Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue Akan Dilakukan Tiga Kota Termasuk DKI Jakarta
Siapa tidak takut demam berdarah? Dulu kita mengenalnya dengan penyakit demam berdarah (DB) atau demam berdarah dengue (DBD). Tetapi sekarang terminologi penyakit yang disebabkan virus dengue yang ditularkan nyamuk Aedes aegypti ini berubah menadi infeksi dengue.
Hal itu dijelaskan oleh Prof. Dr. dr. Sri Rezeki Hadinegoro, SpA(K), Guru Besar Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dalam peresmian Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta, Senin 29 September 2025.
Infeksi dengue masih menjadi beban yang signifikan bagi masyarakat di seluruh dunia, dan Indonesia termasuk negara endemik. Data Kementerian Kesehatan RI mencatat, sampai dengan 22 September 2025, terdapat 115.138 kasus dengue secara nasional dengan 479 kematian. Dari jumlah tersebut, 57 persen terjadi di Pulau Jawa.
“Nyamuk menyukai lingkungan dengan suhu udara tinggi dan juga kelembapan tinggi, makanya di negara kita kasus infeksi dengue selalu ada setiap tahun,” jelas Prof. Sri.
Sebagai negara endemis dengue, Indonesia telah melakukan berbagai upaya penanggulangan dengue melalui pengendalian vektor nyamuk secara berkesinambungan sejak tahun 1980. Mulai dari penggunaan larvasida dalam skala besar melalui fogging, hingga penerapan program yang mendorong partisipasi aktif masyarakat seperti Gerakan 3M Plus dan Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik.
Pendekatan inovatif mengatasi dengue
Namun demikian, pengendalian serta pencegahan dengue memerlukan pendekatan yang lebih terintegrasi dan inovatif. Intervensi inovatif terhadap vektor, misalnya dengan penerapan teknologi Wolbachia untuk menekan laju penyebaran virus.
Sedangkan dari sisi manusinya, dilakukan vaksinasi dengue. Beberapa pemerintah daerah sudah melaksanakan program vaksinasi dengue. Dan kini kembai dilakukan di toga kota yaitu DKI Jakarta, Palembang, dan Banjarmasin.
dr. Ovi Norfiana, M.K.M., Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan DKI Jakarta menyampaikan, sampai dengan tanggal 22 September saja, DKI Jakarta mencatat jumlah kasus dengue sebanyak 7.274 kasus dengan 12 kematian.
“Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah melakukan berbagai langkah pengendalian, mulai dari program pengendalian vektor nyamuk—seperti 3M Plus dan G1R1J—edukasi masyarakat yang berkelanjutan, hingga intervensi berbasis teknologi. Salah satu inovasi yang telah kami terapkan adalah implementasi Wolbachia di wilayah Jakarta Barat, yang menjadi pilot untuk memutus rantai penularan virus dengue,” ujar dr. Ovi.
Tapi, menurut dr. Ovi, pengendalian dengue membutuhkan strategi yang terintegrasi dan pendekatan lain yang juga inovatif. Oleh karena itu, Dinkes DKI Jakarta bersama Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) akan melaksanakan vaksinasi dengue, beserta pemantauan aktif, di Jakarta Selatan.
Rencana Program
Program pemantauan aktif vaksinasi dengue ini akan dilakukan di Jakarta Selatan, Palembang, dan Banjarmasin. Ada 30.000 siswa kelas 3 dan 4 sekolah dasar yang akan mendapatkan vaksin dengue, masing-masing 15.000 anak di Jakarta Selatan, dan masing-masing 7.500 anak di Palembang dan Banjarmasin.
Di Jakarta Selatan, sebanyak 10.000 anak yang mendapatkan vaksinasi, dan 5000 anak lainnya menjadi kelompok kontrol/pembanding yang tidak mendapatkan vaksin. Begitu juga di Palembang dan Banjarmasin, sebanyak 5.000 mendapatkan vaksinasi dan 2.500 anak lainnya menjadi kelompok kontrol.
Menurut Prof. Sri selaku Ketua Program Vaksinasi Nasional, vaksinasi diberikan dalam dua dosis, di mana jarak antara dosis adalah 3 bulan. Pemantauan akan dilakukan selama 3 tahun, dengan tujuan utama adalah mengetahui apakah terjadi penurunan angka infeksi dengue dan perawatan di rumah sakit akibat gejala yang berat.
Ditambahkan dr. Nina Dwi Putri SpA(K) M.Sc (Trop Paed), salah satu investigator, Takeda Innovative Medicine menyediakan hibah 20.000 dosis untuk program ini, yang disalurkan ke Jakarta Selatan, Palembang dan Banjarmasin.
“Pelaksanaan vaksinasi di Jakarta Selatan dilakukan pada 106 Sekolah Dasar, bekerja sama dengan 9 Puskesmas di wilayah Jakarta Selatan dan 10 rumah sakit rujuan. Orangtua murid kami harapkan memantau secara aktif apabila anaknya mengalami gejala yang mengarah ke infeksi dengue,” jelas dr. Nina.
Rencananya, pelaksanaan vaksinasi akan dilakukan bulan Oktober dan dosis kedua di bulan Desember, atau sebelum puncak infeksi dengue terjadi. Puncak infeksi dengue di Indonesia biasanya teradi di bulan Januari sampai Maret.
Selain Indonesia, pemantauan aktif vaksinasi dengue juga dilakukan di Thailand dan Pilipina, dengan total anak yang terlibat mencapai 70.000 orang. (AY)
-
# Demam Berdarah Dengue (DBD / DHF)
-
# Nyamuk
-
# Vaksin Dengue