Waspada 5 Tanda Bahaya saat Anak Kena DBD!
Siapa saja bisa terkena demam berdarah atau demam berdarah dengue (DBD). Anak-anak termasuk usia yang rentan terkena DBD dan berpotensi menjadi fatal. Hal ini karena anak memiliki sistem kekebalan tubuh yang masih lemah. Orang tua harus selalu waspada bila mendapati gejala DBD pada anak dan tanda bahayanya.
Prof. Dr. dr. Sri Rezeki Hadinegoro, Sp.A(K), dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) sekaligus Ketua Indonesia Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), memaparkan bahwa dengue atau yang sering disebut sebagai DBD merupakan penyakit yang dapat menjangkit siapa saja tanpa memandang usia, di mana mereka tinggal, maupun gaya hidup.
“Di negara atau wilayah dengan tingkat penularan DBD yang tinggi, anak-anak dan orang dewasa muda cenderung menjadi yang paling terkena dampaknya, dengan angka kematian lebih tinggi pada anak-anak," jelasnya dalam Media Briefing Indonesia Dengue Summit, Minggu, 23 Juni 2023, di Jakarta.
Nah, Mums apa saja hasil dari pertemuan ini terutama dalam rangka pencegahan DBD?
4 Tipe Virus Dengue Penyebab DBD
Menurut Prof. Sri yang juga dokter spesialis anak dan Guru Besar FKUI ini, di masyarakat kita masih banyak terjadi miskonsepsi tentang DBD dan menganggap penyakit ini tidak berbahaya. Masih banyak orang yang berpikir bahwa apabila sudah pernah terkena DBD, maka mereka aman dan menjadi kebal. Padahal, tidak begitu.
Mums dan Dads, serta masyarakat perlu memahami bahwa virus dengue terdiri dari empat serotipe. Di mana keempat serotipe ini tidak saling melindungi. Artinya, apabila seseorang telah terjangkit satu serotipe, mereka masih bisa terjangkit serotipe yang lain.
“Jadi seseorang bisa mengalami DBD selama 4 kali, dengan serotipe berbeda-beda sepanjang hidupnya , dan infeksi yang kedua dan seterusnya berpotensi lebih parah. Bahkan bisa menyebabkan kematian,” papar Prof Sri.
Virus Dengue (DENV 1, 2, 3, dan 4) semuanya ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk ini memiliki sifat khusus, yaitu suka kebersihan, tidak bisa terbang jauh, dan suka menggigit orang sekitar saat ditepuk. Karena sifatnya ini, dengue memiliki reputasi nyamuk yang bisa hidup di lingkungan perumahan yang bersih. Inilah mengapa penyakit DBD bisa menyerang siapa saja tanpa memandang status sosial dan usia.
Gejala DBD pada Anak dan dan Tanda Bahaya yang Perlu Diwaspadai
Lebih jauh Prof. Sri menjelaskan, orang tua harus memahami perjalanan penyakit DBD, terutama pada anak-anak. Mums mungkin sudah tahu bahwa perjalanan penyakit DB atau DBD itu menyerupai grafik tapal kuda.
Fase demam (1-3 hari)
Fase ini merupakan tahap awal DBD. “Di fase ini gejala yang paling sering adalah demam tinggi tanpa batuk pilek. Demam akan disertai nyeri otot, pusing, dan nyeri di belakang bola mata. Tapi anak-anak di bawah 1 tahun belum bisa bicara dan mengatakan keluhannya, jadi orang tua wajib waspada jika anak mendadak demam tanpa batuk pilek, disertai mual muntah dan lesu,” jelas Prof. Sri.
Fase kritis ( hari ke-4 sampai 5)
Fase ini disebut juga fase kritis di mana demam akan turun. Namun, justru ini adalah fase kritis di mana demam turun, namun terjadi penurunan trombosit yang signifikan dan dapat terjadi ruam kulit dan perdarahan. Menurut Prof. Sri, perdarahan bisa berupa bintik pada kulit, mimisan, gusi berdarah dan sebagainya. “Mimisan yang tertelan akan membuat BAB anak berwarna hitam,” jelasnya.
