Yovita Diane Titiesari
28 April 2017
https://www.pexels.com/photo/fashion-legs-notebook-working-5279/

Tetap Bekerja saat Hamil? Tidak Masalah!

Menjalani masa kehamilan adalah sesuatu yang membahagiakan, namun menurut saya juga penuh dengan tantangan. Perubahan fisik maupun mental yang dihadapi seorang wanita yang sedang hamil, mau tidak mau berdampak pula pada aspek-aspek kehidupan dan rutinitas sehari-hari. Salah satunya adalah dalam menjalani pekerjaan. Banyak sekali wanita yang tetap bekerja saat hamil, termasuk saya. Tetap bekerja di saat hamil memang lumrah, namun ada beberapa hal yang sebaiknya diperhatikan. Agar pekerjaan tetap dapat berjalan dengan lancar, dan kehamilan pun tetap baik. 

 

Beritahukan kepada atasan dan kolega mengenai kehamilan Mums

Hal ini adalah hal pertama yang saya lakukan terkait pekerjaan setelah mengetahui bahwa saya hamil. Dengan memberitahu atasan, dapat dilakukan penyesuaian yang diperlukan untuk pekerjaan. Misalnya di tempat kerja saya yang memberlakukan sistem kerja 3 shift dalam sehari, seorang karyawati yang sedang hamil akan dibebaskan dari jadwal shift malam. Contoh lain, seorang karyawati yang sedang hamil biasanya akan dibebaskan dari pekerjaan yang bersifat mengangkat beban berat, berdiri dalam jangka waktu lama, atau yang melibatkan dengan paparan zat-zat berbahaya.

 

Kenali batasan yang mampu ditanggung tubuh

Bekerja dalam kondisi hamil memang bukan berarti seorang wanita ingin diistimewakan dan menjadi ‘manja’, namun sebagai wanita hamil sebaiknya tahu batasan yang mampu ditanggungnya, terutama secara fisik.

 

Jika sebelum hamil masih sering bekerja overtime, saatnya memikirkan untuk lebih banyak beristirahat demi kesehatanmu dan janin. Coba delegasikan pekerjaan yang memiliki prioritas lebih rendah dibanding pekerjaan lain, kepada kolega kerja. Ini juga salah satu alasan mengapa memberitahukan kehamilan kepada atasan dan kolega kerja menjadi cukup penting.

 

Ciptakan suasana bekerja yang nyaman

Beberapa keluhan yang umum terjadi saat hamil seperti mual dan muntah, nyeri punggung, cepat lelah, sering buang air kecil, terkadang membuat bekerja menjadi kurang nyaman. Jadi, usahakanlah menciptakan suasana kerja yang paling nyaman! Misalnya, hindari makanan, minuman, atau bahkan bau-bauan yang dapat merangsang mual dan muntah. Untung mengatasi nyeri punggung, saya biasanya menggunakan bantal kecil di kursi kerja. Selain itu, saya menempatkan sebuah pijakan kaki di bawah meja agar posisi kaki saya lebih nyaman.

 

Istirahat yang cukup juga buat saya sangat berpengaruh terhadap kenyamanan saat bekerja. Saat hamil, terkadang muncul keluhan sulit tidur di malam hari karena posisi yang tidak nyaman ataupun karena harus bolak-balik ke kamar kecil. Oleh karena itu, saya memilih tidur malam lebih awal agar esok harinya tetap bisa bangun dan bekerja dengan segar.

 

Pastikan perjalanan dari dan ke tempat kerja aman dan nyaman

Saya rasa kebanyakan pekerja tinggal tidak dekat dengan kantor, sehingga membutuhkan beberapa waktu untuk perjalanan. Buat saya, selama hamil proses perjalanan ke kantor haruslah aman dan nyaman. Maklum, saya sehari-hari harus menempuh jarak yang lumayan untuk dapat tiba di kantor. Untuk moda transportasi, saat hamil saya beralih pada moda yang buat saya lebih aman dan nyaman. Memang waktu tempuhnya lebih panjang dan biayanya lebih besar, tapi saya bebas dari berdesak-desakan dengan penumpang lain. Saya juga menghindari bepergian saat rush hour agar seminimal mungkin terhindar dari kemacetan di jalan.

 

Rencanakan cuti melahirkan dengan baik

Hak seorang pekerja wanita untuk cuti melahirkan diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Pada Pasal 82, disebutkan bahwa pekerja wanita berhak mendapatkan istirahat (cuti) selama 1,5 bulan sebelum melahirkan dan 1,5 bulan setelah melahirkan menurut perhitungan dokter atau bidan. Jadi jangan khawatir, hak tersebut dilindungi oleh hukum yang sah sehingga wajib dipatuhi oleh pemberi kerja.

 

Jika Kamu sudah mendapatkan tanggal hari perkiraan lahir (HPL) dari dokter atau bidan yang menangani kehamilanmu, rencanakan kapan akan mulai dan mengakhiri periode cuti melahirkan tersebut. Bicarakan hal ini dengan atasan agar timeline kerja dapatkan dapat disesuaikan, serta untuk mempermudah operan kerja dengan kolega kerja lain.

 

Salah satu hal penting yang harus diingat adalah bahwa seorang wanita hamil itu unik. Ketahanan fisik dan mental seorang wanita hamil dengan wanita hamil lainnya tentulah berbeda. Saya pribadi cukup bersyukur karena hingga usia kehamilan lewat delapan bulan ini masih sanggup bekerja full time, walaupun beberapa kali saya butuh cuti atau izin untuk beristirahat karena keterbatasan fisik.

 

Namun, jika Mums harus membatasi diri dari pekerjaan karena masalah kesehatan yang berhubungan dengan kehamilan, saran saya janganlah berkecil hati dan menjadi stres. Teruslah berkomunikasi dengan atasan dan kolega kerja, juga dengan keluarga, agar Mums dapat mengambil keputusan yang tepat, baik untuk karir maupun kehamilan.

 

Selamat menjalani kehamilan yang sehat sambil bekerja! (Editor: OCH)

 

  • # Kehamilan
  • # Wanita karir
  • # Wanita Hamil
  • # Pekerjaan
  • # TBMinggu13
  • # TBMinggu12
  • # TBMinggu34
  • # TB Kesehatan