Jangan Termakan Isu, Mums! Menurut Ahli Gizi, Maltodextrin di Susu Formula Aman
Belakangan ini, beredar informasi di media sosial mengenai kandungan maltodextrin di susu formula, yang dikatakan berbahaya untuk kesehatan anak. Apalagi akhir-akhir ini juga banyak diberitakan kasus diabetes dan gagal ginjal pada anak meningkat.
Mums yang belum tahu apa itu maltodextrin, wajib baca sampai habis informasi berikut!
Apa itu Maltodextrin?
Doktor dalam bidang ilmu gizi Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta, Dr. Rosyanne Kushardina S.Gz Msi., menjelaskan maltodextrin adalah salah satu bahan tambahan pangan (BTP).
“Maltodekstrin biasa ditambahkan ke produk pangan sebagai pengawet, penguat rasa, filler (meningkatkan volume), untuk meningkatkan tekstur, dan ada juga yang digunakan sebagai perisa,” ujar Rosyanne. Maltodekstrin juga kerap digunakan sebagai pengganti laktosa pada produk susu, untuk mereka yang intoleransi terhadap laktosa.
Menurut Rosyane, maltodextrin ini sangat yang aman, karena terbuat dari bahan alami, yaitu pati yang dihidrolisis. Sumber pati bisa dari umbi-umbian atau jagung.
Maltodekstrin sebenarnya hampir tidak memiliki rasa manis, sehingga banyak terdapat pada produk pangan, tidak hanya di produk susu pertumbuhan. Bahkan, maltodextrin juga ada di produk yang asin/gurih seperti kaldu ayam dan kaldu jamur, karena dia berperan sebagai filler.
Kalau mengukur tingkat kemanisan di makanan, maka bisa digunakan dextrose equivalent (DE), yang dibagi menjadi rendah (<20), sedang (21 – 55), dan tinggi (>55). Maltodekstrin memiliki nilai DE 3 – 19.
“Maltodekstrin bisa digunakan untuk bermacam makanan tergantung nilai DE-nya. Misalnya, maltodekstrin dengan DE10 bisa digunakan untuk produk-produk instan seperti saos instan dan produk diet. Maltodekstrin dngan D15 biasa digunakan pada minuman isotonik, dan DE19 digunakan untuk bubuk cokelat, produk susu, dan dessert,” papar Rosyanne.
Isu Seputar Maltodextrin yang Tidak Benar
Dr. Rosyane menyoroti isu terkait maltodekstrin yang belakangan ini ramai di media sosial. “Tidak tepat jika maltodekstrin dikaitkan dengan peningkatan kandungan gula pada susu, dan menyebabkan diabetes bahkan gagal ginjal pada anak,” tegasnya.
Ia menambahan, juga tidak ada korelasinya antara kandungan maltodektrin dengan jumlah gula dalam produk pangan. “Susu yang mengandung maltodekstrin tidak berarti memiliki kandungan gula lebih tinggi. Ini bisa kita cek pada label di kemasan,” tandasnya.
Dokter spesialis anak konsultan nutrisi dan metabolik dari FKUI, dr. Yoga Devarea Sp.A(K), menambahkan, maltodextrin adalah salah satu dari banyak sekali jenis gula. Gula adalah sumber karbohidrat dan termasuk nutrisi esensial, yang artinya tidak bisa dibuat sendiri oleh tubuh.
“Gula berfungsi sebagai pemenuhan energi untuk mendapatkan tenaga (selain dari protein dan lemak). Kalau asupan kalorinya rendah, pertumbuhan terganggu sedangkan kalau berlebih kegemukan,” jelas dr. Yoga.
Gula sendiri ada berbagai macam jenis berdasarkan panjang rantainya. Ada monosakarida (satu molekul), disakarida (dua molekul), lebih dari dua tapi kurang dari 10 (oligosakarida) salah satunya matodektrin, dan kalau lebih panjang lagi menjadi gula kompleks seperti pati, dan serat.
Cara Mencegah Konsumsi Gula Berlebih
Menurut dr. Yoga, aturan penggunaan gula tambahan pada produk pangan duah diatur, salah satunya oleh WHO. “WHO merekomendasikan 10% dari total kalori. Jika di bawah 5 persen lebih baik. Asosiasi dokter anak di negara lain akan merekomendasikan total gula tambahan di bawah 10 persen dari total kalori,” ujar dr. Yoga.
Ia menyoroti isu yang menyatakan bahwa gula dari makanan/minuman menyebabkan banyak pasien gagal ginjal pada anak dan menjalani cuci darah di RSCM. “Penyebab sebenarnya bukan karena konsumsi gula (dari makanan), tapi karena kelainan bawaan. Gagal ginjal kronik adalah penyakit pada orang dewasa atau berumur,” tegas dr. Yoga.
Betul bahwa konsumsi gula yang berlebihan bisa berujung pada berbagai penyakit kronis, tapi prosesnya lama. “Jadi kalau waktu kecil banyak kosumsi gula, dia jadi gemuk. Saat dewasa bisa kena diabetes, yang menyebabkan gagal ginjal. Tapi ini tidak terjadi ketika masih anak-anak, prosesnya panjang,” jelasnya.
Ibu juga perlu cermat saat membaca label pangan. Yang harus dicermati di label ketika membeli produk susu untuk anak adalah gula tambahan seperti sukrosa (gula pasir), bukan kadar gula total. Mengapa? Dalam gula total tersebut, juga terkandung sumber karbohidrat lainnya, seperti laktosa dan maltodekstrin yang keduanya aman dan tidak terkait dengan masalah kesehatan. Laktosa sendiri adalah gula yang secara alami terdapat pada susu.
“Laktosa sangat spesial karena ada di susu mamalia. Kadar laktosa pada ASI sangat tinggi dibanding pada mamalia lain, karena penting dalam perkembangan otak. Adapun penyerapan laktosa membutuhkan enzim pencernaan yaitu laktase, yang berfungsi untuk memecah laktosa menjadi molekul yang lebih sederhana sehingga bisa diserap oleh tubuh. Anak-anak yang memiliki kondisi intoleransi laktosa sehingga tidak bisa mencerna laktosa, memerlukan susu khusus yang tidak mengandung laktosa,” papar dr. Yoga.
Jadi, tidak benar bahwa maltodekstrin dalam produk susu pertumbuhan tidak aman. Maltrodextrin dibuat dari bahan alami, yaitu pati dari sumber karbohidrat seperti umbi-umbian, serealia, dan jagung. Penggunaan maltodextrin sudah diatur dalam aturan BPOM. Isu bahwa maltodekstrin meningkatkan kandungan gula dalam produk nutrisi anak dan menyebabkan gagal ginjal anak, terbantahkan berdasarkan pemaparan dr. Yoga dan Dr. Rosyanne.
-
# Gula
-
# Susu anak
-
# Susu formula