Fase penyembuhan ( hari ke-6 sampai 7)
Jika ditangani dengan baik , pada fase ini kondisi penderita DBD sudah mulai membaik . Suhu tubuh akan kembali normal bahkan sedikit hangat dan berkeringat , nafsu makan mulai timbul, dan badan mulai terasa segar.
Ingat Tanda Bahaya DBD Ini!
Prof. Sri mengingatkan bahwa ada tanda bahaya yang harus diwaspadai saat anak terkena DBD, terlabih saat anak tidak dirawat di rumah sakit. Tanda bahaya yang dimaksud adalah jika tidak terjadi perbaikan setelah demam turun. Jika anak mengalami salah satu gejala berikut setelah demam turun, segera bawa ke rumah sakit, jangan ditunda:
1. Tidur terus dan lesu
Jika di fase setelah demam turun anak nampak lesu dan tidur terus, maka ini adalah tanda bahaya yang jika tidak segera ditangani dapat membuat anak masuk ke tahap syok.
2. Muntah
Tanda lain adalah mual dan muntah di fase kritis atau setelah demam turun.
3. Perubahan perilaku
Perubahan perilaku seperti lemas, sangat rewel, bahkan marah-marah bisa terjadi setelah demam turun. Jangan abaikan setiap perubahan perilaku anak yang tidak biasa saat terkena DBD.
4. Perdarahan
Amati apakah ada tanda perdarahan pada anak, seperti mimisan, gusi berdarah, dan buang air besar berwarna hitam. Pada anak yang sudah mentruasi, kadang berupa darah menstruasi yang sangat banyak.
5. Jarang buang air kecil
Ketika anak dengan DBD mulai jarang pipis, artinya terjadi kebocoran plasma dan tubuh menyimpan cairan sehingga anak jarang pipis. Ini adalah salah satu tanda bahaya yang harus segera mendapatkan perawatan di rumah sakit.
Pengobatan dan pencegahan DBD
Sampai saat ini tidak ada pengobatan untuk DBD kecuali pemberian cairan. Oleh karena itu, pencegahan menjadi hal yang sangat krusial. Mengendalikan dan mencegah DBD ini menjadi sorotan utama dalam Indonesia Dengue Summit yang diadakan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang DKI Jakarta (IDAI JAYA) didukung oleh PT Takeda Innovative Medicines.
Indonesia Dengue Summit tahun ini adalah yang pertama, untuk meningkatan kapasitas bagi tenaga kesehatan, serta edukasi mendalam bagi masyarakat seputar penyakit Demam Berdarah Dengue/DBD. Acara ini salah satunya mengambil momentum ASEAN Dengue Day yang diperingati pada tanggal 15 Juni setiap tahunnya.
“Tindakan pencegahan yang terintegrasi sangat diperlukan untuk melawan DBD, seperti melalui pengendalian vektor nyamuk. Selain itu, kita juga perlu untuk mencegah infeksi dan melakukan upaya untuk mengurangi keparahan penyakit apabila sampai terjangkit. Salah satu inovasi yang saat ini direkomendasikan oleh beberapa organisasi profesi di Indonesia, baik oleh IDAI, PAPDI, maupun PERDOKI adalah melalui program vaksinasi,” jelas Prof. Sri,
Vaksinasi dengue bisa diberikan mulai umur 6-45 tahun. Dalam tatalaksana DBD yang diterbitkan UKK Infeksi dan Penyakit Tropis IDAI tahun 2023 juga disebutkan bahwa pasien setelah terinfeksi dan rawat inap akibat dengue dapat diberikan vaksinasi 1-3 bulan kemudian.
“Dengan meningkatkan kekebalan masyarakat, akan sangat membantu menurunkan tingkat keparahan serta risiko kematian akibat DBD,” tambahnya. Prof. Sri menambahkan bahwa baru-baru ini WHO telah mengeluarkan rekomendasi untuk mengenalkan inovasi vaksinasi dengue bagi negara atau wilayah dengan intensitas penyebaran DBD yang tinggi ke dalam program imunisasi nasional.
-
# Demam Berdarah Dengue (DBD / DHF)
-
# Demam Berdarah