Ana Yuliastanti
12 Juni 2022
Pixabay

Sudah Terdeteksi di Indonesia, Ini Fakta Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5

Informasi kesehatan ditinjau dan diedit oleh
dr. William

 Beberapa hari terakhir, kita kembali dihadapkan dengan berita munculnya subvarian baru Omicron, yaitu BA.4 dan BA.5. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, mengabarkan subvarian Omicron BA.4 dan BA 5 telah masuk ke Indonesia pada akhir Mei lalu.

 

"Varian baru (BA.4 dan BA.5) ada di kita, teridentifikasi Kamis malam 9 Juni, tapi itu kejadiannya akhir bulan Mei," kata Menkes. Dia mengatakan telah ada empat kasus Covid 19 dengan varian BA 4 dan BA5. Keempat kasus tersebut teridentifikasi di Bali.

 

Baca juga: Inilah Perbedaan Omicron dan Delta dalam Hal Beratnya Gejala Hingga Angka Kematian
 

 

5 Fakta Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5

Dikutip dari Gavi.org, inilah 5 fakta tentang subvarian Omicron BA.4 dan BA.5:

 

1. Sudah beredar sejak Januari

Varian BA.4 pertama kali terdeteksi dari spesimen yang dikumpulkan pada 10 Januari 2022 di Limpopo, Afrika Selatan, dan sejak itu terdeteksi di semua provinsi Afrika Selatan. BA.5 juga pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan, kali ini dari sampel yang dikumpulkan pada 25 Februari 2022 di KwaZulu-Natal. Bahkan sudah menyebar ke provinsi lain.

 

Afrika Selatan melakukan pengurutan genetik pada lebih banyak sampel SARS-CoV-2 dibandingkan banyak negara lain, jadi ada kemungkinan varian ini muncul di tempat lain dan ilmuwan Afrika Selatan adalah yang pertama menemukannya.

 

2. Diduga lebih cepat menular

Menurut data urutan genetik yang diunggah ke database GISAID global, serta laporan dari WHO, sejumlah negara sudah melaporkan deteksi varian ini dan jumlah kasusnya meningkat.

 

Di Afrika Selatan, persentase kasus BA.4 yang ditemukan kurang dari 1% pada Januari 2022, menjadi 35% pada 29 April 2022 dan untuk BA.5 mencapai 20%. Pertumbuhan ini menunjukkan bahwa varian ini lebih menular daripada varian Omicron yang ada, atau bisa jadi akibat berkurangnya kekebalan dari infeksi atau vaksinasi sebelumnya. Namun, hal ini perlu diinvestigasi lebih lanjut.

 

Baca juga: Kenali Perbedaan Flu dan Omicron pada Anak
 

3. Mengalami mutasi tambahan yang membuatnya mudah lolos dari sel kekebalan

Virus selalu bermutasi. Namun, mutasi yang diwaspadai saat SARS-CoV-2 berevolusi adalah mereka akan meningkatkan keparahan penyakit secara signifikan, tidak respons dengan vaksin atau kekebalan yang diberikan oleh vaksin atau infeksi sebelumnya, atau membuat tes diagnostik menjadi kurang efektif, sehingga lebih sulit untuk mengendalikan penyebaran penyakit.

 

BA.4 dan BA.5 memiliki banyak mutasi yang sama dengan varian Omicron asli, tetapi memiliki lebih banyak kesamaan dengan varian BA.2. Mereka juga memiliki sejumlah mutasi tambahan, beberapa di antaranya dapat mengubah karakteristik mereka.

 

Salah satunya, kedua sub-varian ini mengalami mutasi pada gen protein tertentu. Ini menjadi penting, karena inilah yang digunakan virus untuk menginfeksi sel manusia, dan karenanya menentukan seberapa mudah virus itu menular. Protein ini juga merupakan bagian dari virus yang digunakan di sebagian besar vaksin COVID-19.

 

Kedua varian baru membawa mutasi L452R, yang sebelumnya juga terdeteksi pada varian Delta, dan diperkirakan membuat virus lebih menular dengan meningkatkan kemampuan virus untuk menempel pada sel manusia. Ini juga dapat membantu virus menghindari penghancuran sebagian oleh sel-sel kekebalan. Mereka juga memiliki perubahan genetik, yang disebut mutasi F486V, yang dapat membantu mereka sebagian menghindari respon imun kita.

 

4. Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa mutasi ini akan menyebabkan gejala yang lebih parah

Sejauh ini tidak ada informasi bahwa BA.4 atau BA.5 berhubungan dengan gejala baru atau penyakit yang lebih parah. WHO sendiri terus memantau perkembangan mutasi dari jalur Omicron ini.

 

5. Mereka dapat menghindari antibodi dari infeksi Omicron sebelumnya sampai batas tertentu

Hanya segelintir penelitian ilmiah yang telah dipublikasikan terkait BA.4 dan BA.5. Namun, dalam salah satu studi, peneliti yang dipimpin oleh Alex Sigal di Institut Penelitian Kesehatan Afrika di Durban, Afrika Selatan, menyelidiki sejauh mana antibodi dari 39 orang yang telah pulih dari varian Omicron asli dapat mencegah sel terinfeksi virus varian BA.4 dan BA.5.

 

Penelitian menemukan bahwa antibodi yang dihasilkan dari infeksi alami kurang efektif melawan sub-varian baru daripada melawan strain Omicron asli. Namun, antibodi yang dihasilkan oleh 15 orang yang telah divaksinasi terhadap COVID-19 lebih efektif daripada mereka yang sembuh dari infeksi alami saja.

 

Sigal menulis di Twitter bahwa lolosnya BA.4/BA.5, meski tidak sedramatis Omicron lolos dari vaksin atau kekebalan Delta, sudah cukup untuk menimbulkan masalah dan menyebabkan gelombang infeksi selanjutnya.

 

“Tetapi varian ini tidak mungkin menyebabkan penyakit yang jauh lebih parah daripada gelombang sebelumnya, terutama pada individu yang sudah divaksinasi,” jelasnya.

 

Kesimpulannya, masyarakat seharusnya tidak perlu panik dengan adanya subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 ini. Vaksinasi dikatakan bisa melindungi jika pun terinfeksi.

 

 

Sumber:

Kompas.com

 

  • # Vaksin
  • # Infeksi
  • # COVID-19