Ana Yuliastanti
23 Januari 2025
Istimewa

Kampanye Deteksi Dini Stunting dengan Target 1 Juta Anak

Stunting masih menjadi tantangan kesehatan yang dihadapi anak Indonesia. Saat ini Indonesia menempati negara kedua dengan jumlah stunting terbesar di ASEAN. Sekitar 21,6% atau sekitar 1 dari 5 anak di Indonesia masih mengalami stunting.


Stunting adalah tubuh pendek akibat kekurangan gizi kronis. Stunting bisa menjadi salah satu permasalahan yang dapat menghambat tumbuh kembang dan potensi optimal anak-anak sebagai penerus generasi bangsa Indonesia, sehingga dapat menghambat terwujudnya generasi emas 2045. Hal ini karena stunting juga menyebabkan perkembangan otak tidak optimal dan potensi menghasilkan anak cerdas akan berkurang. Rata-rata anak stunting memiliki IQ rendah.

Baca juga: Tidak Sama, Ini Perbedaan Stunting dan Gizi Buruk yang Perlu Diketahui


Faktor Penyebab Stunting

Menurut dr. Novitria Dwinanda, SpA(K), Dokter Spesialis Anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, stunting merupakan masalah gizi kronis yang berdampak signifikan pada pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif anak, sehingga bisa mempengaruhi kemampuan mental dan belajar anak di sekolah.


Setidaknya ada berbagai faktor risiko yang dapat menyebabkan stunting antara lain:


1. Rendahnya pemahaman orangtua tentang stunting dan gizi

Pemahaman gizi kebanyakan masyarakat Indonesia masih rendah sehingga kurang memperhatikan asupan ibu hamil dan asupan anak seperti kecukupan ASi dan praktik pemberian makan pendamping (MPASI) yang tidak tepat.


2. Tidak melakukan pemantauan tumbuh kembang anak secara rutin

Salah satu penyebabnya adalah rendahnya kesadaran masyarakat dan terbatasnya akses ke fasilitas kesehatan.


3. Menyangkal kalau anaknya stunting

Masih banyak orang tua di Indonesia sulit menerima kenyataan atau malu jika anaknya terdiagnosa stunting dan cenderung menyangkal diagnosis dan menolak untuk dirujuk ke Rumah Sakit agar mendapat penanganan komprehensif.


“Oleh karena itu, penangan anak dengan risiko stunting adalah dengan intervensi keluarga dan lingkungan terdekat anak, serta dibarengi dengan peningkatan pemahaman tentang pemantauan pertumbuhan, pemberian nutrisi tepat, dan pemahan diagnosis stunting sendiri. Hal ini merupakan salah satu upaya penurunan angka stunting di Indonesia,” jelas dr. Novitria.


Pentingnya Skrining atau Deteksi Risiko Stunting

Skrining dan rujukan sangat penting dalam mencegah stunting. Skrining efektif mencakup pengukuran tinggi, berat badan, dan penilaian status gizi untuk memastikan anak tumbuh sesuai standar.


Deteksi dini memungkinkan penanganan tepat, mengurangi risiko komplikasi, dan memastikan anak mendapatkan perawatan optimal. Sedangkan rujukan terapi stunting memastikan anak menerima intervensi yang tepat, seperti suplementasi gizi, perubahan pola makan, dan pemantauan intensif.


“Melalui rujukan yang tepat, anak dapat mengakses sumber daya yang diperlukan untuk memperbaiki status gizi dan mencegah dampak jangka panjang stunting. Karena kalau sudah stunting maka penanganan terbaik adalah oleh dokter spesialis anak,” jelas dr. Novitria.


Mengingat penting sekali untuk mendeteksi risiko stunting sejak dini, maka bertepatan dengan momentum peringatan Hari Gizi Nasional 2025, pada tanggal 23 Januari 2025, Sarihusada berkolaborasi dengan Alodokter meluncurkan kampanye Aksi “3 Langkah MAJU (3LM)” yang bertujuan untuk mendukung pencegahan stunting sejak dini di Indonesia dengan melakukan edukasi dan screening atau skrining stunting yang ditargetkan bisa menjangkau setidaknya 1 juta anak.


Kampanye Aksi “3 Langkah MAJU (3LM)” ini juga merupakan bagian dari keberlanjutan program Gerakan Generasi Maju Bebas Stunting (GMBS) yang telah diinisiasi sejak 2023. GMBS sendiri telah menjangkau lebih dari 8.000 anak yang terseba rdi 50 titik lokasi di Indonesia, di mana mereka menjalani skrining status gizi


“Dan pada 2025 ini, melalui kampanye aksi 3 Langkah MAJU (3LM) semoga bisa memperluas akses kesehatan dan pemenuhan nutrisi bagi anak Indonesia, serta merupakan salah satu bentuk komitmen kami untuk terus mendorong pencegahan stunting di Indonesia,” kata Lee Meeng Thong, CEO Danone Specialized Nutrition (SN) Indonesia.


3 Langkah MAJU (3LM) sendiri terdiri dari 3 aksi pencegahan stunting, yaitu:

1. Mengukur tinggi dan berat secara teratur

2. Ajak konsultasi ke dokter

3. Upayakan beri nutrisi teruji klinis.


“Kami berharap, melalui aksi skrining dengan menargetkan 1 juta anak ini bisa mendukung pemerintah dalam upaya mengatasi permasalahan stunting sedini mungkin, dan memberikan intervensi yang tepat dalam mencegah dampak jangka panjang yang lebih serius kedepannya. Karena kami yakin, dengan intervensi yang tepat anak-anak Indonesia bisa tumbuh sehat dan berkembang secara optimal,” tutup Angelia Susanto, Healthcare Nutrition Marketing & Strategy Director, Danone SN Indonesia.

Oh ya Mums, untuk skrining risiko stunting, Mums bisa download aplikasi Teman Bumil.. Di sana ada fitur Skrining. Jika hasil skrining menunjukkan si kecil ada risiko stunting, Mum bisa langsung berkonsultasi ke dokter spesialis anak, gratis!



  • # Stunting
  • # Gizi Anak
  • # Deteksi Dini
  • # tumbuh kembang balita