Ana Yuliastanti
18 Juni 2020
pixabay

Kadar Testosteron Rendah, Penyebab Kematian Pria Karena Covid-19 Lebih Tinggi

Informasi kesehatan ditinjau dan diedit oleh
dr. dr. William

 

Korban meninggal Covid-19 di seluruh dunia diketahui lebih banyak pria, usia lanjut dan pasien dengan penyakit lain seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung. Mengapa kematian pria karena Covid-19 lebih tinggi? Para ilmuwan pun masih terus menyelidiki. Belum lama ini ada sebuah penelitian yang sedikit mendapatkan titik cerah dari misteri ini.

 

Penelitian baru menunjukkan pria dengan kadar testosteron rendah yang tertular COVID-19 lebih mungkin meninggal akibat virus. Para ilmuwan di Jerman melakukan penelitian ini karena ingin tahu mengapa angka kematian global mengindikasikan lebih banyak pria meninggal akibat COVID-19 daripada wanita. Ternyata,  ada peran testosteron (hormon seks pria) dalam hal ini.

 
Baca juga: Manfaat Hormon Testosteron bagi Pria

 

Penyebab Kematian Pria karena COVID-19 Lebih Tinggi

Sebuah penelitian dilakukan pada 45 pasien COVID-19 pertama yang dirawat di unit perawatan intensif di University Medical Center Hamburg-Eppendorf. 45 pasien yang diteliti terdiri dari 35 pria dan 10 wanita.

 

Setelah dirawat intensif, ternyata sembilan pria dan tiga wanita meninggal. Tujuh pasien membutuhkan oksigen dan 33 lainnya harus menggunakan ventilator. Peneliti kemudian menelusuri alasan lebih banyak pria yang meninggal dibandingkan wanita.

 

Ternyata ditemukan lebih dari dua pertiga pria (68,6 persen) memiliki kadar testosteron rendah. Penelitian menyimpulkan bahwa hormon tersosteron maupun estrogen, berperan dalam respon kekebalan tubuh pada pria dan wanita. Hormon testosteron tidak hanya berfungsi sebagai hormon seks pria. Testosteron juga bertindak mengatur berbagai respons imun, termasuk melawan infeksi virus.

 

Pada kasus infeksi virus SARS-CoV-2, penyebab COVID-19, tubuh manusia akan memproduksi sitokin dalam jumlah banyak untuk melawan infeksi. Mereka juga memberi sinyal ke tubuh untuk mengirimkan lebih banyak sel kekebalan karena musuh sangat kuat.

 

Sebenarnya ini adalah bagian penting dari proses perlawanan tubuh kita ketika terkena COVID-19. Sayangnya pada sebagian pasien, sistem kekebalan tubuh mereka merespons terlalu agresif. Hal ini dapat menyebabkan proses ini menjadi tidak terkendali.

 

Badai sitokin menyebabkan kondisi hiperinflamasi dan dapat menyebabkan kerusakan paru-paru yang parah, sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS) dan kematian.

 

Bukti ilmiah menunjukkan, saat hormon testosteron rendah, maka tubuh pria tidak mampu meredam respons imun yang sangat agresif tersebut. Kasar testosteron rendah juga menyebabkan sinyal yang diberikan sel imun menjadi lemah dan berdampak negatif pada kemampuan tubuh untuk berhasil melawan patogen.

 

Pakar kesehatan Profesor Gülsah Gabriel, yang terlibat dalam penelitian menambahkan, "Pria dengan kadar testosteron normal tidak menunjukkan badai sitokin dan karenanya lebih mungkin untuk bertahan hidup."

 

Pria, Usia Tua, dan Perokok adalah Kelompok Paling Rentan

 

Sebelumnya, penelitian yang dilakukan di China, asal mula Covid-19, menunjukkan, seiring bertambahnya usia, mulai usia 40-an ke 80-an, terjadi peningkatan kematian. Sebuah studi yang diterbitkan di The Journal of American Medical Association (JAMA) yang meneliti sekitar 45.000 kasus pertama di Cina menemukan bahwa 80% kasus yang dilaporkan memiliki gejala ringan.

 

Hanya 20% kasus coronavirus memiliki gejala sedang, berat, bahkan dalam kondisi kritis, termasuk sulit bernapas, radang paru-paru, dan kegagalan organ. Sekitar 2,3% dari keseluruhan kasus berakhir dengan kematian. Artinya tingkat mortalitas coronavirus sebenarnya tidak tinggi, hanya 2%.

 

Hampir sama dengan kasus Severe acute respiratory syndrome (SARS) yang merebak di tahun 2002. SARS juga lebih banyak menyasar orang yang berusia di atas 60 tahun. Saat itu lebih dari 8.000 orang tertular virus selama 8 bulan, dengan kematian hampir 10%.

 

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Cina, selain usia tua, coronavirus juga menunjukkan kefatalan lebih tinggi pada pria daripada wanita. Pria yang terinfeksi coronavirus juga berisiko dua kali lebih tinggi meninggal daripada wanita yang terinfeksi.

 

Penjelasan para ahli antara lain bahwa di Cina, kebanyakan pria adalah perokok. Laporan WHO tahun 2019 menemukan bahwa 47,6% pria Cina merokok, dan hanya 1,8% wanita Cina yang perokok. Wanita juga secara umum memiliki respons imun yang lebih kuat daripada pria.

 

 

Referensi:

 

 

  • # Kesehatan Pria
  • # Coronavirus