Yosephine Dian Hendrawati
23 Desember 2018
thejobnetwork.com

Benarkah Pria dan Wanita Tidak Bisa Jadi Sahabat?

Memiliki sahabat memang menyenangkan. Bahkan mereka yang tergolong sangat introvert pun setidaknya memiliki satu teman dekat yang bisa diandalkan untuk berbagi satu dan lain hal dalam hidup. Umumnya, persahabatan terjalin antar sesama wanita atau sesama pria.

 

Kalaupun terdapat jenis kelamin yang berbeda, persahabatan itu terjalin dalam suatu kelompok yang terdiri dari tiga orang atau lebih. Namun, apakah bisa sepasang pria dan wanita menjalin persahabatan yang murni tanpa ada perasaan suka atau cinta di dalamnya?

 

Platonic relationship atau hubungan platonis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan hubungan yang erat antara pria dan wanita tanpa melibatkan dorongan seksual. Jenis hubungan ini berlawanan dengan romantic relationship.

 

Baca juga: 5 Kebiasaan yang Akan Mengakhiri Hubungan Pertemanan Kamu

 

Banyak yang beranggapan bahwa sebenarnya pria dan wanita tidak bisa murni hanya bersahabat saja. Modus, mereka bilang. Tidak heran juga zaman sekarang orang lebih sering menggunakan istilah "terjebak dalam friendzone". Judulnya teman dekat, padahal bisa jadi salah satu atau keduanya memiliki ketertarikan dengan sahabatnya.

 

Sebelum menjawab apakah pria dan wanita bisa hanya bersahabat saja, kita lihat terlebih dulu bagaimana pria dan wanita memaknai suatu persahabatan. Wanita cenderung memaknai persahabatan untuk mencari dukungan emosional, berbagi cerita, curhat, serta berdiskusi tentang segala hal, mulai dari fashion, makanan, kekasih, rencana pernikahan, dan lain sebagainya.

 

Sementara itu, para pria cenderung menikmati persahabatan karena menemukan kesamaan hobi, aktivitas, olahraga, dan tidak banyak berbagi tentang hal-hal yang sifatnya pribadi. Jadi, pada dasarnya memang tidak mudah menemukan irisan antara seorang pria dan wanita untuk membangun persahabatan, kecuali memang mereka benar-benar menemukan kesamaan pandangan atau hobi, maupun kecocokan saat membahas atau melakukannya bersama.

 

Selain itu, hubungan heteroseksual antara pria dan wanita yang dirancang untuk menjadi suatu hubungan platonis sangat rentan untuk bergeser menjadi hubungan romantis yang melibatkan perasaan suka atau cinta, bahkan melibatkan hubungan fisik.

 

Bagaimana tidak, otak pria dan wanita secara alami didesain untuk mengalami ketertarikan antara lawan jenis. Sebenarnya hal ini sah-sah saja jika keduanya sama-sama single. Kan ada pepatah “it’s always good to marry your bestfriend.” Namun, situasinya akan menjadi sangat pelik ketika masing-masing sudah atau akan memiliki pasangan. Jika tidak berhati-hati, kisah cinta ala India dan Korea nan menyayat hati pun bisa terjadi.

 

Walaupun kelihatannya sulit, jika memang ingin mencoba menjalani suatu hubungan platonis dengan lancar, ada beberapa tips yang bisa dilakukan:

  • Tetapkan tujuan dan batasan pertemanan. Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, sulit mencari irisan yang membuat pria dan wanita bisa bersahabat dekat. Jika memang tidak ada alasan yang jelas, lebih baik tidak menjalaninya kecuali memang ada peluang jika suatu saat persahabatan berubah jadi cinta. Cieee.. Selain tujuan yang jelas, batasannya pun harus sama jelasnya. Contoh, jika bersahabat karena sama-sama penggemar kopi, pastikan segala hal yang dijalani bersama hanya seputar kopi. Tidak termasuk di dalamnya ngopi bareng sambil curhat soal pasangan, ya! Karena bisa panjang urusannya.
  • Hindari kontak fisik. Walaupun kalian sudah merasa sangat dekat dan nyaman terhadap satu sama lain tanpa melibatkan perasaan, cobalah selalu menahan diri untuk tidak melakukan kontak fisik selain berjabat tangan, contohnya berpelukan, merangkul, bersender manja, atau bahkan mencium sekalipun itu pipi. Di beberapa tempat di mana berpelukan sudah dianggap lumrah untuk sapaan, mungkin masih bisa dilakukan. Kontak fisik akan mempersulit otak untuk memproses apa yang seharusnya terjadi jika seorang pria dan wanita melakukan hal seperti itu.
  • Hindari sexual conversations. Ngobrol seputar hal-hal berbau seks memang terkadang seru, tetapi sangat tidak direkomendasikan untuk dilakukan oleh pria dan wanita yang bukan pasangan. Hal ini juga akan membuat otak menjadi bingung dan berpotensi menimbulkan fantasi yang unnecessary tentang sahabatnya, dalam konteks seksual. Dan hal ini tidak pantas tentunya, terlebih jika salah satu atau masing-masing sudah memiliki pasangan.
  • Selalu jujur pada sahabat jika salah satu merasa sudah cross the line. Hal ini yang sering kali menyebabkan fenomena terjebak dalam “friendzone”. Karena takut persahabatan akan rusak, salah satu memilih memendam perasaan walaupun sesungguhnya merasa tersiksa. Jika masing-masing bisa saling terbuka, jika salah satu menyadari perasaannya bergeser, kalian bisa sigap mengatur strategi, apakah harus menjaga jarak sementara atau solusi lain yang memungkinkan.
  • Jika masing-masing sudah atau akan memiliki pasangan, pastikan pasangan mengetahui dan menyetujui terjalinnya persahabatan itu. Bahkan jika persahabatan itu terjalin semasa kalian masih single, pasangan kalian tetap harus dihormati pendapat dan perasaannya. Karena sekali pasangan mengizinkan persahabatan itu terjadi, berarti ia sudah harus siap dengan segala risikonya, termasuk yang paling ditakutkan yakni hubungan menjadi berantakan.
  • Pertahankan self control di level yang paripurna. Pastikan kalian selalu sadar apa yang kalian pikirkan, katakan, dan lakukan saat sedang berdua dengan sahabat. Sekedar berpikir 'sahabat saya lebih bisa mengerti saya daripada pasangan' jelas sudah melanggar aturan. Apalagi jika hal itu terucap, bahkan sambil memeluk sahabat.

 

Persahabatan antara pria dan wanita memang tidak mudah, tetapi bukan berarti tidak bisa dijalankan, ya? Selama semua pihak merasa nyaman menjalaninya dan siap pula dengan semua konsekuensinya, nikmati saja semua proses yang dijalani sambil berdoa semuanya lancar tidak buyar di tengah jalan.

 

  • # Wanita
  • # Pria
  • # Pertemanan
  • # Sex & Relationship