Hana Adisti
02 Maret 2020
pexels.com

Bagaimana Kafein Bekerja Sehingga Kita Tetap Terjaga?

Informasi kesehatan ditinjau dan diedit oleh
dr. Hana Adisti

Pada akhir Agustus lalu, saya pergi ke sebuah pameran kopi di Jakarta. Ternyata bukan hanya biji kopi, tetapi juga peralatan roasting, alat menyeduhnya, sampai pernak-pernik penyajiannya juga ikut dipamerkan. Tidak hanya untuk kopi, tetapi juga cokelat dan teh.

 

Melihat antusiasme pengunjungya ditambah menjamurnya industri kopi, teh, atau cokelat di Indonesia, saya cukup heran apakah konsumen memang menikmati minumannya (baik kopi, teh, maupun cokelat), mengikuti tren, atau memang membutuhkan kafein yang terkandung dalam minuman tersebut untuk tetap terjaga?

 

Baca juga: Kandungan Kafein di Dalam Minuman dan Makanan yang Kamu Konsumsi

 

Bagaimana Kafein Bekerja dalam Tubuh Kita?

Tidak dapat dipungkiri memang ketika mengonsumsi minuman tersebut, tedapat kafein yang masuk ke dalam tubuh kita. Bagaimana kafein bekerja dalam tubuh kita?

 

1. Kafein diserap tubuh dalam waktu 15 – 45 menit

Kafein bersifat ampifilik, yang berarti dapat menembus seluruh membran tubuh dengan bebas. Sifat ini membuat kafein dapat dengan cepat melewati sawar darah otak, dimana ia bekerja dengan cepat. Memang, kita sering tergoda untuk mengonsumsi minuman kedua segera setelah gelas pertama habis. Tetapi ada baiknya kita menunggu sekitar 1 jam agar kafeinnya selesai diserap tubuh. 

 

2. Kafein dapat bekerja dalam tubuh karena bersaing

Bentuk molekul kafein mirip dengan bentuk molekul adenosine, yang bekerja untuk menenangkan aktivitas otak, melebarkan pembuluh darah, membuat rileks, dan akhirnya membantu kita untuk tidur. Karena bentuknya mirip, kedua molekul ini bersaing untuk berikatan dengan reseptor dalam otak.

 

Jika kadar kafein dalam darah banyak, lebih besar kemungkinan kafein yang menang untuk berikatan dengan reseptor. Maka bekerjalah kafein dengan membuat saraf kita lebih cepat bekerja, pembuluh darah konstriksi, menyebabkan kita merasa segar dan lebih terjaga.

 

Baca juga: 6 Cara Membuat Kopi Lebih Sehat

 

3. Waktu paruh kafein berkisar 5 – 7 jam

Waktu paruh yang dimaksud adalah waktu yang dibutuhkan untuk tubuh mengeliminasi separuh dosis awal suatu molekul. Terdapat penelitian yang menyatakan kisaran waktu paruh kafein waktunya lebih lama, yaitu 2,3 – 9,9 jam. Rentang waktu yang jauh ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kebiasaan mengonsumsi kafein, usia, genetik, kesehatan secara keseluruhan, dan gaya hidup. 

 

Mengetahui waktu paruh kafein dapat dimanfaatkan untuk kita dapat mengestimasi dan mengatur waktu yang paling tepat untuk mengonsumsi secangkir kopi. Misalnya, jika kita mengonsumsi kopi dengan 100 mg kafein pada pukul 15:00, pada pukul 21:00 saat kita siap tidur, masih ada 50 miligram kafein yang masih ada dalam tubuh kita. Dengan kata lain, kafein dapat membantu kita pada saat bekerja di siang hari, tetapi dapat memiliki pengaruh negatif terhadap kualitas tidur malam kita.

 

4. Kafein dimetabolisme oleh hati

Setelah membuat kita lebih terjaga, kafein dipecah (dimetabolisme) di hati menjadi 3 senyawa metabolit: paraxanthine, theobromine, da theophylline, dimana ketiganya juga merupakan senyawa aktif. Setelah dimetabolisme hati, ginjal mengekskresikan zat sisanya melalui urine.

 

Baca juga: Apakah Alergi Kafein Itu?
 

5. Gaya Hidup mempengaruhi bagaimana kafein bekerja.

Banyak sekali faktor yang mempengaruhi bahaimana kafein diproses dalam tubuh. Selain usia dan genetik, gaya hidup seperti kebiasaan merokok dan diet dapat mempengaruhi bagaimana metabolisme kafein.

 

Misalnya, untuk individu yang merokok akan memetabolisme kafein dua kali lebih cepat dibandingkan bukan perokok. Terdapat penelitian juga yang menyatakan kontrasepsi oral dapat memperlambat proses metabolisme kafein.

 

Juga tahapan siklus menstruasi juga dapat mempengaruhi tingkat metabolisme kafein. Intinya, masing-masing individu dapat memiliki pengalaman yang berbeda denagn kafein. 

 

6. Kehamilan juga mempengaruhi metabolisme katein

Selama masa kehamilan, waktu paruh kafein meningkat (11,5 – 18 jam), terutama pada trimester ketiga. Kafein berada dalam tubuh lebih lama karena melewati dinding plasenta, dimana baik janin maupun plasenta tidak memiliki enzim untuk memetabolisme kafein.

 

Banyak praktisi menyarankan ibu hamil untuk menghindari kafein selama hamil, walaupun Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan konsumsi sampai 200 mg kafein perhari  selama kehamilan masih aman.

 

Bagaimana kafein masuk dalam gaya hidup kita, biasanya sangat personal. Jika Geng Sehat mengalami hal-hal tertentu ketika mengonsumsi kafein, dapat mengonsultasikannya kepada tenaga kesehatan.

 

Saran yang penting adalah, bersabar untuk memberikan tubuh cukup waktu untuk dapat mengabsorbsinya, juga kelola waktu konsumsi kafein sehingga tidak mengganggu waktu istirahat malam. Jangan lupa cek kadar kafein dalam makanan/minuman pada label pangan ya!

 

 

  • # Nutrisi
  • # Kopi
  • # Gaya Hidup