Yosephine Dian Hendrawati
13 Januari 2019
guesehat.com

8 Fakta Menarik Seputar Sunat

Sunat atau khitan, dalam bahasa medis disebut dengan circumcision, merupakan tindakan yang sangat sering dilakukan di kalangan masyarakat Indonesia. Sebagian orang menjalani prosedur ini karena mengetahui manfaatnya. Namun, ada pula yang menjalani prosedur ini karena faktor kebiasaan, agama, atau kebudayaan. Gengs, berikut adalah beberapa fakta menarik seputar sunat yang sebaiknya kita pahami. Simak, ya!

 

  • Prosedur bedah tertua di dunia

Mungkin belum banyak Geng Sehat yang mengetahui bahwa sunat merupakan prosedur bedah terencana tertua di dunia. Bukti yang menunjukkan pernah dilakukannya prosedur ini sudah ada sejak zaman peradaban Mesir kuno, ribuan tahun sebelum Masehi. Sisa-sisa peninggalan peradaban tersebut menunjukkan bahwa para firaun menjalaninya sebagai simbol pemurnian serta transisi dari masa kanak-kanak menuju kedewasaan.

 

  • Dilakukan karena beragam alasan

Ada banyak alasan mengapa orang menjalani prosedur sunat, antara lain sosiokultural, religius, serta alasan medis. Di beberapa agama atau kebudayaan, sunat merupakan sebuah kewajiban bagi semua pria. Selebihnya melakukan prosedur ini karena alasan kesehatan, untuk mencegah terjadinya penyakit atau karena sudah mengalami penyakit tertentu.

 

Baca juga: Proses Pemulihan Pasca Sunat Pada Laki-Laki

 

  • Yang dipotong BUKAN penisnya, lho!

Tidak sedikit orang yang keliru menganggap sunat sebagai prosedur “memotong penis”. Hal ini perlu sedikit diluruskan agar orang tidak lagi takut saat menjalani prosedur sunat. Terlebih jika yang akan menjalani prosedur ini adalah anak-anak.

 

Faktanya, sunat adalah tindakan penyingkiran kulit yang membungkus bagian kepala penis (kulup), yang dalam bahasa medis disebut preputium atau foreskin. Preputium merupakan bagian yang normalnya dapat ditarik (retractile) dan berfungsi sebagai pelindung selaput lendir pada bagian kepala penis serta sebagai zona erotis pria.

 

Jika tidak dirawat dan dibersihkan dengan baik, bagian foreskin rentan mengalami menjadi sumber infeksi. Pasalnya sel kulit mati, minyak, cairan dari kelenjar di sekitar kepala penis (smegma), serta kuman bisa dengan mudah terjebak di sana. Jika terjadi infeksi, preputium dapat menjadi lengket dan tidak dapat ditarik. Kondisi ini disebut dengan istilah fimosis (tight foreskin).

 

  • Bisa dilakukan di segala usia, termasuk pada bayi

Tanpa indikasi medis tertentu, tindakan sunat dapat dilakukan pria di segala usia, bahkan pada bayi yang baru berusia beberapa hari. Sebagian orang tua menginginkan bayi laki-laki mereka segera menjalani prosedur ini, untuk meminimalisasi risiko terjadinya infeksi saluran kemih di awal kehidupan serta mengurangi risiko penyakit menular seksual di masa yang akan datang.

 

Selain itu, pada bayi, proses penyembuhan pasca-tindakan ini relatif lebih cepat dengan risiko perdarahan yang minim. Namun, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk melakukan sunat pada bayi, antara lain tidak boleh lahir prematur, tidak ada riwayat kelainan pembekuan darah dalam keluarga, serta status kesehatan bayi dalam kondisi baik.

 

Sunat juga tidak memiliki hubungan dengan laju tumbuh kembang anak. Adalah sebuah mitos jika dikatakan anak yang sudah disunat akan lebih cepat pertumbuhannya dibandingkan dengan anak yang belum disunat.

