Anak Prematur Bisa Tumbuh Sehat dan Cerdas, Ini Buktinya!
Benazir Shahnaz Alqori nampak seperti anak sehat dan cerdas pada umumnya. Siswa kelas 9 SMP itu juga tumbuh cantik. Siapa sangka Shahnaz, panggilannya, terlahir prematur dengan berat hanya 529 gram!
Desi Fatwa, ibunda Shannaz menceritakan, Shahnaz lahir di usia kehamilan 25 minggu. Perjuangan membesarkan Shahnaz agar lolos dari masa kritis tentu tidak mudah. Namun, upaya intensif yang dilakukan bersama tim support system yang terdiri dari dokter, perawat,terapis, dan keluarga, berhasil menjadikan Shahnaz anak cerdas dan juga sangat sehat.
Shahnaz memiliki segudang prestasi mulai dari mengikuti balet selama delapan tahun hingga mengikuti National Science and Mathematics Olympic. “Insya Allah tanggal 19 November nanti akan mewakili sekolah untuk tampil di Manila Ochestra atas undangan Kedutaaan Besar Indonesia untuk Filipina,” ucap Desi Fatwa, dalam webinar yang diselenggarakan Danone Specialized Nutrition, Selasa, 15 November 2022. Acara ini diselenggarakan dalam rangka memperingati World Premature Day 17 November.
1 dari 10 Anak Terlahir Prematur
World Health Organization (WHO) menyebutkan 1 dari 10 anak lahir prematur. Setiap tahunnya di seluruh dunia diperkirakan ada sebanyak 15 juta anak di seluruh dunia yang lahir prematur, yakni kelahiran yang terjadi kurang dari 37 minggu.
Prof. Dr. dr. Rinawati Rohsiswatmo, SpA(K), dokter Spesialis Anak Konsultan Neonatologi menjelaskan, pertumbuhan dan perkembangan anak prematur harus dipantau ketat karena mereka masuk dalam kategori high risk atau risiko tinggi.
“Semua anak butuh dipantau, terlebih bayi prematur. Mereka punya risiko serta tantangan yang lebih kompleks dibandingkan anak-anak yang lahir cukup bulan di awal kelahirannya,” tegasnya.
Ia kemudian menjelaskan ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam tumbuh kembang anak yaitu physical health, learning and cognition, mental health, dan quality of life. Secara kesehatan fisik atau physical health, Prof. Rinawati menyebutkan masalah bermacam-macam, mulai dari gangguan pernapasan dan ketergantungan oksigen karena masalah pada paru hingga gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran yang harus dideteksi sedini mungkin.
Mereka juga berisiko untuk mengalami gangguan pertumbuhan stunting yang membuat pertumbuhan otaknya menjadi tidak optimal. “Inilah mengapa pertumbuhan anak perlu dimonitor dengan pengisian grafik pertumbuhan serta pemantauan aspek perkembangan. Perhatikan kesinambungannya. Jangan pernah banding-bandingkan dengan anak lain, karena ini unik dan hanya milik si anak itu sendiri.”
Prof. Rinawati menyebutkan secara kemampuan kognitif dan bahasa anak lahir prematur harus distimulasi agar mampu mencerna informasi serta berkomunikasi dengan orang di sekitarnya. Ini nantinya akan memengaruhi keterampilan pra sekolah dan akademisnya.
“Orangtua tidak boleh acuh, pemantauan anak yang lahir dalam kondisi high risk harus terus dilanjutkan, tidak hanya berhenti sampai perawatan selesai atau sampai usia 2 tahun saja. Pemantauan anak-anak, termasuk anak risiko tinggi seperti anak yang lahir prematur harus dilakukan bahkan sampai dia memasuki usia dewasa agar berkembang menjadi SDM yang unggul,” ucap Prof. Rinawati.
Ketika memasuki usia sekolah, yang tidak kalah penting untuk diperhatian menurut Prof. Rinawati adalah kesehatan metabolik anak. Karena sering kali menjelang usia remaja, muncul gejala pubertas terlalu dini karena gangguan hormon. Inilah salah satu alasan mengapa pemantauan anak-anak prematur harus dilakukan sesering mungkin dengan melibatkan berbagai macam dokter spesialis.
“Idealnya anak dengan risiko tinggi harus ditangani oleh tim khusus yang terdiri atas tenaga kesehatan dari berbagai ilmu multidisplin.”
Dengan melakukan pemantauan secara rutin maka intervensi nutrisi juga dapat dilakukan optimal. Meski anak prematur lahir dengan berat badan yang tidak sama dengan anak lahir cukup bulan, bukan berarti targetnya kemudian adalah menjadikan anak itu gemuk.
Bagaimana menjadikan anak lahir prematur yang berat awalnya 500 gram menjadi ideal ? “Itu tugas dokter. Menaikkan berat badan anak prematur tidak perlu cepat-cepat karena tidak ada yang instan. Semua harus diupayakan dengan sungguh-sungguh,” jawabnya.
Telaten dan Tidak Buru-buru
Itu pula yang dilakukan oleh orang tua Shahnaz. Desi menjelaskan, di usia 1 tahun, Shahnaz masih seperti anak usia 9 bulan. Namun Desi rajin memantu perkembangan anaknya terutama motorik kasar dan halus, dan ternyata hasilnya bagus.
“Ketika melahirkan bayi prematur, tugas orang tua masih panjang. Semua aspek harus diperiksa, misalnya mata harus diperiksa bahkan sampai sekarang. Selain itu ke rumah sakit untuk cek sebulan sekali,” jelasnya.
Desi membenarkan penjelasan Prof. Rinawati bahwa pemberian nutrisi tidak boleh dipaksakan untuk mengejar ketertinggalan berat badan. “Yang terpenting perkembangan motorik kasar dan halusnya. Nanti di usia 4 tahun, berat badannya akan menyusul dan mengimbangi anak-anak yang lahir cukup bulan,” jelasnya.
Shahnaz adalah bukti wujud ketekunan dalam memberikan nutrisi yang optimal dan stimulasi yang baik serta kasih sayang kedua orangtuanya dalam mendampingi tumbuh kembangnya. Meski banyak perawatan intensif yang harus dijalani sejak kecil, namun orangtuanya tetap memberikan kepercayaan bahwa dirinya dapat tumbuh seperti anak-anak lainnya.
Jadi Mums, tetap optimis ya jika dipercaya mengasuh anak terlahir prematur!
Baca juga: Cara Menyusui Bayi Prematur
-
# TB Persalinan & Postpartum
-
# TBN 0-6 Bulan
-
# Prematur
-
# Kelahiran prematur