Stunting: Gejala, Penyebab, dan Cara Mencegahnya
Menurut data dari WHO, di seluruh dunia, 178 juta anak di bawah usia lima tahun diperkirakan mengalami pertumbuhan terhambat karena stunting. Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang dialami anak akibat gizi buruk kronis atau dalam jangka panjang.
Stunting terjadi karena asupan gizi yang tidak adekuat pada awal kehidupan, terutama pada 1000 hari pertama sejak pembuahan hingga usia dua tahun. Stunting mempunyai konsekuensi jangka panjang yang merugikan seorang anak. Beberapa dampaknya adalah rendahnya kemampuan kognitif yang rendah sehingga anak akan tertinggal dalam mengikuti pendidikan, dan saat dewasa ia tidak dapat bersaing menjadi manusia unggul.
Stunting bisa diwaspadai dengan berat badan anak yang tidak naik atau di bawah kurva pertumbuhan yang normal. Ini bisa terjadi sejak bayi dan biasanya mulai ditemukan di masa MPASI. Jika seretnya pertambahan berat badan ini dikompensasi dengan meningkatkan berat badan yang berlebihan pada masa kanak-kanak, karena mengejar ketertinggalan status gizi, hasilnya justru akan meningkatkan risiko penyakit kronis terkait gizi di masa dewasa. Lalu, bagaimana cara mencegah stunting sehingga hal buruk bisa dihindari? Ikuti penjelasan lengkap tentang stunting di artikel ini!
Pengertian Stunting
Stunting adalah, jika dikutip dari Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2021, gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya di bawah standar yang ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.
Sedangkan pengertian stunting menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) adalah anak balita dengan nilai z-scorenya kurang dari -2.00 SD/standar deviasi (stunted) dan kurang dari -3.00 SD (severely stunted). Jadi dapat disimpulkan bahwa stunting merupakan gangguan pertumbuhan yang dialami oleh balita yang mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan anak yang tidak sesuai dengan standarnya sehingga mengakibatkan dampak baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Selain mengalami pertumbuhan terhambat, stunting juga kerap kali dikaitkan sebagai penyebab perkembangan otak yang tidak maksimal. Hal ini dapat mempengaruhi kemampuan mental dan belajar tidak maksimal, serta prestasi belajar yang buruk.
Selain itu, efek jangka panjang yang disebabkan oleh stunting dan kondisi lain terkait kurang gizi, acap kali dianggap sebagai salah satu faktor risiko diabetes, hipertensi, obesitas dan kematian akibat infeksi.
Penyebab Stunting
Stunting disebabkan oleh asupan gizi yang buruk, infeksi berulang, kelahiran prematur, dan berat badan lahir rendah. Namun, penyebab stunting yang paling banyak adalah karena kekurangan gizi.
Secara umum, berikut ini penyebab stunting:
1. Kurangnya Asupan Gizi pada Ibu Selama Hamil
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa sekitar 20% kasus stunting terjadi sejak anak berada dalam kandungan. Hal ini dapat terjadi akibat makanan yang dikonsumsi ibu selama hamil kurang bergizi sehingga janin tidak mendapatkan cukup nutrisi. Akhirnya, pertumbuhan janin dalam kandungan mulai mengalami hambatan dan terus berlangsung hingga setelah kelahiran. Maka dari itu, penting memastikan ibu mengonsumsi makanan bergizi selama hamil.
2. Kebutuhan Nutrisi Anak Tidak Tercukupi
Setelah dilahirkan, bayi harus mendapatkan nutrisi yang baik sesuai usianya. Mulai dari ASI eksklusif yang berkualitas selama 6 bulan, dan dilanjutkan dengan MPASI (makanan pendamping ASI).
Kondisi kurang gizi kronis umumnya juga dipicu oleh kurangnya pengetahuan ibu terhadap pentingnya pemenuhan gizi sebelum hamil, saat hamil, dan setelah melahirkan.
3. Infeksi berulang
Ingeksi akan menyebabkan penyerapan makanan menjadi tidak optimal. Bayi yang sering sakit infeksi seperti diare, atau infeksi lain seperti TB, pneumonia, dapat mengalami gzi buruk yang jika tidak ditangani akan menyebabkan stunting. Infeksi disebabkan karena faktor lingkungan, misalnya kurangnya persediaan air bersih dan sanitasi.
