GueSehat
12 Oktober 2025
Shutterstock

Setiap Tambah Usia 10 Tahun, Risiko Osteoporosis Naik 20%

Merayakan pertambahan usia di hari ulang tahun patut disyukuri, karena kita masih diberikan kesehatan dan umur panjang. Namun, tidak dapat diingkari kalau pertambahan usia juga diikuti peningkatan risiko penyakit degeneratif. Salah satunya risiko penyakit keropos tulang atau osteoporosis.

 

Osteoporosis adalah penyakit yang membuat tulang semakin lemah seiring bertambahnya usia, sehingga menjadi rapuh dan mudah patah. Kondisi ini bersifat permanen dan irreversible. Oleh karena itu, penting melakukan pencegahan dengan gaya hidup sehat yang mencakup pola makan bergizi dan aktivitas fisik.

 

Menjaga tulang tetap sehat penting dilakukan sepanjang hidup. Walaupun tulang mulai terbentuk sejak dalam kandungan dan masa anak-anak, kita tetap dianjurkan untuk terus memperkuat dan merawatnya saat dewasa.

Survei Terbaru Kepadatan Tulang

Kepadatan tulang mencapai puncaknya di usia 30, lalu mulai menurun. Menurut survei pemindaian tulang dari Anlene™ terhadap lebih dari 400.000 orang di 16 kota di Indonesia, risiko osteoporosis meningkat rata-rata 20% setiap 10 tahun penambahan usia.

 

Osteoporosis seringkali tanpa gejala hingga kerusakan tulang sudah terjadi seperti kisah Ibu Henny Purwanti (70). Pada 2018, ia ikut pemeriksaan tulang di lingkungan rumahnya meski tanpa keluhan apa pun.

 

“Saya ikut pemeriksaan tulang di dekat rumah, awalnya hanya ingin tahu saja karena merasa sehat. Tapi hasilnya mengejutkan, nilai kepadatan tulang saya -2, artinya saya memiliki risiko osteoporosis. Seiringnya waktu, saya mulai merasakan nyeri punggung terutama saat duduk lama. Dokter saya menyarankan untuk menjalani fisioterapi. Namun, setelah beberapa kali terapi, keluhan tidak sepenuhnya hilang. Sekarang saya sadar salah satu cara agar tidak makin parah adalah mengubah gaya hidup. Aktivitas saya dulu tergolong kurang aktif berolahraga dan jarang mengonsumsi susu berkalsium tinggi. Kini, meski sudah sedikit terlambat, saya mulai rutin jalan kaki dan memastikan asupan kalsium serta nutrisi penting lainnya untuk tulang saya setiap hari,” ujar Bu Henny.

 

Cegah dengan jalan kaki 10.000 langkah per hari

Ketua Umum Perhimpunan Osteoporosis Indonesia (PEROSI), Dr. dr. Tirza Z. Tamin, Sp.KFR, M.S(K), FIPM(USG), mengatakan, “Kisah Bu Henny menjadi pengingat bahwa osteoporosis dapat menyerang siapa saja tanpa tanda awal yang jelas. Tidak hanya pada lutut, tetapi juga tulang belakang dan bagian tubuh lainnya. Osteoporosis itu silent disease dan membutuhkan pencegahan sejak dini, jadi jangan tunggu nyeri datang atau menua dulu. Periksakan kepadatan tulang, penuhi nutrisi, dan bergerak aktif setiap hari. Pencegahan yang konsisten adalah kunci agar tetap bisa bergerak bebas hingga usia lanjut”.

 

President Director Fonterra Brands Indonesia, Yauwanan Wigneswaran menyampaikan “Selama lebih dari 20 tahun, kami secara konsisten mengedukasi masyarakat Indonesia akan pentingnya pencegahan risiko osteoporosis dan mengajak masyarakat Indonesia untuk senantiasa menjaga kesehatan tulang, sendi, dan otot,” jelasnya.

 

Salah satu upaya mencegah osteoporosis adalah dengan jalan kaki 10.000 sehari. Studi menunjukkan bahwa berjalan 10.000 langkah sehari dapat menjaga dan meningkatkan kepadatan tulang, karena merupakan latihan menahan beban yang memberikan stimulus mekanis yang dibutuhkan untuk kesehatan tulang.

 

Meskipun 10.000 langkah merupakan panduan yang baik, faktor-faktor seperti kecepatan berjalan, berat badan, dan perbedaan individu memengaruhi seberapa banyak langkah yang dibutuhkan untuk menjaga kepadatan mineral tulang (BMD). Penelitian juga menunjukkan bahwa aktivitas yang konsisten dan jangka panjang adalah kuncinya, karena manfaatnya akan berkurang jika aktivitas fisik berkurang.

  • # Osteoporosis
  • # Kesehatan tulang