iera sipahutar
03 April 2023
shutterstock.com

CoComelon Kabarnya Bikin Anak Mudah Tantrum dan Telat Bicara!

Rasanya, setiap anak yang lahir 3 tahun belakangan ini, menggemari Cocomelon sebagai hiburan. Namun di balik pesannya yang edukatif, kabarnya CoComelon punya sisi negatif untuk perkembangan anak-anak. Waduh!

 

Ada Apa dengan CoComelon?

Bukan hal yang asing lagi bahwa anak-anak zaman sekarang mendapatkan smartphone di usia yang lebih dini dan lebih mudah memiliki akses ke TV, tablet, atau ponsel. Hal ini pun membuat generasi alfa mendapatkan lebih banyak waktu layar (screen time) setiap hari daripada generasi sebelumnya.

 

Namun, para pakar yang tergabung di American Academy of Pediatrics (AAP), justru melarang waktu layar di usia dini. Anak-anak di bawah 18 bulan hanya boleh menggunakan gawai untuk video call, sementara pada anak–anak berusia 2 tahun ke atas, waktu menonton televisi hanya maksimal satu jam dan itu harus program berkualitas tinggi.

 

Terlepas dari itu, waktu layar merupakan isu yang personal untuk setiap orang tua. Beberapa di antaranya akan menerapkan aturan waktu layar yang ketat dan disiplin, namun di sisi lain juga ada yang lebih melonggarkan durasinya selama masih di bawah pengawasan orang tua. Apa pun itu pilihannya, tak menghalangi si Kecil untuk menyukai satu tayangan di media sosial Youtube, yaitu CoComelon.

 

CoComelon ibaratnya adalah channel karaoke untuk anak-anak. Tayangan ini adalah serial bernyanyi bersama yang berfokus pada tokoh utamanya, JJ, beserta keluarganya. Sambil bernyanyi dan dikemas dengan animasi yang warna-warni, diselipkan pesan edukatif seperti tata krama, ritual membersihkan diri, makan sehat, dan pesan positif lainnya. Semuanya disampaikan dalam sorak sorai yang meriah, serta mengandalkan kekuatan pengulangan untuk menangkap ketertarikan balita.

 

Sekilas, semuanya tampak baik-baik saja, ya. Namun jika diperhatikan, CoComelon menampilkan transisi cepat. Adegan terus-menerus dipotong dan berubah dengan musik, sehingga membuat penontonnya terstimulasi, bersemangat, sekaligus menginginkan lebih. 

 

Perbincangan tentang potensi dampak negatif menonton CoComelon makin bergulir ketika seseorang dengan nama akun @circusbrain membuat video di TikTok. Ia membandingkan kecepatan adegan CoComelon dengan program populer lainnya seperti My Little Pony

 

Dalam contoh dari My Little Pony, adegan berubah setiap empat hingga enam detik. Sementara CoComelon, berubah setiap satu sampai tiga detik. Dalam video selanjutnya, @circusbrain juga mendemonstrasikan bagaimana hampir setiap bidikan di CoComelon bergerak. Dari situ, kian banyak diskusi di forum online maupun media sosial, yang membahas tentang hal ini.




 

Baca juga: Anak Susah Fokus? Penyebab dan Cara Mengatasinya

 

 

 

 

CoComelon Tak Baik untuk Anak-anak?

Ya, tak bisa dimungkiri, sudah cukup banyak perbincangan tentang potensi bahaya CoComelon. Beberapa khawatir acaranya terlalu menstimulasi. Sementara yang lainnya mengkhawatirkan bahwa tontonan ini memicu tantrum pada anak dan keterlambatan bicara. Tetapi apakah ada kebenaran dari kekhawatiran ini? Bisakah CoComelon dan program serupa berdampak negatif pada perkembangan anak? 

 

Kassie Hanson, ahli patologi bahasa anak asal Nebraska, Amerika Serikat, mengatakan bahwa dampak TV terhadap perkembangan anak bervariasi, tergantung pada usia anak dan apa yang ditonton.

 

"Ada penelitian jelas yang menunjukkan TV untuk anak di bawah 2 tahun dapat berdampak negatif pada perhatian, kognitif, dan komunikasi. Karena, anak di bawah 2 tahun membutuhkan interaksi dengan orang, bukan layar. Sedangkan untuk anak usia 2 tahun ke atas, waktu layar yang terbatas tidak apa-apa dan bahkan mungkin mengajari anak-anak beberapa konsep atau ide baru, jika pertunjukannya berkualitas tinggi dan orang tua ikut berinteraksi dengan anak-anak saat mereka menonton pertunjukan tersebut, “ jelasnya.

 

Ini artinya, memerhatikan waktu layar anak-anak tak terbatas hanya pada CoComelon, namun juga tayangan televisi secara keseluruhan. Acara yang bergerak cepat dengan konten berkualitas rendah, bisa sangat berbahaya karena hanya menambah sedikit atau tidak ada nilai sama sekali untuk perkembangan anak, belum lagi juga merangsang otak anak secara berlebihan. 

 

Beberapa tanda anak terlalu terstimulasi, antara lain:

  • Menangis.
  • Marah.
  • Tampak lelah atau rewel.

 

 

 

 

 

 

Selain itu, efek negatif dari berlebihannya waktu layar serta buruknya pilihan tontonan, bisa terlihat dari reaksi anak yang keras jika waktu layarnya dibatasi. Anak pun mungkin mengamuk atau tantrum ketika tontonannya dimatikan. Dampak lainnya adalah dapat mendorong perilaku buruk, seperti membantah orang tua atau memukul anak lain.

 

Terlebih lagi, sebuah studi oleh para peneliti di University of Alberta menemukan, bahwa anak-anak yang menghabiskan setidaknya dua jam per hari di depan layar, lima kali lebih mungkin menunjukkan gejala ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) atau hiperaktif, jika dibandingkan dengan teman sebayanya yang berada di layar selama 30 menit atau kurang.

 

Terlepas dari hipotesa dan asumsi yang makin meluas, belum ada bukti pasti yang menunjukkan bahwa CoComelon menyebabkan masalah perilaku dan/atau atau perkembangan pada anak. 

 

"Tanpa penelitian empiris pada acara CoComelon, tidak ada data untuk mendukung klaim bahwa acara ini terlalu merangsang karena kecepatan adegannya," ujar Rebecca G. Cowan, Ph.D., LPC, NCC, BC-TMH, DCMHS, seorang profesor di perguruan tinggi ilmu sosial dan perilaku di Walden University. Juga, belum bisa dibuktikan bahwa acara tersebut menyebabkan tantrum atau keterlambatan bicara.

 

Walau begitu perlu dicatat, menonton TV berlebihan pada anak usia dini jelas bukan sebuah keputusan yang bijak. Jika waktu layar menggantikan interaksi dengan orang tua dan teman sebaya, maka tentu akan ada dampak gangguan perkembangan yang bisa terjadi. (IS) 

 

 

Ingin menambah teman dan update kabar terbaru? Yuk, gabung ke Komunitas Teman Bumil! Klik di sini: https://linktr.ee/KomunitasTemanBumil

 

 

 

 

 

Referensi:

Sydney Morning Herald. CoComelon




  • # TBN Tumbuh Kembang
  • # Bayi & Balita
  • # TBN 2 Tahun