Ella Nurlaila
26 April 2025
Shutterstock

Jangan Terjebak Gaya Hidup Konsumtif, Salah satu Cirinya adalah FOMO!

Di tengah gempuran kemudahan berbelanja, terutama belanja di olshop, Mums bisa terjebak gaya hidup konsumtif. Konsumtif merupakan salah satu perilaku manusia yang cukup berbahaya jika dibiarkan. Apalagi di zaman yang serba cepat dan praktis ini, dimana hampir semua orang bisa dengan mudah memenuhi kebutuhan hidupnya.


Semua orang pasti harus memenuhi kebutuhan hidupnya. Caranya dengan belanja, barang maupun jasa.  Namun, terkadang seseorang bisa terjebak dalam perilaku atau gaya hidup konsumtif dimana ia menghabiskan uang hanya untuk memenuhi keinginannya. Padahal Sebenarnya barang-barang tersebut tidak terlalu penting atau dibutuhkan.


Contoh Gaya Hidup Konsumtif dan Ciri-cirinya

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), konsumtif adalah kata sifat yang mempunyai arti memakan, hanya menggunakan, dan tidak memproduksi sendiri.


Secara garis besar, perilaku konsumtif adalah perilaku atau gaya hidup seseorang yang suka menghamburkan uang tanpa berpikir panjang. Jika dibiarkan, perilaku konsumtif bisa menjadi masalah yang serius. Seperti munculnya permasalahan keuangan dan stres, hingga mengancam keseimbangan kehidupan rumah tangga.


Berikut ini contoh perilaku dan gaya hidup konsumtif:


1. FOMO (selalu ikut tren)

Contoh perilaku konsumtif yang pertama adalah FOMO atau tindakan untuk selalu mengikuti tren terkini. Orang-orang yang FOMO akan selalu melakukan apa saja untuk bisa mengikuti tren yang ada, termasuk mengeluarkan dana yang cukup besar untuk barang atau jasa yang sedang menjadi perbincangan banyak orang saat ini.


2. Rasa prestise yang tinggi

Contoh perilaku konsumtif selanjutnya adalah rasa gengsi yang tinggi demi meningkatkan status sosial, dianggap baik, keinginan untuk diterima dan diakui oleh kelompok atau lingkungan, serta memenuhi harapan sosial.


Perilaku konsumtif karena rasa gengsi terlihat pada kebiasaan membeli gadget atau elektronik terkini, kendaraan dengan merek tertentu, dan membeli barang atau jasa terbaru padahal tidak terlalu penting.


3.Gaya hidup mewah (hedonisme)

Hedonisme atau gaya hidup mewah adalah contoh lain dari gaya hidup konsumtif. Seseorang dengan gaya hidup hedonistik mempunyai kecenderungan mencari kepuasan instan dengan membeli berbagai barang atau jasa yang diinginkannya tanpa berpikir panjang. Akibatnya, gaya hidup yang mereka terapkan membawa petaka bagi diri mereka sendiri, terutama masalah keuangan yang tiada habisnya.


4. Pembelian impulsif

Mirip dengan hedonisme, pembelian impulsif adalah tindakan membeli barang dan jasa secara tiba-tiba karena dorongan emosi, seperti keinginan untuk memiliki, takut kehabisan, takut ketinggalan jaman, hingga dorongan dari lingkungan sekitar.


Contoh pembelian impulsif yang saat ini cukup marak adalah membuang-buang uang untuk membeli barang secara online secara terus menerus tanpa memikirkannya terlebih dahulu.


Faktor Penyebab Perilaku Konsumtif

Perilaku konsumtif dapat terjadi karena dua faktor. Pertama, adanya dorongan dari dalam atau faktor internal. Kedua, adanya pengaruh luar yang membuat seseorang berperilaku konsumtif atau disebut dengan faktor luar.


Faktor internal atau dari dalam diri sendiri menjadi pemicu seseorang berperilaku konsumtif. Biasanya karena motivasi dalam diri sendiri atau dorongan batin untuk mewujudkan keinginannya.


Hal ini sangat dipengaruhi oleh kepribadian, pola tingkah laku atau watak seseorang. Orang yang memiliki harga diri rendah cenderung lebih mudah terpengaruh dibandingkan orang yang memiliki harga diri tinggi.


Ada faktor pengalaman hidup seseorang menentukan apa yang akan dibelinya dan ara seseorang menggunakan waktu dan uangnya.



Selain faktor internal, perilaku konsumtif merupakan gaya hidup yang bisa terjadi karena pengaruh luar. Beberapa di antaranya dipengaruhi oleh budaya, kelas sosial, kelompok referensi, dan keluarga.


