Ruby Astari
03 April 2021
freepik.com

Pertanyaan Sulit yang Sering Ditanyakan Balita dan Cara Menjawabnya

Si Kecil sudah banyak bertanya di usianya yang masih balita? Wah, berarti ini pertanda dia cerdas dan kritis, Mums. Jangan buat semangatnya surut untuk mencari tahu dengan memarahinya. Setiap anak belajar untuk mengenal dunia di sekitar mereka dengan caranya masing-masing. Lebih baik bertanya langsung pada Mums daripada ke yang lain, bukan? Eh, tapi bagaimana bila pertanyaan si Kecil sulit sekali dijawab?

 

Hindari Langsung Bereaksi

Kebanyakan orang tua akan terkaget-kaget bila anak mendadak menanyakan hal di luar dugaan. Misalnya: “Kalau orang meninggal bisa balik hidup lagi, enggak?” sesudah Mums sekeluarga menghadiri pemakaman kakek si Kecil. Memperlakukan pertanyaan-pertanyaan sulit seperti ini perlu strategi.

 

Berbeda dengan pertanyaan-pertanyaan biasa seperti: “Ma, aku boleh minta cemilan, nggak?” atau “Hari ini kita ke playground, nggak?”, hindari langsung bereaksi. Baik marah-marah dan mengatakan bahwa pertanyaan itu tidak pantas atau langsung menjawab seadanya (apalagi sampai berbohong), sebaiknya Mums harus lebih berhati-hati. Salah jawab sedikit saja, anak akan bingung atau malah enggan bertanya lagi.

 

Beberapa Contoh Pertanyaan Sulit yang Sering Ditanyakan Balita

Beberapa pertanyaan ini mungkin pernah ditanyakan si Kecil. Mungkin saat ini Mums masih menunda jawaban karena bingung atau berharap anak akan lupa pernah menanyakannya:

“Tuhan itu ada nggak, sih?”

Kenapa orang meninggal?”

“Kok, kulit Dad bisa lebih gelap dari kulit Mum?”

“Kok papanya Andi nggak tinggal sama Andi dan mamanya?”

 “Kenapa Dad harus ke kantor, bukannya di rumah juga dan main sama aku?”

“Semua temanku punya sepatu baru itu. Kok aku nggak dibeliin juga?”

“Mum, kita orang kaya bukan, sih?”

Hmm, pusing juga ya, Mums? Apalagi bila anak berkeras ingin dapat jawabannya saat itu juga. Bagaimana cara menjawabnya tanpa menimbulkan salah paham atau memberikan pemahaman yang berbahaya?

 

5 Strategi untuk Menjawab Pertanyaan Sulit Balita

Anak yang kritis bertanya pertanda anak cerdas dan selalu ingin tahu hal-hal baru, bahkan meskipun belum waktunya. Pastinya, Mums tidak ingin si Kecil kemudian menjadi ragu bertanya lagi karena reaksi Mums yang salah. Nah, lima (5) strategi di bawah ini boleh dicoba, Mums. Semoga cocok, ya.

 

  1. Dengarkan baik-baik dan benar-benar pertanyaan si Kecil.

Seperti yang sudah disebut sebelumnya, hindari bereaksi terburu-buru karena pertanyaan sulit si Kecil. Pilih kata-kata yang tepat sebelum memutuskan untuk menjawabnya. Contoh:

“Tuhan itu ada nggak, sih?”

Sebelum menjawab (apalagi sampai menceramahi sehingga anak kewalahan dan bosan), tanyalah si Kecil: “Kenapa?” Mungkin si Kecil pernah mendengar ceramah dari tempat ibadah dekat rumah, sehingga penasaran. Mungkin anak hanya ingin diyakinkan.

 

  1. Berikan fakta, namun dengan bahasa yang mudah mereka pahami.

Jangankan menerima informasi, makan saja balita masih harus pelan-pelan. Misalnya: anak akan menggigit apel sedikit-sedikit, berhenti sebentar, lalu mulai lagi. Hal yang sama juga berlaku saat mereka menyerap informasi, apalagi yang sulit dan mungkin masih terlalu berat buat usia mereka. Misalnya:

“Kenapa orang meninggal? Meninggal itu apa, sih?”

Menurut Dave Anderson, direktur program di Child Mind Institute, kadang kita harus menyesuaikan harapan/ekspektasi kita saat memberi kabar buruk pada si Kecil. Boleh memberikan fakta, namun dengan bahasa yang mudah mereka pahami. Misalnya membicarakan kucing peliharaan anak sebagai perbandingan:

“Ingat Si Manis yang kita kubur di taman karena mati habis sakit? Semua yang hidup pasti juga sama.”

 

  1. Ajak anak untuk mencari tahu jawabannya bersama-sama.

Kadang, cara teraman adalah mengajak si Kecil untuk mencari tahu jawabannya bersama-sama. Misalnya: si Kecil bertanya mengenai perbedaan warna kulit Mums dan Dads. Mums bisa mengajak anak melihat-lihat foto-foto keluarga – terutama keluarga besar.

Di sini, Mums bisa menunjukkan perbedaan dan kesamaan setiap wajah yang ada. Misalnya: “Lihat, Dads seperti ini karena Kakek warna kulitnya juga sama di keluarga Dads. Kalau Mums mirip Nenek di keluarga Mums.”

Jangan lupa juga, ingatkan si Kecil bahwa perbedaan warna kulit adalah sesuatu yang indah, bukan hal buruk atau pun tercela.

 

  1. Bila pertanyaan terkait rasa takut mereka, yakinkan bahwa mereka aman.

Beberapa pertanyaan sulit biasanya juga terkait dengan rasa takut mereka akan sesuatu. Misalnya: bila Kakek meninggal, apakah mereka juga akan meninggal? Siapa yang akan menjaga mereka kalau misalnya Mums dan Dads juga meninggal? Bila orang tua bercerai, apakah Mums dan Dads masih akan menyayangi mereka?

Yakinkan si Kecil bahwa mereka aman Bila pertanyaan terkait soal kematian, katakan bahwa akan selalu ada yang menjaga mereka selama masih banyak keluarga yang hidup. si Kecil juga tidak perlu terlalu khawatir.

Bila pertanyaannya terkait perceraian orang tua, yakinkan bahwa Mums dan Dads akan selalu menyayangi mereka.

 

  1. Terbukalah dengan mereka bahwa orang dewasa juga punya emosi.

Orang tua sering dituntut untuk tampil selalu kuat dan tegar di depan anak-anak. Makanya, saat pemakaman anggota keluarga, mungkin Mums akan meminta tolong Oom atau Tante untuk mengalihkan perhatian si Kecil sebentar, sementara Mums ingin waktu sendiri untuk berduka.

Namun, tidak perlu selalu takut untuk menunjukkan emosi di depan anak-anak. Biarkan si Kecil tahu bahwa Mums dan Dads pun manusia biasa, bisa merasa sedih atau marah. Misalnya:

“Mum, kok nangis?”

“Mum hanya kangen sama Nenek.”

Mengajukan pertanyaan-pertanyaan sulit adalah bagian dari proses pertumbuhan kecerdasan si Kecil. Jangan dimarahi, apalagi sampai dilarang bertanya. Yang penting, gunakan strategi jitu untuk menjawab pertanyaan sulit yang sering ditanyakan balita.

 

Referensi

 

  • # Anak
  • # Balita
  • # Bayi & Balita