gen Z, Beda sama Generasi Milenial

Berdasarkan data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) melalui Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2022, sekitar 8,2% perempuan Indonesia berusia 15–49 tahun yang sudah menikah, memilih untuk menunda atau bahkan menghindari kehamilan. Angka ini mencerminkan perubahan sikap terhadap peran ibu dan kehamilan di kalangan generasi muda.


Fenomena ini tercatat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kesiapan mental, kekhawatiran atas kestabilan ekonomi, tekanan sosial, serta pertimbangan karier dan kehidupan pribadi.

Baca juga: Menjalani Promil tanpa Beban, Begini Caranya!


Pola Pikir Gen Z Terkait Jadi Orang Tua


Psikolog keluarga, Samanta Elsener menjelaskan bahwa saat ini hampir tidak lagi berlaku keyakinan “banyak anak banyak rejeki.” Generasi Z memiliki pola pikir sangat berbeda dengan generasi sebelumnya, yaitu milenial apalagi generasi X.


“Gen Z sangat memperhatikan hal-hal yang sangat detil terutama persiapan mental dan finansial sebelum memutuskan menikah dan punya anak. Mungkin berbeda dengan milenial, di mana mereka masih berpikir bahwa rejeki bisa dicari, jadi mereka memutuskan menjadi orang tua tidak membutuhkan pemikiran panjang setelah menikah,” jelasnya dalam peluncuran kampanye “Siapa Takut Jadi Ibu!” oleh PRENAGEN di Jakarta, 21 April 2025, bertepatan degan peringatan Hari Kartini.

Lebih jauh Samanta menjelaskan bahwa perjalanan menjadi ibu kerap kali dibayangi berbagai tantangan, seperti perubahan psikologis dan mood akibat fluktuasi hormonal, hingga tekanan sosial untuk bisa menjalani kehamilan dan merawat anak dengan baik setelah melahirkan.


“Rasa takut atau ketidaksiapan menjadi ibu adalah hal yang wajar dan manusiawi. Yang dibutuhkan adalah ruang untuk memproses perasaan itu secara jujur dan tanpa penilaian. Kehamilan seharusnya dijalani dengan kesadaran penuh, bukan dalam kesendirian. Karena itu, penting bagi lingkungan sekitar untuk hadir dengan empati dan dukungan,” ujar Samanta.


Ketakutan menjadi ibu inilah yang akhirnya membuat anak muda saat ini memutuskan untuk menunda bahkan menghindari kehamilan.


Dukungan Emosi dan Nutrisi untuk Calon Ibu

Kampanye “Siapa Takut Jadi Ibu!” adalah salah satu bentuk dukungan, agara perempuan untuk berani menyuarakan kekhawatiran mereka tanpa merasa dihakimi. Selain dukungan emosional, kampanye ini juga menyoroti pentingnya pemenuhan nutrisi selama periode emas - 1.000 hari pertama kehidupan. Dukungan nutrisi sangat menentukan dalam membantu perempuan merasa lebih siap dalam mengambil peran sebagai ibu dan melahirkan generasi masa depan yang sehat dan berkualitas.


Sayangnya, di Indonesia, belum semua calon ibu, ibu hamil, maupun ibu menyusui mendapatkan akses nutrisi yang seimbang. Menurut dr. Ardiansjah Dara Sjahruddin, SpOG, dokter spesialis kebidanan dan kandungan, banyak ibu hamil yang masih mengalami defisit asupan nutrisi penting, khususnya protein, kalsium, DHA, zat besi, dan asam folat. Padahal, kekurangan nutrisi ini dapat menyebabkan komplikasi seperti anemia pada ibu, keterlambatan perkembangan janin, hingga berat badan lahir rendah.”


Dr. Dara menambahkan, kebutuhan nutrisi setiap ibu hamil berbeda, namun memegang prinsip nutrisi seimbang. Terdiri dari mikro dan makronutrisi. Kebutuhan nutrisi saat hamil pun berbeda-beda di setiap trimester, yaitu:
- Trimester 1: mikronitrisi terutama asam folat untuk mencegah cacat tabung saraf janin.
- Trimester 2: kebutuhan kalsium meningkat karena untuk perkembangan tulang bayi.
- Trimester 3: kebutuhan zat besi untuk persiapan persalinan dan tumbuh kembang janin yang optimal.

“Memenuhi kebutuhan nutrisi selama hamil sering diartikan dengan makan dua porsi. Ini kurang tepat. Makan dua porsi alias berlebihan meningkatkan risiko kelebihan berat badan ibu hamil dan risiko diabetes kehamilan. Apalagi di usia kehamilan 5 bulan darah ibu hamil cenderung “lebih manis”, artinya padat nutrisi termasuk karbohidrat karena memenuhi kebutuhan nutrisi untuk janin. Diabetes memengaruhi ibu dan janinnya saat persalinan, mulai perdarahan, infeksi hingga kematian janin dalam rahim,” jelas dr. Dara.

Junita, Brand Group Manager PRENAGEN mengatakan, “Kampanye “Siapa Takut Jadi Ibu!” mendorong keyakinan pada setiap perempuan bahwa siapapun memiliki kekuatan untuk menjadi ibu. “Dengan kampanye ini, diharapkan perempuan untuk melihat kehamilan dan peran ibu dengan perspektif baru, bersama-sama mengubah stigma yang masih banyak melekat dan mendukung perempuan untuk dapat menjalani proses kehamilan dengan percaya diri.

  • # Kehamilan
  • # Wanita
  • # Kesehatan Wanita
  • # Keuangan
  • # Kesehatan Mental