Perkembangan zaman dan pergeseran budaya masyarakat dapat memicu perilaku konsumtif. Saat ini kelas sosial di msayarakat sangat mendomonasi. Masyarakat terbagi menjadi kelas atas, menengah, dan bawah. Klasifikasi ini didasarkan pada kekayaan, kekuasaan, kehormatan, dan pengetahuan.


Lingkungan sosial mempengaruhi sikap, pendapat, norma, dan perilaku berbelanja seseorang. Selain itu gaya hidup yang dianut suatu keluarga dapat mempengaruhi perilaku anggota keluarga yang ada.


Dampak Negatif Perilaku Konsumtif

Tentu saja perilaku konsumtif memiliki kecenderungan negatif yang dapat berdampak pada seseorang. Dampak negatif yang menghantui mereka dengan gaya hidup ini antara lain:


1. Masalah keuangan

Orang dengan perilaku konsumtif cenderung berpikir irasional. Mereka seringkali membelanjakan uangnya untuk membeli barang dan jasa tanpa berpikir dua kali atau setidaknya dengan tujuan yang jelas.


Tak heran jika tindakan mereka yang tidak bijaksana menjadi penyebab utama masalah keuangan seseorang. Sebab, mereka tidak bisa memprioritaskan kebutuhan utamanya dan membiarkan keinginan batinnya selalu terpenuhi tanpa berpikir dua kali.


Akibatnya, sebagian dana yang seharusnya dialokasikan untuk dana darurat atau tabungan hilang begitu saja. Orang dengan perilaku konsumtif juga kerap nekat berhutang dan terbiasa dengan praktik gali lubang dan tutup lubang.


2. Memicu Stres dan Kecemasan

Perilaku konsumtif merupakan perilaku yang dapat memicu seseorang mudah mengalami stres dan kecemasan. Hal ini terjadi akibat tindakan mereka yang tidak bijaksana dalam membelanjakan uangnya dan berdampak pada kesulitan keuangan.


Ketika seseorang mengalami kesulitan keuangan, ia akan lebih mudah merasa stres dan cemas akibat ketidakmampuannya dalam memenuhi kebutuhan dasarnya, terutama kebutuhan primer.


Perasaan stres dan cemas yang ada dapat diperburuk ketika ada tekanan sosial atau budaya yang mengharuskan seseorang untuk memiliki barang tertentu agar dianggap berhasil dan diterima dengan baik di suatu lingkungan.



Tips Menghindari Perilaku Konsumtif


Seringkali kita terjebak dalam situasi dimana kita tanpa sadar mengeluarkan uang untuk sesuatu yang sebenarnya tidak kita butuhkan atau dalam istilah lain haus akan mata. Fenomena ini bisa terjadi ketika Mums tidak mampu memisahkan kebutuhan dan keinginan.


Kebutuhan merupakan hal-hal mendasar yang harus dipenuhi oleh seseorang demi kelangsungan hidupnya, seperti pangan, sandang, kesehatan, dan papan. Sedangkan keinginan adalah sesuatu yang diinginkan seseorang, namun tidak selalu diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok. Keinginan pada umumnya bersifat subyektif dan dipengaruhi oleh kepribadian, minat, dan kebiasaan.


Sebelum membelanjakan uang, penting untuk memiliki gambaran jelas mengenai tujuan yang akan Mums capai, baik dalam jangka pendek, menengah, atau panjang. Hal ini berguna untuk membantu Mums dalam menentukan prioritas.



Buatlah daftar detail sumber penghasilan rumah tangga, mulai dari gaji, bonus, passive income, dan lain sebagainya. Hitung juga semua daftar pengeluaran, mulai dari kebutuhan bulanan, cicilan, dana rekreasi, dan lain-lain. Kelompokkan pengeluaran  berdasarkan kebutuhan dan keinginan. Dengan daftar ini, Mums bisa dengan mudah memutuskan mana yang harus segera dipenuhi dan mana yang tidak.


Setelah Mums berhasil menghitung total pemasukan dan pengeluaran, selanjutnya tentukan batasan anggaran untuk setiap kategori yang ada. Dengan begitu, keuangan Mums akan lebih terorganisir.


Ingat ya Mums dan Dads, mengikuti tren dan perkembangan terkini bisa dikatakan sebagai makanan sehari-hari. Namun, untuk menghindari munculnya perilaku dan gaya hidup konsumtif dalam diri kita, ada baiknya kita tidak terlalu sering mengikuti tren yang ada.



Referensi:

Jsa. article

  • # Gaya Hidup
  • # Tempat belanja
  • # Belanja kebutuhan