Yovita Diane Titiesari
11 Juni 2019
pixabay.com

Obat untuk Mengatasi Nyeri Menstruasi

Informasi kesehatan ditinjau dan diedit oleh
dr. Yurika Elizabeth Susanti

Menstruasi alias datang bulan adalah salah satu agenda rutin para wanita. Menstruasi sendiri adalah suatu proses fisiologis tubuh wanita, terutama dalam bidang reproduksi. Menstruasi acap kali dibarengi oleh beberapa gejala, salah satunya nyeri menstruasi.

 

Dalam bahasa medis, kondisi ini disebut dengan dismenorea. Dismenorea ditandai dengan nyeri di perut bagian bawah, terutama di daerah suprapubic (sekitar vagina dan di bawah pusar). Nyeri ini dapat menjalar ke daerah kaki dan punggung. Pada beberapa kondisi, nyeri yang timbul dapat diiringi juga dengan rasa mual, nyeri kepala, dan pusing berputar.

 

Nyeri menstruasi biasanya dirasakan 1 hingga 3 hari menjelang menstruasi, dan intensitasnya paling tinggi 24 jam setelah hari pertama menstruasi. Nyeri dapat bertahan hingga hari kedua atau ketiga menstruasi.

 

Penyebab Nyeri Menstruasi

Nyeri menstruasi tentu saja menimbulkan ketidaknyamanan. Untuk beberapa wanita, hal ini dapat ditoleransi dengan baik. Namun bagi sebagian wanita, nyeri menstruasi yang dirasakan dapat mengganggu kegiatan sehari-hari, seperti bekerja atau belajar.

 

Beberapa kondisi dapat meningkatkan kemungkinan seorang wanita mengalami nyeri menstruasi. Usia kurang dari 30 tahun, mendapat menstruasi pertama sebelum usia 11 tahun, mengeluarkan darah yang sangat banyak saat menstruasi, dan juga bagi wanita yang merokok.

 

Baca juga: Pertanyaan yang Paling Sering Ditanyakan tentang Menstrual Cup

 

Nyeri menstruasi sendiri biasanya tidak menyebabkan komplikasi medis yang serius. Namun, nyeri menstruasi yang disebabkan oleh kondisi patologis, seperti endometriosis dan pelvic inflammatory disease, tentu memerlukan perhatian yang lebih.

 

Obat untuk Mengatasi Nyeri Menstruasi

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk membantu mengurangi nyeri menstruasi. Berendam air hangat atau mengompres perut bagian bawah dengan air hangat dapat membantu mengurangi nyeri yang terjadi. Berolahraga secara teratur dan mengurangi stres juga diduga mampu membantu meringankan gejala nyeri menstruasi.

 

Jika nyeri menstruasi yang dialami masih terasa mengganggu setelah upaya-upaya non-farmakologis tadi, maka Geng Sehat dapat menggunakan obat pengurang sakit atau analgesik. Ada beberapa pilihan analgesik yang dapat dibeli secara bebas (over the counter/OTC), yang dapat menjadi pilihan Geng Sehat.

 

Pilihan pertama yang direkomendasikan adalah ibuprofen. Ibuprofen adalah obat golongan antiinflamasi nonsteroid atau NSAID. Obat golongan NSAID bekerja menghambat pembentukan senyawa prostaglandin.

 

Baca juga: 7 Penyebab Menstruasi Tidak Teratur

 

Senyawa prostaglandin adalah senyawa yang diduga menyebabkan terjadinya rasa nyeri, termasuk nyeri menstruasi. Pada wanita yang mengalami nyeri menstruasi, diketahui bahwa kadar prostaglandin dalam darahnya cukup tinggi. Jadi, tentunya zat yang dapat menghambat pembentukan prostaglandin merupakan pilihan yang tepat.

 

Hal ini juga dibuktikan dalam sebuah Cochrane review tahun 2010, yang menunjukkan bahwa obat golongan NSAID efektif dalam mengatasi gejala nyeri menstruasi alias dismenorea.

 

Dari semua obat yang termasuk golongan NSAID, ibuprofen adalah obat yang bisa didapatkan secara bebas alias tanpa resep dokter. Ibuprofen tersedia dalam berbagai bentuk dan kekuatan sediaan. Namun, yang dapat dibeli secara bebas hanyalah tablet ibuprofen 200 mg dan sirup ibuprofen 100 mg per 5 mL.

 

Dosis ibuprofen yang dianjurkan untuk mengatasi nyeri menstruasi pada pasien dewasa adalah 200 hingga 400 mg setiap 4 hingga 6 jam. Dosis maksimal untuk satu hari adalah 1.200 mg.

 

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika mengonsumsi ibuprofen. Pertama, ibuprofen sebaiknya dikonsumsi setelah makan untuk mengurangi efek samping iritasi lambung, yang biasa timbul pada penggunaan obat golongan NSAID.

 

Kedua, penggunaan ibuprofen secara terus-menerus tidak boleh melebihi 10 hari karena ada risiko efek samping. Ibuprofen juga harus digunakan secara bijak oleh pasien dengan riwayat gangguan saluran pencernaan, seperti tukak lambung, perforasi, dan perdarahan saluran cerna.

 

Pilihan kedua selain ibuprofen adalah parasetamol. Parasetamol juga dapat dibeli bebas dalam bentuk tablet, biasanya dengan kekuatan 500 atau 600 mg, serta dalam bentuk sirup. Parasetamol dapat dikonsumsi dengan dosis 650 mg setiap 4 hingga 6 jam, dengan maksimal konsumsi dalam sehari adalah 3.250 mg.

 

Namun jika dibandingkan dengan ibuprofen, parasetamol memberikan efek analgesik yang lebih rendah dalam kasus nyeri menstruasi. Hal ini diduga jika dibandingkan dengan ibuprofen dan obat golongan NSAID lain, parasetamol memiliki efek menekan produksi prostaglandin yang lebih rendah.

 

Parasetamol dapat menjadi pilihan bagi pasien yang alergi terhadap ibuprofen dan golongan NSAID lain atau bagi pasien dengan riwayat gangguan saluran pencernaan seperti yang disebutkan sebelumnya.

 

Nah Gengs, itu dia pilihan obat yang dapat digunakan untuk mengatasi nyeri menstruasi alias dismenorea. Ibuprofen adalah pilihan yang cukup efektif dan aman jika digunakan pada dosis dan cara pakai yang dianjurkan.

 

Jika nyeri menstruasi yang dialami tidak kunjung mereda setelah pemberian obat atau nyeri tetap bertahan dan terasa semakin berat, sebaiknya Kamu berkonsultasi lebih lanjut kepada dokter. Pasalnya, mungkin saja nyeri menstruasi yang dialami adalah manifestasi dari penyakit lain di daerah reproduksi. Salam sehat!

 

Referensi:

Marjoribanks, J., Proctor, M., Farquhar, C. and Derks, R. (2010). Nonsteroidal anti-inflammatory drugs for dysmenorrhoea. Cochrane Database of Systematic Reviews.

  • # Menstruasi
  • # Obat
  • # Haid
  • # Kesehatan Wanita
  • # Nyeri haid
  • # Fertilitas
  • # TBMinggu1
  • # TB Kesehatan