Gejala Stunting
Anak yang mengalami stunting akan menunjukkan gejala atau tanda sebagai berikut:
Berbadan lebih pendek untuk anak seusianya
Proporsi tubuh cenderung normal tetapi anak tampak lebih muda/kecil untuk usianya
Berat badan rendah untuk anak seusianya
Pertumbuhan tulang tertunda
Cara Mencegah Stunting
Karena penyebabnya adalah asupan gizi yang kurang, maka cara mencegah stunting adalah dengan memenuhi kebutuhan gizi sejak ibu hamil hingga anak usia 2 tahun. Hal ini karena stunting umumnya terjadi karena diakibatkan oleh kurangnya asupan nutrisi pada 1.000 hari pertama anak, dimulai sejak janin sampai anak berusia 2 tahun.
Jika pada rentang waktu ini, gizi tidak dicukupi dengan baik, dampak yang ditimbulkan memiliki efek jangka pendek dan efek jangka panjang. Oleh karena itu, upaya pencegahan baiknya dilakukan sedini mungkin dengan cara:
1. Memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil
Tindakan yang relatif ampuh dilakukan untuk mencegah stunting pada anak adalah selalu memenuhi gizi sejak masa kehamilan. Ibu hamil harus selalu mengonsumsi makanan sehat nan bergizi yang mengandung mikronutrien lengkap berupa protein, karbohidrat dan lemak baik, dan juga mikronutrien berupa vitamin dan minerap. Ibu hamil juga sebaiknya rutin memeriksakan kesehatannya ke dokter atau bidan sehingga kesehatan ibu dan janin bisa terpantau.
2. Beri ASI Eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan
Cara mencegah stunting setelah bayi lahir adalah pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan. ASI berpotensi mengurangi peluang stunting pada anak berkat kandungan gizi baik mikro dan makro nutrient yang lengkap. ASI juga mengandung zat kekebalan yang melindungi bayi dari infeksi. Agar menghasilkan ASI berkualitas, maka ibu menyusui juga harus tercukupi kebutuhan nutrisinya.
3. Pemberian MPASI yang bergizi
Ketika bayi menginjak usia 6 bulan ke atas, maka bayi mulai diberikan makanan pendamping atau MPASI. Pemberian MPASI harus memenuhi semua zat gizi penting yang teridir dari zat gizi mikronutrient dan makronutrien. WHO merekomendasikan pemberian MPASI yang sudah difortifikasi atau diperkaya dengan zat gizi penting ke dalam makanan. Misalnya zat besi, vitamin A, dan lain-lain. Protein hewani adalah zat gizi penting yang harus ada dalam menu MPASI, bisa didapatkan dari telur, ikan, ayam, dan daging.
4. Terus pantu tumbuh kembang anak
Mums perlu terus memantau tumbuh kembang anak, terutama dari tinggi dan berat badan anak. Bawa si Kecil secara berkala ke Posyandu maupun klinik terdekat. Tinggi dan badan anak akan dicatat di KMS, atau grafik pertumbuhan sehingga mudah bagi Mums untuk mengetahui gejala awal gangguan pertumbuhan dan penanganannya.
5. Selalu jaga kebersihan lingkungan
Infeksi adalah salah satu penyebab stunting, dan hal ini rentan dialami akibat lingkungan di sekitar tempat tinggal yang tidak bersih. Faktor lingkungan ini pula yang secara tak langsung meningkatkan peluang stunting. Studi menyebutkan, diare adalah faktor ketiga yang menyebabkan gangguan kesehatan tersebut. Sementara salah satu pemicu diare datang dari paparan kotoran yang masuk ke dalam tubuh manusia.
Stunting bukan sekadar anak kurang gizi dan menyebabkan pendek, namun yang lebih berbahaya adalah pertumbuhan otaknya yang tidak maksimal sehingga gagal menjadi anak cerdas dan manusia unggul. Karena itu cara mencegah stunting di atas harus diterapkan, dimulai dari sejak kehamilan hingga minimal anak usia 2 tahun. Selalu pantau kenaikan berat badan anak sejak dini.
Referensi:
Kementrian kesehatan. Mengenal Stunting dan Gizi Buruk. Penyebab, Gejala, Dan Mencegah
Kementrrian kesehatan. pencegahan-stunting
Upk.Kemkes. 4-gejala-stunting-yang-harus-diwaspadai
-
# Gizi Anak
-
# Stunting
-
# TBN Tumbuh Kembang
-
# TBN 7-12 Bulan