3 Alasan Wanita Enggan Lakukan Skrining Kanker Payudara
Kanker payudara terlihat mengerikan ya, Mums! Membayangkan saya bergidik dan sebisa mungkin tidak datang di keluarga kita, apalagi ke diri kita. Tapi faktanya, kasus kanker payudara selalu meningkat. Saat ini kanker payudara menjadi penyebab kematian akibat kanker nomer satu pada wanita di Indonesia.
Padahal, kematian akibat kanker payudara bisa dihindari, dengan menemukannya saat masih di tahap dini bahkan saat dini. Dan satu-satunya cara menemukan kanker payudara stadium dini adalah dengan skrining.
Penyebab Wanita Enggan Melakukan Deteksi Dini
Menurut dr. Siti Nadia Tarmizi, Direktur Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan RI ada banyak alasan para wanita enggan melakukan deteksi dini kanker payudara:
1. Payudara adalah organ intim
Para wanita biasanya takut, dan enggan karena payudara dianggap sebagai organ intim. Banyak yang enggan payudara diperiksa secara SADARNIS atau USG
2. Tidak ada keluhan
Kanker payudara di tahap awal tidak menimbulkan gejala, sehingga meskipun menemukan benjolan, jika tidak disertai tanda-tanda sakit, biasanya enggan memeriksakan diri.
3. Takut ketahuan
mereka takut – merasa lebih baik tidak tahu daripada tahu dan akhirnya jadi kepikiran. Keempat, sebagian perempuan harus izin dulu ke suami atau keluarga untuk periksa payudara.
Akibat berbagai alasan itu, cakupan skrining dan deteksi dini kanker payudara masih rendah. “Dari sekian puluh juta yang menjalani Cek Kesehatan Gratis, jumlah perempuan sekitar 20 juta. Dari 20 juta itu, yang mau skrining payudara hanya 300.000 saja,” jelas dr. Nadia dalam diskusi media bertema “Pendekatan Multidisiplin Perawatan Kanker Payudara Stadium Lanjut” di Jakarta, 28 Oktober 2025.
Keunggulan mammografi untuk deteksi dini kanker payudara
Ditambahkan dr. Agnes, Kepala Departemen Medical Check Up (MCU) MRCCC Siloam Hospitals Semanggi, kanker payudara sering ditemukan tidak sengaja ketika chek up kesehatan rutin.
Biasanya setelah terdeteksi, maka pasien akan diminta untuk melanjutkan pemeriksaan ke dokter spesialis untuk dilakukan perencanaan terapi. “Jadi temuan tidak sengaja ini sebenarnya hal yang bagus, karena belum ada gejala, dan bisa segera dilakukan terapi,” jelas dr. Agnes.
dr. Agnes juga menyampaikan, Siloam Hospital memiliki Program SELANGKAH (Semangat Lawan Kanker), berupa pemeriksaan payudara gratis untuk semua wanita di 38 rumah sakit Siloam di seluruh Indonesia. Jadi Mums, tak perlu ragu melakukan skrining.
Apalagi menurut dr. Nina I.S.H. Supit, Sp.Rad PRP (K), Kepala Departemen Radiologi MRCCC Siloam Hospitals Semanggi, saat ini deteksi kanker payudara dengan mammografi sudah lebih nyaman.
“Mammografi disarankan dilakukan oleh perempuan mulai usia 40 tahun ke atas. Untuk yang berusia 35 tahun skrining dilakukan dengan USG resolusi tinggi. Namun pada perempuan yang mempunyai faktor risiko berupa riwayat kanker di keluarga seperti ibunya, tantenya atau saudara kandung yang sudah kena kanker payudara, boleh melakukan mammografi mulai usia 35 tahun,” jelas dr. Nina.
Kemampuan mammografi dalam mendeteksi lesi tumor berasal dari sinar X yang bisa menembus jaringan payudara dan memberikan gambaran yang tajam jika ada tumor di permukaan payudara mauapun jaringan yang lebih dalam. Benjolan atau lesi yang dicurigai kanker lebih mudah ditemukan pada jaringan payudaranya berlemak dan bukan yang padat.
“Teknologi pada mammografi terbaru jauh lebih nyaman, akurat dan rendah radiasi. Dengan alat tomosintesis bisa ditemukan lesi tumur sangat kecil, 0,3 dan 0,4 mm, bahkan di payudara yang padat. Semakin cepat tumor ditemukan, hasilnya tentu lebih baik. Ini harus diedukasi agar perempuan mau datang dan melakukan mammografi, Prosedur ini memang sedikit tidak nyaman, tetapi ketika perempuan sudah siap melakukannya, maka rasa ketidaknyamanan itu berkurang,” ungkap dr. Nina.
Dr. dr. Andhika Rachman, Sp.PD-KHOM menambakan, ketika seorang wanita terdeteksi kanker payudara tidak perlu takut. “BPJS Kesehatan kita sudah sangat bagus, hampir semua pengobatan ditanggung," tegasnya.
Sayangnya, dr. Andhika menambahkan, keterlambatan deteksi dan akseserapi masih jadi tantangan dalam pengobatan kanker payudara di Indonesia. "Kebanyakan pasien datang pada stadium tiga. Ini mengkhawatirkan karena sudah masuk ke getah bening.Kalau ditemukan pada sedini mungkin, makin tinggi tingkat kesembuhannya. Pada stadium 1, survival rate 5 tahun mencapai 90%, sedangkan pada stadium 4 cuma 20%. Jadi makin dini kanker ditemukan makin bagus; pengobatan lebih simple, dan efek samping lebih sedikit." (AY)
-
# TBN Parents Life
-
# TBN Kesehatan
-
# Kesehatan Wanita
-
# Kanker Payudara