iera sipahutar
11 Mei 2020
freeoik.com

Jangan Lengah, Jumlah Anak Terinfeksi Coronavirus Meningkat di Indonesia!

Awalnya, jumlah anak-anak yang terinfeksi coronavirus terbilang rendah. Namun, kini Mums tak boleh lengah sama sekali. Pasalnya, makin banyak anak-anak yang terinfeksi virus asing ini. Apa yang bisa orang tua lakukan?

 

Anak-anak Terinfeksi COVID-19 dari Orang Tua

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Jonas F Ludvigsson, MD, PhD., beserta tim dari Department of Medical Epidemiology and Biostatistics, Karolinska Institutet, Stockholm, Swedia, ada beberapa faktor mengapa awalnya anak-anak tergolong jarang terinfeksi COVID-19. Beberapa faktornya adalah:

 

  1. Anak-anak lebih sering terekspos dengan virus, dan paparan berulang ini justru meningkatkan imun mereka saat terpapar coronavirus. Alhasil, mereka hanya mengalami gejala yang ringan atau bisa juga asimptomatik (tidak menunjukkan gejala).

 

  1. Coronavirus berikatan dengan enzim angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2) sebagai reseptornya untuk bisa masuk ke dalam sel inangnya. Pada anak-anak, enzim ini masih belum berkembang.

 

  1. Anak-anak tidak merokok, sehingga prevalensi terinfeksi COVID-19 kecil.

 

  1. Pemberian imunisasi yang lengkap mampu melindungi sistem imun si Kecil, berdasarkan penelitian para ahli di Cina.

 

Namun seiring dengan peningkatan jumlah kasus positif COVID-19 di Indonesia, anak-anak termasuk di dalamnya. Seperti yang dinukil dari Kompas.com, hingga Selasa (5/5/2020), 22 dari 289 kasus positif COVID-19 di Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan pasien anak-anak.

 

Itu belum semua. Di daerah lain, seperti di Jakarta, lebih dari 170 balita masuk dalam kategori Pasien Dalam Pemantauan (PDP) dan Orang dalam Pemantauan (ODP) menurut data Pemprov DKI Jakarta per 6 April 2020.

 

Baca juga: Bumil Mudah Kegerahan? Coba 15 Trik Ini untuk Mengatasinya

 

Sementara di Jawa Barat, provinsi dengan kasus COVID-19 terbanyak kedua di Indonesia, lebih dari 40 anak hingga usia 10 tahun sudah menunjukkan gejala COVID-19 alias berstatus PDP, hingga minggu kedua April 2020. 

 

Semua kasus COVID-19 yang menimpa anak-anak ini memiliki pola yang sama, yaitu terpapar melalui transmisi lokal atau tertular dari orang tua mereka. Penularan virus corona melalui droplet ketika bersin, batuk, ataupun berbicara terjadi di lingkungan rumah sendiri dan membahayakan semua anggota keluarga, termasuk si Kecil.

 

Menurut juru bicara pemerintah untuk penanganan COVID-19, Achmad Yurianto, tidak ada kasus anak meninggal yang murni akibat virus corona. Yuri mencontohkan kasus di Pamekasan adalah kasus kematian anak akibat demam berdarah yang diperburuk COVID-19.

 

Walau begitu, Ketua IDAI, Aman Bhakti Pulungan, mengingatkan bahwa kasus COVID-19 pada anak di Indonesia tidak bisa disepelekan. Pasalnya, Aman mengatakan bahwa angka kematian anak di Indonesia sudah tinggi akibat penyakit pneumonia, yang disebut sebagai pembunuh anak nomor satu di Indonesia.

 

"Tanpa ada COVID-19 saja, pneumonia sudah menjadi pembunuh nomor satu di Indonesia. Sebagian besar pneumonia yang ada saat ini adalah karena bakteri, sementara COVID-19 karena virus. Kalau anak terinfeksi COVID-19, kemungkinan terjadi infeksi sekunder oleh bakteri akan tambah besar. Pneumonia yang biasa juga akan meningkat," jelas Aman, seperti dikutip dari BBC Indonesia.

 

Segera Ubah Kebiasaan Lama!

Kesamaan pola penularan COVID-19 pada anak-anak yang berasal dari orang dewasa, jelas menjadi peringatan keras bagi kita selaku orang tua untuk tidak melonggarkan kewaspadaan. Langkah pencegahan untuk memutus penyebaran virus harus terus diajarkan dan diingatkan, seperti:

  • Mencuci tangan menggunakan sabun selama 20 detik dan basuh dengan air mengalir.
  • Menerapkan etika batuk dan bersin yang baik, yaitu menutup mulut dengan tisu lalu segera membuangnya. Atau, menggunakan lengan bagian dalam ketika batuk dan bersin.
  • Diam di rumah.
  • Bersihkan benda atau area yang sering disentuh dengan disinfektan.
  • Ingatkan si Kecil untuk tidak sering menyentuh wajahnya.
  • Lebih sering membersihkan mainan si Kecil, terutama boneka. Diutamakan menggunakan air hangat dan pastikan boneka dikeringkan dengan sempurna sebelum dimainkan kembali.

 

Selain langkah pencegahan yang sudah diterapkan secara universal tersebut, Mums berperan besar untuk membantu memutus rantai penyebaran COVID-19 dengan mengubah beberapa kebiasaan lama, seperti:

  • Menyuruh si Kecil mencium tangan kerabat atau anggota keluarga yang lebih tua.
  • Mengajak si Kecil ke tempat ramai.
  • Keluar rumah tanpa menggunakan masker.
  • Membolehkan si Kecil untuk berbagi alat makan dan barang pribadi lainnya dengan orang lain.
  • Tidak langsung membersihkan diri dan mengganti pakaian setelah beraktivitas di luar rumah.
  • Membiarkan si Kecil main dengan binatang liar dan tidak mencuci tangan dengan bersih setelahnya.
  • Ke rumah sakit tanpa reservasi, sehingga si Kecil berada cukup lama di area rumah sakit.
  • Menganggap remeh gejala flu.

 

Dan masih banyak lagi beragam kegiatan sehari-hari yang kini mulai harus diubah dan dijalankan dengan penerapan metode new normal, sebagai strategi menghadapi pandemi COVID-19 hingga ditemukan vaksin atau obat untuk menuntaskan virus SARS-CoV-2 ini. (AS)

 

Sumber

Healthychildren. Novel Corona Virus.

BBC Indonesia. Infeksi COVID-19 pada Anak.

  • # TBN Kesehatan
  • # TBNBulan12
  • # Bayi & Balita
  • # TBN 7-12 Bulan
  • # Coronavirus