Ana Yuliastanti
30 September 2025
MRCCC

Deteksi Dini Kanker Payudara Hanya 5 Detik dan 98% Akurat

Bulan Oktober diperingati sebagai bulan peduli kanker payudara. Kanker payudara adalah momok bagi perempuan di seluruh dunia. Padahal di balik seramnya cerita tentang kanker payudara, ada kabar baik bahwa 90% kanker payudara dapat disembuhkan, selama ditemukan dalam stadium awal.

 

Satu-satunya cara menemukan kanker di stadium awal adalah dengan deteksi dini, yaitu USG atau mammografi. Sayangnya, masih banyak wanita Indonesia yang menjalani deteksi dini. Selain faktor biaya, akses, juga ada ketakutan akan prosedur deteksi dini yang menyakitkan.

 

Padahal, saat ini deteksi dini kanker payudara bisa dilakulan di puskesmas dengan skrining gratis. Bagi yang menginginkan kenyamanan lebih, saat ini mammografisudah sangat canggih dan tidak lagi menyakitkan atau membuat tidak nyaman.

 

Mammografi Rutin Temukan Kanker Lebih Dini

Dijelaskan oleh Kepala Departemen Radiologi MRCCC Siloam Hospitals Semanggi, dr. Nina I.S.H. Supit, Sp.Rad PRP (K), “Mammografi masih menjadi gold standar untuk deteksi kanker payudara. Mammografi sebaiknya dilakukan untuk wanita mulai usia 40 tahun setahun sekali atau dua tahun sekali bagi yang risiko rendah. Sedangkan bagi yang berisiko tinggi, misalnya ibu atau nenek juga memiliki kanker payudara, maka mammografi dilakukan mulai usia 35 tahun. Karena jika ada riwayat keluarga maka wanita tersebut lebih berisiko mengalami kanker payudara di usia muda."

 

Ditambahkan dr. Nina, mammografi di era sekarang tidak sama dengan mammografi yang dulu, di mana pemeriksaannya cukup membuat tidak nyaman atau membuat nyeri akibat tekanan pada payudara yang kuat. Mammografi analog yang digunakan sekarang, didesain dengan agar lebih nyaman, tidak sakit, dan radiasinya minimal. Namun, hasilnya lebih akurat.

 

Mammografi terbaru hanya 5 detik

Sebagai salah satu pusat kanker di Indonesia, MRCCC Siloam Hospitals Semanggi memperkenalkan mamografi terbaru yaitu Mammomat B.brilliant. Teknologi mammografi 3D yang baru ada pertama kalinya di Indonesia ini adalah buatan dan Siemens Healthineers.

 

Keunggulan Mammomat B.brilliant antara lain pemindaian yang sangat cepat, hanya 5 detik tanpa mengorbankan kualitas gambar. Sebelumnya, pasien harus menunggu hingga 25 detik yang menimbulkan ketidaknyamanan berupa rasa nyeri akibat penekanan payudara alat kompresor.

 

Alat mammografi terbaru ini sudah menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk mengatur kompresi pada payudara pasien dan mengatur tingkat radiasi. Hal ini untuk menjaga kenyamanan dan keamanan pasien tanpa mengurangi akurasi dari hasil mammografi.

 

Selain itu memiliki sudut pemindaian seluas 50° atau menjadi sudut terluas yang pernah ada, jika dibandingkan dengan mammografi 3D lainnya yang hanya memiliki sudut pemindaian 40° atau mammografi 2D yang hanya 15°. Hasilnya adalah gambar 3D resolusi tinggi yang lebih lebar dan dapat membantu tim medis mendeteksi kelainan sekecil mikrokalsifikasi dengan lebih tepat dan cepat.

 

Perlu diketahui bahwa, dengan karakter payudara orang Asia yang cenderung padat, pemindaian 3D dengan sudut 50° akan sangat membantu karena mampu menghasilkan lebih banyak gambar. Fitur-fitur yang dihadirkan tersebut menjadikan proses skrining berlangsung jauh lebih nyaman dan aman dengan waktu pemeriksaan yang singkat sehingga mampu mengurangi rasa tertekan dan kecemasan pasien.

 

Presiden Direktur Siemens Healthineers Indonesia, Alfred Fahringer menambahkan, “Mammomat B.brilliant baru diluncurkan setahun lalu di Amerika Serikat. Dan ini adalah satu-satunya di Indonesia dan hanya hanya ada di MRCCC. Negara lain di Asia yang sudah menggunakan adalah Jepang dan Singapura, Malaysia juga belum memilikinya. Tingkat akurasi alat ini adalah 98% dan bisa menemukan tumor ukuran 0.2 mm.”

 

CEO MRCCC Siloam Hospitals Semanggi, dr. Edy Gunawan, MARS mengatakan, “Mammomat B.briliant  tidak sekadar peningkatan teknologi, ini adalah penegasan dari komitmen kami untuk mengutamakan pengalaman medis pasien kami, khususnya bagi pasien perempuan. Luangkan lima detik waktu Anda untuk mammogram—karena lima detik itu bisa menyelamatkan hidup Anda”.

 

Seperti diketahui, Indonesia terus menghadapi tantangan besar melawan kanker payudara. Berdasarkan Global Cancer Observatory (GLOBOCAN) pada tahun 2022, terdapat 66.271 kasus baru kanker payudara, menyumbang 16,2% dari seluruh kasus kanker di Indonesia, serta menduduki peringkat pertama dalam jumlah kasus baru. Sekitar 22.598 kematian terjadi akibat penyakit ini dalam periode yang sama, sementara prevalensi selama 5 tahun mencapai 209.748 kasus.

 

Kanker payudara juga menjadi kanker paling umum di kalangan wanita di Indonesia, mencakup sekitar 19% dari seluruh kasus kanker, dengan lebih dari 70.000 diagnosis baru setiap tahun. Namun, tingkat kesembuhan dapat meningkat drastis jika penyakit ini terdeteksi dini—sehingga skrining yang tepat waktu dan akurat menjadi krusial.

 

Di tingkat global, kanker payudara juga menjadi kanker paling umum pada perempuan, dengan 2,3 juta kasus baru pada 2022. Angka-angka ini menunjukkan urgensi deteksi dini secara luas—karena semakin cepat terlacak, semakin besar peluang untuk disembuhkan.

  • # Kanker Payudara
  • # Deteksi Dini