 

Baca juga: Manfaat vs Risiko Sunat pada Pria

 

  • Tersedia banyak pilihan metode

Saat ini, tersedia banyak pilihan metode untuk tindakan menghilangkan preputium atau kulup penis. Prosedur yang paling umum dilakukan di rumah sakit adalah dengan prosedur eksisi, yaitu menggunakan pisau bedah dilanjutkan dengan menjahit bagian kulit yang terpotong.

 

Namun, ada pula prosedur lain seperti penggunaan laser atau klem. Masing-masing metode diklaim memiliki keuntungannya masing-masing. Diskusikan metode yang paling sesuai dengan Geng Sehat serta pastikan untuk menjalani prosedur ini di fasilitas kesehatan yang memadai dan ditangani oleh ahlinya.

 

  • Direkomendasikan oleh WHO karena dapat mengurangi risiko penularan HIV

Organisasi kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO) serta beberapa organisasi kesehatan lainnya merekomendasikan prosedur sunat untuk pria karena terdapat beberapa bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa sunat membantu mengurangi risiko penularan human immunodeficiency virus (HIV).

 

Tiga buah studi klinis membuktikan bahwa tindakan sunat pada pria dapat menurunkan risiko infeksi HIV sebesar 50-60%, serta menurunkan risiko tertular penyakit menular seksual lain, seperti herpes simplex virus type-2 (HSV–2) dan tipe human papilloma virus (HPV) yang dapat menyebabkan kanker penis dan anogenital sebesar 30%.

 

Kendati demikian, dinyatakan bahwa efek tersebut hanya berlaku pada kontak seksual lawan jenis (heteroseksual). Langkah-langkah lain untuk meminimalisasi penularan HIV tetap harus dilakukan, seperti praktik seks yang sehat dan aman serta penggunaan kondom dengan cara yang benar.

 

  • Tetap memiliki risiko komplikasi

Semua prosedur bedah memiliki risiko komplikasi pascabedah, di antaranya perdarahan serta infeksi pascabedah. Komplikasi pada tindakan sunat tergolong sangat jarang tetapi tetap mungkin terjadi. Risiko ini dapat diminimalisasi dengan perawatan pasca-tindakan yang baik dan benar. Segera pergi ke dokter apabila mengalami hal yang dirasa tidak wajar, seperti demam, nyeri yang bertambah intens, atau perdarahan yang tak kunjung berhenti.

 

  • Sunat pada wanita disebut female genital mutilation

Sebenarnya, prosedur sunat tidak hanya dikenal untuk pria. Di beberapa tempat, ada kebudayaan atau kepercayaan bahwa wanita juga harus menjalani prosedur sunat. Sunat pada wanita melibatkan penyayatan untuk menghilangkan bagian tertentu dari organ genital wanita, termasuk klitoris.

 

Hal ini didasari oleh miripnya jaringan penyusun klitoris dengan jaringan penyusun preputium pada pria. Akan tetapi, di zaman modern ini, tindakan sunat pada wanita ditentang oleh berbagai organisasi kesehatan serta lembaga-lembaga pemerhati wanita. Pasalnya, prosedur tersebut dianggap bertentangan dengan hak asasi manusia.

 

Seperti yang kita ketahui, klitoris merupakan sebuah bagian yang penuh dengan ujung saraf, yang berperan sebagai pusat kenikmatan seksual pada wanita. Merusak klitoris atau bagian dari organ genital wanita lainnya dianggap sebagai female genital mutilation atau mutilasi genital pada wanita.

 

Jadi, Geng Sehat sudah tahu kan beberapa fakta seputar tindakan sunat atau circumcision? Semoga informasi ini bermanfaat dan bisa dibagikan ke orang-orang sekitar, ya!

 

 

 

 

 

  • # Bayi & Balita
  • # Sex & Relationship
  • # Kesehatan Pria