Robby Tumewu Meninggal Akibat Stroke, Kenapa Bisa Fatal?
Kabar duka kembali datang dari dunia hiburan Indonesia, nih Gengs. Selebriti sekaligus perancang busana Robby Tumewu meninggal dunia setelah menderita stroke selama beberapa tahun. Riwayat penyakitnya ini dimulai pada tahun 2010, dimana saat itu Robby jatuh pingsan saat mengisi acara di sebuah stasiun televisi. Setelah dilarikan di rumah sakit, diketahui ada pendarahan akibat pembuluh darah yang pecah di otak kanan. Menurut sanak keluarga, Robby memang sudah menderita hipertensi sejak lama.
Setelah menjalani pengobatan, Robby kembali pulih dan bisa beraktivitas, meskipun harus dibatasi. Namun, pada 2013, perancang busana berusia 65 tahun ini kembali terserang stroke dan harus dilarikan ke rumah sakit.
Pada 2013 Robby dikabarkan kembali terserang stroke dan harus dilarikan ke rumah sakit lagi. Saat itu, penyakitnya sudah memasuki stadium lanjut, dan ia mengalami pendarahan kembali di otak. Ia harus menjalani operasi untuk mengeluarkan cairan dari otak. Meskipun kembali bisa pulih, Robby meninggal dunia pada Senin (14/1) kemarin, akibat riwayat penyakitnya tersebut.
Stroke akibat pendarahan pada otak, seperti yang dialami Robby, memang merupakan kondisi yang sangat berbahaya dan harus ditangani sesegera mungkin. Lalu, apa sih yang menyebabkan pendarahan pada otak? Apakah kondisi ini bisa disembuhkan? Berikut penjelasan lengkapnya!
Apa Itu Stroke Disertai Pendarahan Otak?
Stroke disertai pecahnya pembuluh darah di otak disebut stroke hemoragik. Pendarahan menyebabkan matinya jaringan dan sel-sel otak di sekitarnya. Dampak stroke ini dapat sangat fatal, bahkan langsung menyebabkan kematian. Meskipun berbahaya, kejadiannya relatif jarang dibandingkan stroke iskemik akibat penyumbatan pembuluh darah otak.
Hanya sekitar 15% dari seluruh kasus stroke hemoragik, tetapi angka kematiannya tinggi mencapai 40%. Ini menjadi indikasi seberapa bahayanya stroke hemoragik atau pendarahan pada otak.
Apa yang Terjadi Saat Pendarahan pada Otak?
Ketika darah akibat pecahnya pembuluh darah tersebar dan menimbulkan iritasi pada jaringan di otak, terjadilah pembengkakan atau peradangan. Kondisi ini disebut edema serebral. Darah yang tersebar kemudian terkumpul menjadi massa yang disebut hematoma. Kondisi ini meningkatkan jaringan di otak, dan menurunkan aliran darah, kemudian membunuh sel-sel otak.
Pendarahan bisa terjadi di bagian dalam otak, diantara otak dan membran yang menutupinya, diantara lapisan yang menutupi otak, atau diantara tulang tengkorak dan lapisan yang menutupi otak.
Apa Penyebab Pendarahan di Otak?
Ada beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan pendarahan pada otak. Namun, beberapa penyebab yang paling umum diantaranya:
- Trauma kepala: cedera merupakan penyebab utama pendarahan pada otak, khususnya pada orang berusia di bawah 50 tahun.
- Tekanan darah tinggi: kondisi kronis ini lama kelamaan bisa melemahkan dinding pembuluh darah. Hipertensi yang tidak diobati merupakan penyebab utama pendarahan pada otak yang sebetulnya bisa dicegah.
- Aneurisme: kondisi dimana pembuluh darah yang membengkak jadi melemah, sehingga pecah dan menyebabkan pendarahan di otak.
- Ketidaknormalan pada pembuluh darah: kondisi yang bisa terjadi di dalam ataupun di sekitar otak ini umumnya sudah ada sejak lahir, namun baru terdiagnosis ketika muncul gejala-gejalanya.
- Gangguan darah: hemofilia dan anemia sel sickle juga bisa menyebabkan pendarahan pada otak.
- Penyakit liver: penyakit ini umumnya meningkatkan risiko pendarahan di bagian tubuh manapun.
- Tumor otak
Baca juga: Gangguan Tidur Jadi Faktor Risiko Stroke
Apa Gejala Pendarahan di Otak?
Gejala pendarahan pada otak bisa beragam, tergantung dengan lokasi pendarahannya, tingkat keparahannya, serta jumlah jaringan yang terkena dampaknya. Gejala-gejalanya bisa saja terjadi secara tiba-tiba ataupun secara perlahan, namun betambah parah.
Kalau Kamu mengalami gejala-gejala di bawah ini, waspadailah pendarahan pada otak. Karena kondisi ini membahayakan nyawa, sebaiknya segera ke rumah sakit. Gejala-gejala yang dimaksud, seperti:
- Sakit kepala tiba-tiba dan sangat parah
- Kekejangan tanpa riwayat pernah kejang
- Kelemahan pada salah satu anggota tubuh, seperti tangan atau kaki
- Mual atau muntah
- Lesu
- Perubahan pada penglihatan
- Mati rasa atau kesemutan
- Sulit berbicara atau memahami pembicaraan orang lain
- Sulit menelan
- Sulit menulis atau membaca
- Kehilangan kemampuan motorik
- Kehilangan koordinasi
- Hilang kesadaran
Gejala-gejala di atas juga bisa disebabkan oleh kondisi lain, selain pendarahan pada otak. Jadi, sebaiknya Kamu segera periksakan ke dokter untuk memastikan penyebabnya bukan kondisi yang berbahaya.
Bisakah Sembuh dari Pendarahan Pada Otak?
Hal ini tergantung dengan tingkat keparahan pendarahan, serta jumlah bagian yang meradang. Beberapa pasien bisa sembuh secara total. Namun, ada pula komplikasi yang bisa terjadi, seperti stroke, kehilangan fungsi otak, atau efek samping dari pengobatannya. Kematian bisa terjadi jika kondisinya tidak ditangan secepat mungkin.
Bagaimana Cara Mencegah Pendarahan pada Otak?
Karena kebanyakan kasus pendarahan pada otak disebabkan oleh faktor risiko tertentu, Kamu bisa mencegah kondisi ini dengan melakukan hal-hal di bawah ini:
- Mengobati tekanan darah tinggi: penelitian menunjukkan bahwa 80% pasien pendarahan pada otak memiliki riwayat tekanan darah tinggi. Jadi, hal terpenting yang bisa dilakukan untuk mencegahnya adalah dengan mengontrol pola makan serta rutin berolahraga.
- Jangan merokok
- Jangan menggunakan obat-obatan terlarang. Pasalnya, beberapa diantaranya, temasuk kokain, dapat meningkatkan risiko pendarahan di otak.
- Menyetirlah secara aman, dan pakai seatbelt di mobil.
- Kalau Kamu pengguna motor, selalu pakai helm.
Baca juga: 6 Cara Ampuh Mencegah Stroke
Pendarahan pada otak merupakan kondisi yang sangat berbahaya jika tidak segera ditangani. Kalaupun sudah ditangani, proses penyembuhannya juga rumit. Jadi, lebih baik lakukan pencegahan, supaya terhindar dari kondisi berbahaya ini. (UH/AY)
-
# Hipertensi
-
# stroke
-
# Pendarahan