Ana Yuliastanti
15 November 2025
Shutterstock

Inovasi Terapi GLP-1 RA untuk Menekan Angka Obesitas dan Kendalikan Diabetes

Tanggal 14 November diperingati sebagai Hari Diabetes Sedunia. Indonesia dihadapkan pada tantangan ganda yaitu obesitas dan diabetes, dua kondisi yang saling berkaitan dan kini mendorong krisis kesehatan serta ekonomi yang semakin serius.

 

Menurut IDF Diabetes Atlas edisi ke-11 (2024), 20,4 juta orang di Indonesia hidup dengan diabetes, dan angka ini diproyeksikan melonjak menjadi 28,6 juta pada tahun 2050. Indonesia kini menjadi negara ke-5 tertinggi di dunia dengan jumlah orang dewasa dengan diabetes.

 

Situasi obesitas yang menyertainya tak kalah mengkhawatirkan. Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, prevalensi obesitas pada usia di atas 18 tahun meningkat dari 21,8% pada 2018 menjadi 23,4% pada 2023, dan obesitas sentral mencapai 36,8% pada kelompok usia di atas 15 tahun.

 

Penelitian dari Institut Pertanian Bogor bahkan memperkirakan bahwa obesitas menimbulkan kerugian ekonomi sebesar Rp 78,478 miliar per tahun, menggambarkan bagaimana masalah ini bukan hanya soal individu, tetapi krisis yang berdampak sistemik.

 

Obesitas: Lebih dari Sekadar Berat Badan

Obesitas bukan sekadar urusan berat badan, tetapi kondisi medis kronis yang menimbulkan risiko serius bagi kesehatan, termasuk diabetes tipe 2, penyakit jantung, hipertensi, sleep apnea, osteoartritis, hingga beberapa jenis kanker. Lemak viseral di dalam tubuh memainkan peran besar dalam memicu resistensi insulin dan inflamasi kronis, yang membuka jalan menuju diabetes.

 

Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan telah menerbitkan Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) Obesitas, sebuah panduan komprehensif bagi tenaga kesehatan dan masyarakat dalam mengenali dan mengelola obesitas secara tepat.

 

PNPK Obesitas menekankan pendekatan bertahap—dimulai dengan perubahan gaya hidup (aktivitas fisik, pola makan, dan tidur), lalu bila belum cukup, terapi medis atau farmakoterapi sesuai indikasi, dengan pemantauan dan rujukan tepat waktu.

 

Data menunjukkan sekitar satu dari empat orang dewasa di Indonesia mengalami obesitas, dan lebih dari satu dari tiga mengalami obesitas sentral. Ini bukan sekadar angka statistik, tapi peringatan keras—karena di balik tren obesitas, risiko diabetes meningkat tajam.

 

Menurut dr. Dicky L. Tahapary, Sp.PD, K-EMD, Ph.D, dokter spesialis penyakit dalam konsultan endokrin, metabolik, dan diabetes, “Obesitas dan diabetes adalah dua sisi dari koin yang sama. Penurunan berat badan 5–10% saja sudah terbukti memperbaiki kadar gula darah, tekanan darah, dan lipid; sementara penurunan lebih dari 10–15% bahkan dapat mendorong remisi diabetes tipe 2. Jika diet dan olahraga belum cukup, itu bukan kegagalan, tetapi sinyal bahwa sudah waktunya berkonsultasi dengan dokter.”

 

Inovasi dalam Penanganan Obesitas

Menurut dr. Dicky, sesuai panduan PNPK Obesitas, pendekatan bertahap tetap menjadi kunci dimulai dari pola makan sehat dan aktivitas fisik teratur, dilanjutkan dengan opsi farmakoterapi atau terapi medis berbasis bukti, misalnya GLP-1, yang tentunya di bawah pengawasan dokter.

 

Bagi sebagian orang, perubahan gaya hidup saja belum cukup untuk mencapai penurunan berat badan yang bermakna. Dalam kondisi seperti ini, terapi medis anti-obesitas di bawah pengawasan dokter dapat menjadi pilihan, bersama dengan program diet rendah kalori dan aktivitas fisik teratur, seperti yang tertuang dalam PNPK Obesitas.

 

Clinical, Medical, & Regulatory Director Novo Nordisk Indonesia dr. Riyanny M. Tarliman, menegaskan pentingnya mengubah cara pandang terhadap obesitas, “Kelebihan berat badan atau obesitas bukan kesalahan individu. Ini adalah kondisi medis kompleks yang membutuhkan dukungan nyata. Individu dengan obesitas berhak mendapatkan bantuan medis yang tepat untuk mengelola obesitas.”

 

Salah satu inovasi terbaru dari Novo Nordisk adalah terapi GLP-1 RA untuk manajemen berat badan, yang telah terbukti secara klinis:

- 1 dari 3 pasien dapat kehilangan lebih dari 20% berat badan

- Menurunkan risiko penyakit kardiovaskular hingga 20%, serta

- meningkatkan fungsi dan kualitas hidup, termasuk pada pasien dengan gagal jantung dan osteoartritis lutut.

 

Dengan inovasi berbasis ilmu pengetahuan dan panduan klinis yang terbukti, diharapkan terus dilakukan perubahan dalam penanganan obesitas dan diabetes di Indonesia. Lebih dari sekadar penurunan berat badan, penatalaksanaan obesitas bertujuan mengembalikan harapan, meningkatkan kualitas hidup, serta mencegah komplikasi serius seperti diabetes.

 

  • # Berat Badan
  • # Obesitas
  • # Turun Berat Badan