GueSehat
07 Mei 2019
Teman Diabetes

Pentingnya Kehadiran Edukator Diabetes Dampingi Pasien

Informasi kesehatan ditinjau dan diedit oleh
dr. Yurika Elizabeth Susanti

 

Pasien diabetes bisa mengelola penyakitnya karena memiliki pemahaman yang benar dan cukup tentang diabetes. Faktanya masih banyak pasien diabetes yang belum teredukasi dengan benar, sehingga kondisi penyakitnya tidak terkontrol.

 

Peran dokter sangat penting dalam memberikan edukasi kepada pasien. Dokter tidak hanya memberikan obat, namun memberikan pemahaman dan edukasi tentang bagaimana mengelola diabetes dengan benar. Misalnya mendorong perubahan gaya hidup untuk memperbaiki kadar gula darah, cara menggunakan insulin, dan sebagainya.

 

Tetapi membebankan edukasi ini pada dokter juga tidak tepat, mengingat jumlah dokter, baik dokter umum, dokter spesialis penyakit dalam, apalagi konsultas endokrin, sangat terbatas. Sedangkan diperkirakan saat ini ada sekitar 9 juta penderita diabetes di Indonesia.

 

Karena itu adanya dibutuhkan lebih banyak edukator diabetes, yang terdiri dari dokter, perawat, nutrisionis, atau tenaga kesehatan lain.

 

Baca juga: Apakah Usia Memengaruhi Risiko Komplikasi Diabetes?
 

Di Indonesia, para edukator diabetes  diwadahi dalam organisasi Perhimpunan Edukator Diabetes Indonesia (PEDI). Akhir April lalu, diadakan PEDI Camp ke-17 yang merupakan acara rutin PEDI setiap tahun. Tahun ini acara diselenggarakan di Bogor, Jawa Barat pada akhir April 2019.

 

Ketua PEDI, DR. dr. Aris Wibudi Sp.PD-KEMD, menjelaskan tahun ini PEDI Camp diikuti 160 orang peserta kelas basic (dasar), 50 peserta kelas advance (lanjut) dan 30 peserta kelas berkelanjutan.

“Di kelas dasar atau basic, modul dari PEDI mengajarkan semua ilmu dasar tentang diabetes mulai dari apa itu diabetes, perjalanan penyakitnya, pengobatan, hingga tentang insulin,” jelas dr. Aris.

 

Baik kelas dasar, lanjut, maupun lanjutan, menurut dr. Aris. 60-70 persen materi diberikan dalam bentuk lokakarya atau workshop. Sisanya teori. Tujuannya agar edukator ini siap dan sudah terampil saat menangani pasien diabetes.

 

Baca juga: Banyak Penderita Diabetes di Indonesia Tidak Tahu Dirinya Mengidap Diabetes 

 

Pedi Camp 2019 juga didukung penuh oleh Teman Diabetes, sebuah aplikasi untuk penderita diabetes di Indonesia. Teman Diabetes memiliki misi yang sama dengan PEDI yaitu mendampingi penderita diabetes mengelola penyakitnya. Selain menyediakan fitur seperti forum dan artikel, penderita diabetes bisa mengukur kadar gula darah secara langsung menggunakan smartphone. 

 

Ketua PEDI, Dr. dr. Aris Wibudi dalam Peluncuruan Aplikasi Teman Diabetes


 

Peran Edukator Diabetes

Mengingat pentingnya peran edukator diabetes, dr. Aris berharap idealnya semua rumah sakit memiliki beberapa edukator diabetes. “Sekarang belum semua rumah sakit memiliki edukator diabetes. Harusnya semua rumah sakit memilikinya karena diabetes saat ini menjadi salah satu penyakit terbanyak di Indonesia,” ujar dr. Aris. 

 

Rumah sakit bisa memulai untuk menyediakan edukator diabetes, dengan mengirimkan dokter, baik dokter umum maupun spesialis, perawat, ahli gizi, atau psikolog. Karena sebenarnya peminatnya, menurut dr. Aris, cukup banyak.

 

Hanya dengan edukasi yang benar, pasien diabetes mau berubah. dr. Aris menyontohkan, ia berpraktik di RSPAD Gatot Soebroto. Di sana, pasien diabetes sangat banyak seperti rumah sakit lainnya di seluruh Indonesia.

 

“Begitu ada kegiatan edukasi tentang diabetes, sekarang tidak ada satupun pasien rawat akibat luka diabetes dari pasien yang sudah mendapatkan edukasi. Ini bukti bahwa edukasi penting sekali. Setidaknya pasien bisa melakukan pencegahan agar tidak terjadi komplikasi luka, caranya dengan menjaga gula darahnya tetap stabil,” jelas dr. Aris memberikan contoh.

 

Baca juga: 5 Strategi Menghindari Komplikasi Diabetes
 

Mengedepankan Perubahan Gaya Hidup

Ditambahkan dr. Aris, diabetes melitus tipe 2 adalah 100% penyakit karena gaya hidup. Dengan edukasi, pasien bisa memperbaiki gaya hidupnya. Sasarannya adalah pasien yang berisiko, maupun yang sudah terdiagnosis diabetes.

 

Semakin muda pasien diedukasi, saat belum terkena diabetes atau baru terdiagnosis, maka semakin rendah risiko untuk mengalami komplikasi.

 

“PEDI itu gaya hidup oriented. Kami memberikan banyak edukasi tentang pencegahan. Jadi pasien ke rumah sakit tidak hanya mendapatkan obat, tetapi mendapatkan edukasi juga.” jelas dr. Aris.

 

Dengan bekal pemahaman yang baik tentang diabetes, diharapkan para diabetesi bisa lebih baik mengelola penyakitnya, dimulai dari menjaga kadar gula darah senormal mungkin sehingga diabetes dapat dikontrol. Caranya dengan diet tepat, berolahraga rutin dan minum obat antidiabetes secara teratur. (AY)

 

 

 

Referensi

Wawancara eksklusive Guesehat dengan Ketua PEDI, di Bogor Jawa Barat dalam acara PEDI Camp ke-17

  • # Diabetes
  • # TD Inner Circle