Empat Masalah pada Air Ketuban yang Perlu Diwaspadai Semua Bumil
Mums yang sedang hamil harus berterima kasih pada keberadaan air ketuban. Janin tumbuh di dalam kantung ketuban yang berisi cairan ketuban selama kehamilan. Cairan ketuban adalah cairan yang konsistensinya mirip air, dan keberadaannya mengelilingi janin di dalam rahim. Karena air ketuban ini yang melindungi janin dari berbagai goncangan, maka selama kehamilan pastikan tidak ada masalah pada air ketuban.
Kantung ketuban sudah terbentuk sekitar 12 hari setelah Mums hamil. Cairan ketuban lebih dari sekedar cairan tempat janin mengapung. Cairan ketuban mengandung nutrisi, hormon, antibodi, dan cairan lain untuk membantu menjaga janin tetap sehat dan terlindungi. Cairan ketuban terus bersirkulasi karena janin menelannya, lalu mengeluarkannya. Masalah pada air ketuban dapat mengganggu janin bahkan berbahaya. Yuk, kenali berbagai masalah pada air ketuban berikut ini.
Berbagai masalah pada air ketuban
Cairan ketuban yang terlalu sedikit atau terlalu banyak adalah masalah pada air ketuban yang kerap dijumpai. Kondisi ini dapat menimbulkan masalah bagi ibu hamil atau janin. Berikut ini beberapa masalah pada air ketuban yang bisa terjadi selama masa kehamilan:
1. Air Ketuban Pecah Dini
Apa saja tanda-tanda kebocoran cairan ketuban? Beberapa ibu hamil mengalami kebocoran cairan ketuban selama kehamilan. Apa bedanya dengan urine? Urine rembes merupakan hal yang lumrah terjadi pada ibu hamil, sehingga sebagian orang kesulitan membedakan cairan ketuban dan kencing.
Cairan ketuban berwarna bening, encer dan tidak berbau. Ia memiliki sedikit warna baik itu coklat, hijau atau kuning. Memeriksa bau atau warna pakaian dalam Mums dapat membantu Mums menentukan apakah yang rembes itu air ketuban aatau urine.Urin memiliki bau yang unik dan mungkin lebih mudah dikendalikan dibandingkan cairan ketuban.
Jika Mums merasakan semburan cairan yang deras dari vagina, bisa jadi ketuban Mums pecah. Namun jika ini terjadi di akhir masa kehamilan, pertanda persalinan segera tiba. Hubungi dokter atau bidan jika Mums merasa ketuban pecah di usia kehamilan yang masih jauh dari perkiraan persalinan.
2. Air Ketuban Kurang
Apa yang terjadi jika cairan ketuban terlaku sedikit? Cairan ketuban yang sedikit disebut oligohidramnion. Cairan ketuban yang rendah mempengaruhi sekitar 4% ibu hamil. Beberapa faktor dapat menyebabkan rendahnya cairan ketuban diantaranya:
- Kondisi bawaan yang mempengaruhi ginjal atau saluran kemih janin.
- Kehamilan sudah melewati lebih dari dua minggu tanggal HPL
- Diabetes gestasional.
- Bayi dengan hambatan pertumbuhan
- Ketuban rembes/pecah dini.
- Masalah pada plasenta.
- Kehamilan kembar yang berbagi plasenta yang sama.
Cairan ketuban yang sedikit pada enam bulan pertama kehamilan umumnya lebih berbahaya. Komplikasi ini dapat berupa keguguran, kelainan fisik pada janin yang sedang berkembang termasuk paru-paru yang tidak berkembang dengan baik, atau kelahiran prematur.
Jika Mums didiagnosis menderita oligohidramnion pada trimester terakhir (minggu ke 28 hingga 40) kehamilan, komplikasinya dapat berupa kompresi atau tekanan pada tali pusat, hambatan pada pertumbuhan janin, janin mengalami masalah pernapasan, dan meningkatkan risiko persalinan caesar.
Cara mengatasi air ketuban yang terlalu rendah tergantung pada usia kehamilan. Jika terdeteksi di usia kehamilan 37 minggu atau lebih, dokter mungkin menjadwalkan induksi atau memantau kondisi Mums sampai bayi dilahirkan lebih cepat.
3. Air Ketuban Terlalu Banyak
Apa yang terjadi jika cairan ketuban terlalu banyak? Cairan ketuban yang terlalu banyak disebut polihidramnion. Ini adalah kondisi langka yang menyebabkan gejala seperti kaki bengkak, sesak napas, atau sembelit.
Polihidramnion sedang hingga berat dapat disebabkan oleh:
- Suatu kondisi bawaan yang mempengaruhi kemampuan janin untuk menelan.
- Diabetes gestasional.
- Hamil anak kembar identik dengan sindrom transfusi (TTTS).
- Masalah pada lambung dan pencernaan janin.
- Masalah pada plasenta.
Jika terjadi polihidramnion, hal ini dapat memberi tekanan pada organ di sekitarnya. Hal ini dapat menyebabkan komplikasi kehamilan, terutama jika kondisi ini muncul pada awal kehamilan. Komplikasi yang terjadi akibat masalah pada air ketuban terlalu banyak ini antara lain persalinan prematur atau kelahiran prematur, janin menjadi terlalu besar, perdarahan pasca melahirkan, dan kelahiran mati.
Polihidramnion biasanya tidak diobati kecuali jika diperlukan. Dokter mungkin menjadwalkan janji temu tambahan untuk memeriksa ukuran janin. Dalam kasus yang parah, pengobatan dapat mengatur produksi urin janin saat berada di dalam rahim. Dokter mungkin juga merekomendasikan induksi dini, tirah baring, atau menguras sedikit cairan ketuban.
4. Bayi keracunan air ketuban
Sebenarnya janin minum cairan ketuban adalah hal yang memang seharusnya. Janin membutuhkan cairan ketuban di dalam rahim untuk bertahan hidup. Namun, jumlah pasti cairan ketuban yang dibutuhkan bergantung pada usia kehamilan dan faktor lainnya.
Janin meminum cairan ketuban di dalam rahim untuk membantu mereka berlatih menelan dan mengembangkan sistem pencernaannya. Janin juga mempraktikkan gerakan seperti napas dalam cairan ketuban di dalam rahim. Ini membantu perkembangan paru-paru janin dan mengajarinya cara bernapas nanti di luar rahim. Janin mulai berlatih bernapas dengan cairan ketuban pada trimester pertama.
Ketika menelan dan menghirup cairan ketuban ini menjadi masalah, artinya kualitas air ketubannya buruk. Bisa jadi karena infeksi, atau karena sudah lewat HPL sehingga kualitas air ketuban sudah keruh dan buruk.
Cairan ketuban membantu janin tumbuh dan melindunginya dari cedera dan infeksi. Janin menelan dan berlatih bernapas cairan ketuban, lalu buang air kecil di air ketuban. Beberapa ibu hamil memiliki cairan ketuban terlalu banyak atau terlalu sedikit. Jika Mums khawatir dengan kehamilan Mums karena ada masalah pada air ketuban, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter kandungan segera.
Referensi:
Clevelandclinic. amniotic-fluid
Mayoclinic. low-amniotic-fluid
-
# Kehamilan
-
# Air Ketuban