iera sipahutar
31 Mei 2021
freepik.com

Yuk, Pahami Perasaan si Kecil yang Menjadi Anak Sulung

Si Kecil yang tadinya menjadi anak satu-satunya, kini berubah peran menjadi kakak. Di satu sisi, tentunya banyak keuntungan yang bisa si Kecil dapatkan dengan memiliki saudara. Namun di sisi lain, terkadang kita sebagai orang tua bersikap berbeda antara kepada anak sulung dan bungsu. Jika saat ini si Kecil belum bisa mengutarakan perasaannya dengan baik, yuk pahami perasaan si Kecil yang sudah menjadi kakak untuk adiknya. 

 

Kenapa Anak Sulung Berbeda?

Sebagai orang tua, Mums dan Dads pastinya masih ingat dengan baik bagaimana masa-masa awal kelahiran si Kecil. Menjadi pengalaman pertama untuk mengasuh anak, Mums akan memantau tumbuh kembangnya dengan saksama, paranoid melakukan kesalahan, setiap potensi cedera menyebabkan kepanikan, bahkan rela melakukan apa pun demi si Kecil. 

 

Bisa dibilang, anak sulung adalah satu-satunya anak yang akan memiliki orang tua untuk dirinya sendiri, sementara anak-anak berikutnya harus berbagi. Bahkan statistik menunjukkan bahwa anak tertua menikmati rata-rata kira-kira 3.000 jam lebih banyak waktu berkualitas dengan orang tuanya di antara usia 4 dan 13 tahun, daripada yang akan didapat saudara mereka.

 

Selain menjadi satu-satunya fokus orang tuanya, perhatian penuh kasih dan melimpah yang diberikan orang tua kepada anak sulung membantunya tumbuh dengan perasaan percaya diri dan bisa menjadi sangat sukses di kemudian hari.

 

Baca juga: Mums, Ini 5 Keterampilan Sosial yang Wajib Orangtua Ajarkan pada Anak

 

Yang Anak Sulung Biasanya Rasakan

Namun di balik keuntungan itu, beberapa psikolog percaya bahwa orang tua umumnya memperlakukan anak secara berbeda sesuai urutan lahirnya. Khusus untuk anak sulung, beberapa hal yang biasanya terjadi antara lain:

 

1. Orang tua akan mendorong anak sulung lebih keras dan mengharapkan lebih banyak agar ia berhasil.

 

2. Tidak hanya menghadapi tekanan kuat untuk berhasil, anak sulung harus menghadapi tantangan kelahiran adiknya. Ia tiba-tiba dipaksa untuk berbagi cinta dan perhatian orang tuanya. Transisi dari anak tunggal menjadi anak yang lebih besar tentunya tidak mudah. Si Kecil bisa merasa terancam tidak disayang lagi oleh orang tua setelah kehadiran adiknya. 

 

3. Anak sulung harus berperilaku lebih dewasa agar menjadi contoh yang baik untuk adiknya, bahkan jika ia masih berusia balita.

 

4. Orang tua mengharapkan anak sulung untuk bertanggung jawab atas adik-adiknya. 

 

5. Orang tua menetapkan aturan yang terlalu menuntut untuk perilakunya serta mengatur setiap gerakannya. Hasil dari pola asuh yang menuntut seperti ini dapat membuat si Kecil merasakan kecemasan terus-menerus dan menjadi perfeksionis.

 

6. Anak sulung diharapkan selalu mau berbagi, misal memberikan mainan yang ia suka kepada adiknya ketika sang Adik menangis.

 

7. Si Kecil sering disalahkan dan dipaksa minta maaf untuk hal yang belum tentu menjadi kesalahannya. Sementara, sang Adik sering dibebaskan dari tanggung jawab. Hal ini juga dapat membuat anak sulung lebih sering menerima hukuman.

 

8. Orang tua juga cenderung lebih bergantung pada yang tertua. Alhasil, anak sulung akan sering dimintai bantuan, bahkan sejak si Kecil masih berusia dini atau balita. Di satu sisi, hal ini dapat menumbuhkan rasa percaya diri karena mendapat kepercayaan dari orang tuanya. Namun, bisa pula si Kecil merasa keberatan dengan peran ini karena melihat adiknya dapat lepas dari tanggung jawab, sementara ia dibebani banyak peran. Kondisi ini dapat membuat anak sulung merasa bahwa adiknya lebih istimewa daripada dirinya karena menerima perlakukan berbeda.

 

 

Yang Orang Tua Bisa Lakukan

Menjadi orang tua jelas sebuah pekerjaan yang sulit. Karenanya, Mums dan Dads belum terlambat kok untuk membenahi diri dan mengelola ekspektasi agar menjadi orang tua terbaik untuk semua anak. Nah, mau tahu caranya bagaimana bersikap adil pada si Kecil yang sulung? Berikut beberapa di antaranya:

 

1. Sadarilah bahwa anak sulung tidak harus menjadi sempurna. Mums dapat membantu si Kecil memahami bahwa membuat kesalahan dapat diterima dan tidak akan memengaruhi rasa cinta Mums dan Dads kepadanya.

 

2. Bersedialah untuk mengakui kesalahan Mums atau Dads. Misal, ketika Mums mencoba melerai pertengkaran antara si Kecil dan adiknya lalu Mums salah memahami situasi, jangan segan untuk meminta maaf kepada si Kecil.

 

3. Rendahkan ekspektasi untuk anak sulung, sehingga Mums dan Dads tidak mengoreksi si Kecil secara berlebihan. Anak-anak yang terbiasa menyenangkan orang lain akan melakukan apa saja untuk memenuhi harapan dari sekitarnya dan akan merasa sedih ketika gagal. Ini dapat menyebabkan perfeksionisme dan kecenderungan obsesif.

 

4. Hindari membebani si Kecil hanya karena ia anak sulung. Biarkan ia tumbuh sesuai dengan usianya. 

 

5. Ketahuilah bahwa si Kecil tidak wajib untuk harus selalu bisa membantu Mums. Biarkan ia bermain dan bersantai layaknya anak kecil seusianya.

 

6. Luangkan waktu khusus berdua dengan si Sulung. Ia pasti sangat menantikan dan membutuhkan kesempatan untuk berbicara dengan orang tuanya, tanpa merasa terbebani dengan pekerjaan rumah atau tanggung jawab lainnya.

 

Semoga info di atas dapat membuat Mums dan Dads lebih memahami si Kecil, ya. (AS)⁣ 

 

Referensi

Washington Post. Being The Oldest

Parents. Firstborns

Psychology Today. Firstborn

Everyday Health. Oldest Child Syndrome

Little Kickers. Birth Order

  • # TBN Psikologi
  • # Bayi & Balita
  • # TBN 4 Tahun