Yovita Diane Titiesari
17 Juli 2019
pixabay.com

Amankah Minum Obat Hipertensi saat Hamil?

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi yang dapat menyebabkan komplikasi kehamilan. Menurut laporan dari The American College of Obstetricians and Gynecologist, angka kejadian hipertensi pada kehamilan di seluruh dunia menyentuh angka 10%. Hipertensi pada kehamilan harus ditangani dengan baik sebab dapat menyebabkan masalah, baik bagi ibu maupun janin.

 

Salah satu cara penanganan hipertensi pada kehamilan adalah dengan penggunaan obat-obatan untuk menjaga tekanan darah. Sebagai apoteker, saya sering menerima pertanyaan dari pada ibu hamil mengenai penggunaan obat anti hipertensi pada kehamilan.

 

Kebanyakan dari mereka merasa cemas harus mengonsumsi obat terus-menerus. Mereka khawatir obat yang diberikan akan membawa dampak tidak baik pada janin yang dikandung.

 

Pemilihan obat anti hipertensi pada kehamilan tentunya berbeda dengan pada kondisi tidak hamil. Obat yang dipilih harus dapat menjaga tekanan darah ibu agar tetap stabil dan di sisi lain juga harus aman bagi janin yang dikandung.

 

Obat anti hipertensi yang aman selama kehamilan

Obat pilihan untuk terapi hipertensi selama kehamilan adalah metildopa. Metildopa sudah cukup lama digunakan untuk membantu mengatasi hipertensi selama kehamilan. Sejauh ini, tidak ada data yang menunjukkan efek tidak diinginkan pada janin yang dikandung.

 

Bagi ibu hamil sendiri, metildopa secara umum dapat ditoleransi dengan baik. Efek tidak diinginkan yang mungkin muncul antara lain kelelahan, sulit tidur, dan mulut kering. Beberapa laporan menyatakan metildopa dapat menimbulkan depresi, sehingga biasanya tidak digunakan bagi ibu hamil yang sebelumnya memiliki riwayat depresi.

 

Baca juga: Tekanan Darah Tinggi saat Hamil dapat Berakibat Kematian?

 

Obat ini biasanya diminum 2 atau 3 kali sehari. Dosisnya bervariasi pada setiap pasien, dengan dosis maksimal hingga 3.000 mg per hari. Selain aman bagi ibu hamil, metildopa juga aman digunakan selama masa menyusui. Jika pasien tidak dapat menggunakan metildopa, maka pilihan berikutnya adalah anti hipertensi golongan calcium channel blocker, yaitu nifedipine atau verapamil oral.

 

Pada kasus hipertensi berat pada kehamilan (tekanan darah sistolik sama dengan atau lebih dari 160 mmHg dan diastolik sama dengan atau lebih dari 105 mmHg), biasanya digunakan terapi obat yang diberikan secara intravena alias infus. Obat yang biasa digunakan adalah nifedipine tetapi dalam bentuk infus.

 

Obat anti hipertensi yang tidak boleh digunakan selama kehamilan

Dari semua golongan obat anti hipertensi, ada 2 golongan obat yang tidak boleh digunakan selama kehamilan, yaitu obat golongan inhibitor angiotensin converting enzyme (ACE inhibitor), seperti kaptopril, ramipiril, lisinopril, serta obat golongan angiotensin II receptor blocker (ARB), seperti candesartan, losartan, dan irbesartan.

 

Kedua golongan obat ini tidak boleh digunakan selama kehamilan karena memiliki efek samping pada perkembangan janin. Wanita yang sebelum hamil mengalami hipertensi dan rutin mengonsumsi kedua obat ini biasanya akan mengalami penggantian obat saat hamil. Hal tersebut dilakukan agar hipertensi tetap terjaga dan janin juga tidak terkena dampak negatif dari pengonsumsian obat.

 

Pentingnya konsumsi obat anti hipertensi

Jika dokter yang menangani kehamilan Mums memberikan terapi obat anti hipertensi untuk mengontrol tekanan darah, sebaiknya Mums secara rutin mengonsumsinya. Keuntungan yang didapat dari konsumsi obat lebih besar daripada risiko terhadap janin yang dikandung.

 

Jika obat dikonsumsi secara teratur, tekanan darah dapat terkontrol dengan baik. Ibu maupun janin juga akan selamat hingga persalinan. Namun jika tekanan darah tidak terkontrol dengan baik, dapat terjadi komplikasi, salah satunya pre-eklampsia yang dapat membuat bayi lahir prematur.

 

Mums, itu dia sekilas informasi mengenai obat anti hipertensi yang digunakan pada kehamilan. Metildopa hingga kini masih digunakan sebagai obat anti hipertensi lini pertama pada kondisi kehamilan karena aman bagi janin. Jangan lupa untuk selalu rutin memeriksakan kehamilan ya agar kondisi hipertensi juga dapat terpantau dengan baik. Salam sehat!

 

 

Referensi:

  1. Brown, C. and Garovic, V. (2014). Drug Treatment of Hypertension in Pregnancy. Drugs, 74(3), pp.283-296.
  2. Task Force on Hypertension in Pregnancy (2013). Hypertension in pregnancy. American College of Obstetricians and Gynecologists.

 

  • # Kehamilan
  • # Hipertensi
  • # Kardiovaskular
  • # TBMinggu13
  • # TB Kesehatan