Amanda Sagarmatha
11 September 2020
pexels.com

Bayi dan Antibiotik

Memiliki bayi adalah hal yang sangat menyenangkan sekaligus membahagiakan bagi pasangan suami dan istri. Apalagi jika bayi lahir dan tumbuh dalam keadaan sehat tanpa kelainan apapun. Namun, seiring berjalannya waktu, bayi tidak selalu dalam keadaan sehat tanpa sakit sama sekali.

Ada bayi yang dalam masa kembangnya melalui berbagai macam sakit seperti flu, demam dan eksem. Tindakan yang biasa dilakukan Mums atau Dads biasanya memberikan obat antibiotik untuk bayi yang dirasa cukup aman. Melihat si kecil mengalami demam dan terus rewel membuat Mums lebih menghargai kegunaan antibiotik yang dapat membuat ia tidur dengan nyenyak dalam beberapa jam.

Kondisi tersebut membuat Mums akan lebih mudah percaya terhadap cara kerja antibiotik dan lebih sering meminta resep dokter jika anak mengalami sakit. Tetapi, tidak semua penyakit yang dialami bayi butuh penanganan antibiotik. Justru, ada beberapa bahaya antibiotik yang menjadi efek samping bagi bayi jika ia sering diberikan obat tersebut.

Baca juga: Pengalaman Pertama Menghadapi Bayi Batuk Pilek

 

Apakah Dampak Antibiotik pada Bayi?

Antibiotik merupakan obat yang digunakan khusus untuk membunuh bakteri dan penyakit yang disebabkan oleh virus yang tidak bisa diberikan obat biasa. Karena itulah, penggunaan antibiotik sebenarnya perlu sangat diperhatikan.

Secara umum, penyakit atau virus bersifat self limiting, atau dapat sembuh dengan sendirinya. Obat yang digunakan hanya akan mengurangi gejala seperti menurunkan demam, menurunkan panas, melegakan tenggorokan, dan pengencer dahak. Apabila sakit disertai dengan infeksi sekunder bakteri, seperti yang disimpulkan oleh dokter, maka si kecil membutuhkan asupan antibiotik dengan resep yang diberikan dokter.

Penggunaan antibiotik yang sembarangan justru akan memperburuk kondisi anak, seperti membunuh bakteri baik dalam tubuh, membuat bakteri bermutasi dan menjadi kebal terhadap antibiotik, sehingga antibiotik tidak lagi ampuh terhadap bakteri serta merusak organ-organ yang belum sempurna. Selain itu, beberapa antibiotik juga bisa menimbulkan reaksi alergi pada anak serta menimbulkan gejala yang berbeda-beda.

Kebanyakan infeksi yang diderita anak-anak diakibatkan oleh virus. Demam yang dialami karena virus biasanya terjadi tiba-tiba tapi cepat turun. Sementara demam yang disebabkan oleh bakteri, biasanya akan bertahan lebih lama. Penggunaan antibiotik memang hanya disarankan untuk mengobati penyakit karena infeksi bakteri, seperti infeksi telinga, radang tenggorokan akibat infeksi bakteri Streptococus, infeksi saluran kemih, tifus, TB, radang otak (meningitis), radang paru (pneumonia), dan sebagainya. Namun, masih terjadi pro dan kontra di kalangan dokter tentang pemberian antiobitik untuk bayi yang hanya menderita flu akibat virus. Padahal, antibiotik tidak melumpuhkan virus flu.

Terdapat penelitian yang yang membuktikan bahwa sekitar 80 – 90% radang tenggorokan yang terjadi pada bayi, tidak disebabkan oleh bakteri Streptococus, sehingga ia tidak membutuhkan antibiotik. Namun lain halnya jika bayi mengalami gejala infeksi sinus yang sudah akut. Menurut dr. Widodo Judarwanto, Sp.A, pemberian antibiotik perlu dilakukan jika terjadi indikasi batuk secara berlebihan yang berkelanjutan selama 10 – 14 hari.

Bila bayi mengalami batuk hanya pada pagi dan malam hari, kemungkinan ia mengalami alergi. Namun, jika bayi mengalami batuk sepanjang hari, bisa jadi ia terkena virus atau bakteri. Maka Mums perlu membedakan perbedaan gejala bayi mengalami alergi dan bayi yang sedang terkena virus atau bakteri. Penyakit akibat infeksi virus biasanya disertai demam yang mendadak naik maupun turun, sebaliknya pada infeksi akibat bakteri, panas tubuh si kecil tidak menurun dalam beberapa hari.

 

Kapan Bayi Bisa diberikan Antibiotik?

Kadang, dokter dapat memberitahu kalau si kecil mengalami infeksi bakteri hanya dengan memeriksa fisiknya saja, tapi dilain waktu dokter juga membutuhkan analisa kultur karena tidak dapat dipastikan apakah yang menjadi penyebab ia mengalami demam, lendir berwarna, atau sakit lebih dari satu minggu.

Gejala tersebut tidak bisa menjadi alasan yang cukup bagi si kecil untuk bisa diberikan antibiotik. Antibiotik bekerja dengan cepat pada infeksi bakteri, gejalanya bisa membaik dalam 24 hingga 48 jam setelah mulai minum obat. Anak sering kali cepat membaik setelah mengonsumsi antibiotik, tetapi untuk bisa membasmi bakteri dengan tuntas, ia harus mengonsumsi seluruh obat yang diresepkan hingga habis. Jika tidak dihabiskan, kemungkinan anak mengalami penyakit yang sama akan terjadi.

Bagi orang tua yang ingin memberikan si kecil antibiotik, ada baiknya jika berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu. Sebelum diberika obat atau antibiotik, Mums dan dokter perlu tahu apa yang menjadi penyebab bayi mengalami kondisi tersebut, jika membutuhkan antibiotik, dokter akan memberikan resep obatnya. Namun jika sakit yang dialami si kecil tidak terlalu parah, gunakan obat lain yang juga baik untuk dikonsumsi si kecil. (AD)

  • # TBN 7-12 Bulan
  • # TBN Kesehatan
  • # Bayi & Balita