Ruby Astari
27 Januari 2020
freepik.com

Epilepsi Pada Anak

 Epilepsi tidak hanya menyerang orang dewasa, melainkan juga anak-anak. Menurut data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO – World Health Organization), ada sekitar 50 juta penduduk populasi bumi yang menderita penyakit ini. Mirisnya, ada 80% dari mereka yang berpenghasilan menengah dan rendah, sehingga tidak mendapatkan akses ke pengobatan maksimal.

 

Di Amerika Serikat, 3 juta anak di bawah usia 18 tahun menderita epilepsi. Gangguan otak yang paling umum menyerang anak ini cenderung dialami oleh anak-anak dengan down syndrome dan autisme.

 

Sekilas tentang Epilepsi

Apa itu epilepsi? Epilepsi adalah gangguan neurologis yang dapat menyebabkan kejang-kejang secara berulang. Epilepsi terpicu oleh aktivitas listrik abnormal yang terjadi pada otak penderita.

 

Meskipun masih sering disepelekan dan memang bisa diobati, risiko kematian penderita epilepsi ternyata 3 kali lebih fatal daripada populasi umum yang tidak menderita penyakit ini. Sayangnya, di banyak negara, penderita epilepsi, baik dewasa maupun anak-anak, masih cenderung mendapatkan stigma dan perlakuan diskriminatif.

 

Baca juga: Mengapa Si Kecil Kejang?

 

Penyebab Epilepsi pada Anak

Apakah penyebab epilepsi pada anak? Menurut situs Stand For Children, epilepsi pada anak kemungkinan besar disebabkan oleh beberapa hal di bawah ini:

  • Neurotransmiter yang tidak seimbang.
  • Masalah genetik.
  • Tumor otak.
  • Stroke.
  • Kerusakan otak karena penyakit atau cedera. Untuk poin ini, penyebabnya bisa terjadi karena komplikasi saat lahir atau penggunaan obat-obatan terlarang sewaktu sang Ibu hamil.

Anak-anak yang mengalami demam tinggi, infeksi, atau lahir prematur lebih rentan mengalami epilepsi. Di Indonesia, infeksi sistem saraf pusat disebabkan oleh adanya cacing pita, yang lazim ditemukan di daerah-daerah kotor atau terkontaminasi. Bila lingkungan bersih, tidak hanya bisa dicegah, jumlah penderita epilepsi bisa dikurangi.

 

Beberapa Gejala Epilepsi pada Anak

Inilah beberapa gejala epilepsi pada anak:

  • Lengan dan kaki mereka tersentak dengan tiba-tiba dan berulang.
  • Sesak napas.
  • Jatuh tanpa sebab yang jelas.
  • Sulit merespons suara atau panggilan dalam beberapa saat.
  • Tampak bingung atau mengalami disorientasi.
  • Mata berkedip lebih cepat dari normal.
  • Bibir berwarna kebiruan.

 

Gejala-gejala epilepsi pada anak dapat didiagnosis oleh dokter ahli saraf pediatrik. Dokter ini ahli dalam masalah otak, tulang belakang, hingga sistem saraf. Beberapa tes yang dilakukan adalah:

  • EEG atau electroenchephalography, untuk melihat gelombang atau aktivitas listrik pada otak.
  • VEEG atau EEG dengan perekaman video.
  • CAT Scan.
  • MRI.
  • PET untuk melihat ke dalam otak anak.

Baca juga: Waspada Tanda-tanda Kejang pada Bayi

 

Pengobatan dan Pencegahan (Serangan) Epilepsi

Bagaimana bila si Kecil ternyata terdiagnosis menderita epilepsi? Meskipun sedih, ada cara untuk tetap membuat anak bisa menjalani hidup senormal mungkin.

 

1. Pengobatan

Pengobatan untuk epilepsi pada anak menggunakan beberapa jenis obat anti epilepsi dan anti konvulsan. Bila tidak mempan, anak akan melakukan diet tertentu, misalnya diet ketogenik. Diet ini adalah diet ketat dengan menu yang rendah karbohidrat, tetapi tinggi lemak. Diet ini kadang dapat mengurangi kejang-kejang.

Bila kejang-kejang sulit dikendalikan, dokter juga bisa memberikan stimulasi saraf vagal (VNS). Tentu saja, prosedur ini melibatkan pembedahan saraf.

 

2. Pencegahan

Menurut situs Kids Health, orang tua merupakan sosok pertama dan paling penting dalam pencegahan (serangan) epilepsi pada anak. Misalnya, Mums harus memastikan anak minum obat sesuai resep, tidak stres berlebihan hingga kelelahan dan kurang tidur, mengunjungi ahli saraf sesuai saran dokter, dan sigap saat serangan epilepsi terjadi. (AS)

 

 

Sumber:

Aesnet. Epilepsy.

NCBI. Epilepsy.

 

  • # Anak
  • # Epilepsy (Epilepsi)
  • # Epilepsi
  • # TBN Kesehatan
  • # Bayi & Balita
  • # TBN 4 Tahun