Uliya Helmi Ali
30 Juni 2021
Pixabay.com

Tanda-tanda Polihidramnion atau Air Ketuban Berlebihan

Informasi kesehatan ditinjau dan diedit oleh
dr. William

Air ketuban menjadi salah satu hal penting dalam kehamilan. Air ketuban turut berperan dalam tumbuh dan kembang janin dalam kandungan. Jadi, jika terdapat masalah pada cairan ketuban, maka akan mengganggu kesehatan janin, Mums. Masalah yang dimaksud itu di antaranya polihidramnion dan oligohidramnion.

 

Air ketuban merupakan cairan yang mengelilingi sekaligus melindungi janin di dalam rahim. Air ketuban berperan dalam pembentukan paru-paru pada janin dan melindunginya dari infeksi. Bukan hanya itu, air ketuban juga berfungsi menjaga suhu dalam kandungan tetap stabil.

 

Volume air ketuban dalam rahim akan meningkat dan memiliki volume tertinggi pada usia kehamilan minggu 34 sampai minggu 36 dengan volume rata-rata yakni 800 ml. Selanjutnya, air ketuban secara perlahan akan berkurang seiring mendekati waktu melahirkan. Pada usia kehamilan 40 minggu, rata-rata volume air ketuban adalah 600 ml.

 

Sayangnya, ada saja kasus di mana terjadi penumpukan air ketuban yang berlebih atau disebut dengan polihidramnion. Polihidramnion terjadi pada sekitar 1 persen kehamilan. Tapi Mums enggak perlu khawatir, kebanyakan polihidramnion merupakan kasus yang ringan dan disebabkan oleh peningkatan air ketuban secara bertahap pada trimester kedua kehamilan.

 

Baca juga: Perkembangan Janin Tiap Semester

 

Tanda-tanda Polihidramnion

Jika Mums mengalami polihidramnion ringan, gejala sering kali tidak terlihat. Namun, pada kasus polihidramnion yang berat atau parah, terdapat beberapa gejala yang muncul akibat tekanan pada rahim dan organ di dekatnya. Gejala-gejala tersebut di antaranya:

  • Kesulitan bernapas, seperti napas tersengal atau sesak napas
  • Ukuran perut menjadi lebih besar dan timbul rasa tidak nyaman pada perut
  • Menurunnya produksi urin
  • Mengalami bengkak pada kaki dan pergelangan tangan

 

Penyebab Polihidramnion

Banyak dari kasus polihidramnion yang tidak diketahui secara pasti apa penyebabnya, terutama pada polihidramnion ringan. Namun, terdapat beberapa kondisi yang bisa menjadi pemicu menumpuknya cairan ketuban.

  • Gangguan kesehatan pada janin: beberapa kelainan bisa membuat janin sulit menelan dan menyerap air ketuban pada volume yang seharusnya. Kelainan tersebut misalnya masalah pada saluran pencernaan, sistem saraf pusat, cacat lahir, atau stenosis pilorus.
  • Jika Mums menderita penyakit tertentu, seperti diabetes, diabetes gestasional, rubella, sifilis, atau toksoplasma.
  • Ketidakcocokan darah antara Mums dan bayi: pada beberapa kasus rhesus yang berbeda antara Mums dan janin bisa menyebabkan terjadinya penumpukan cairan pada salah satu bagian tubuh janin.
  • Mengalami hamil kembar, terutama kembar identik: kehamilan kembar berisiko mengalami twin to twin transfusion syndrome di mana salah satu bayi akan menerima banyak air ketuban sedangkan yang lain hanya sedikit.
  • Wanita hamil yang mengonsumsi obat-obatan terlarang.

 

Semakin dini Mums mengalami polihidramnion atau semakin banyaknya penumpukan air ketuban, maka semakin tinggi pula komplikasi yang dapat timbul. Mums berisiko mengalami infeksi saluran kemih dan perdarahan yang cukup parah pasca persalinan, serta berisiko melahirkan dengan metode Caesar.

 

Tak hanya itu, bayi juga berisiko lahir secara prematur atau bayi berada dalam posisi sungsang. Ada pula kemungkinan jika ketuban akan pecah dini. Yang lebih parah adalah ada kemungkinan jika bayi akan lahir dalam keadaan meninggal atau stillbirth.

 

Penanganan Polihidramnion oleh Dokter

Polihidramnion umumnya diketahui saat Mums melakukan pemeriksaan rutin. Jika dokter kandungan menduga Mums mengalami hal ini, dokter akan menganjurkan pemeriksaan lebih lanjut. Penanganan yang diberikan pada Mums yang mengalami polihidramnion tergantung seberapa parah kondisi dan apa penyebabnya.

 

Polihidramnion ringan dapat hilang dengan sendirinya, namun pada kasus yang cukup berat akan membutuhkan beberapa penanganan. Mums biasanya akan disarankan untuk banyak istirahat serta akan berada dalam pengawasan ketat dokter. Pada umumnya, penanganan yang diberikan yaitu:

 

  • Pemberian prostaglandin synthetase inhibitors (khususnya indometacin) yang berguna untuk mengurangi produksi urine dan aliran darah pada ginjal janin.
  • Pengeluaran air ketuban dengan panduan USG. Biasanya proses ini dilakukan lebih dari satu kali.
  • Jika Polihidramnion mengancam keselamatan janin atau Mums, bisa dilakukan proses induksi atau metode Caesar.
  • Bila polihidramnion disebabkan oleh diabetes, maka Mums harus mengendalikan kadar gula darah yang bisa dilakukan dengan pemberian insulin dan menjaga pola makan.

 

Bila Mums memiliki kehamilan yang berisiko, jangan malas untuk rutin memeriksa kandungan, ya. Lalu, jika dokter mendiagnosis bahwa Mums menderita polihidramnion, diskusikan dengan dokter kandungan apa saja yang perlu dilakukan agar kondisi Mums dan janin tetap sehat dan aman, serta untuk mengurangi terjadinya komplikasi.

 

Sumber:

Mayo Clinic. Polyhydramnios. 2020.
Merck Manual Professional Version. Polyhydramnios. 2017.

  • # Masalah Kehamilan
  • # Air Ketuban
  • # TB Kesehatan
  • # TBTrimester2