Ana Yuliastanti
10 November 2024
shutterstock

Vaksin Sekarang Biar Aman Saat Wabah DBD Datang

Kapan wabah demam berdarah dengue (DBD) biasanya terjadi? Dengue bisa terjadi sepanjang tahun, namun melihat dari tahun-tahun sebelumnya, biasanya wabah terjadi di bulan Maret. Sebelum wabah dengue datang, Mums perlu melakukan persiapan pencegahan. Caranya dengan terus menjaga lingkungan agar tidak ada sarang nyamuk Aedes aegypti, dan melakukan vaksin dengue.



Vaksin dengue sudah tersedia untuk anak mulai usia 6 tahun hingga dewasa 46 tahun, baik pernah atau belum pernah terkena DBD sebelumnya. Hal ini dijelaskan oleh Prof. Dr. dr. Soedjatmiko, SpA(K), Msi, Anggota Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) 2004–2024, dalam sesi talkshow HAI FEST Kemenkes, di Jakarta, 9 November 2024.



“Setelah vaksin pertama, kekebalan perlahan akan meningkat. Selang 3 minggu kemudian dilakukan dosis kedua untuk mendapatkan kekebalan yang semakin tinggi. Jadi bulan November-Desember ini saat yang tepat untuk vaksin DBD sehingga saat wabah datang di bulan Maret, kekebalannya sudah optimal,” jelas Prof. Miko.

Baca juga: Vaksin Melindungi Anak dari Gejala Berat dan Rawat Inap Akibat Demam Berdarah



Bagaimana melindungi anak di bawah 5 Tahun dari Dengue?

Vaksin dengue dapat melindungi seseorang hingga 84% dari penyakit DBD, artinya memang masih ada peluang untuk bisa terkena DBD. Hanya saja, umumnya gejalanya ringan bagi yang sudah mendapatkan vaksin.



Menurut Prof. Miko, saat ini BPOM sudah memberikan ijin vaksin DBD untuk usia 6-45 tahun. Hal ini karena sekitar 50% kasus kematian akibat dengue terdapat pada kelompok anak sekolah usia 5-14 tahun. Anak-anak di bawah 5 tahun belum bisa vaksin. Bagaimana melindungi di kecil yang belum boleh vaksin dari DBD? Berikut ini saran dari Prof. Miko:



1. Jaga lingkungan bebas sarang nyamuk

Untuk mencegah agar anak (maupun orang dewasa) tidak terserang virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk, maka penting untuk memberantas sarang nyamuk secara berkala di semua sudut rumah. (Pemberantasan Sarang Nyamuk) dilakukan dengan 3M Plus (Menguras, Menutup tempat penampungan air, dan Mendaur-ulang barang-barang bekas) serta ditambah (Plus) menaburkan larvasida pembasmi jentik.



2. Menanam tanaman anti nyamuk

Memelihara tanaman pengusir nyamuk dan ikan pemakan jentik menjadi salah satu solusi mengusir nyamuk, termasuk nyamuk penyebar virus dengus. Contoh tanaman pengusir nyamuk adalak lavender, serai, daun pandan wangi, dan bunga geranium.



3. Losion anti nyamuk

Selain itu, masing-masing keluarga juga perlu lebih waspada dalam mencegah gigitan nyamuk dengan menggunakan lotion pengusir nyamuk, obat nyamuk, pakaian lengan panjang, celana panjang dan kelambu.



4. Jangan tolak program nyamuk ber-Wolbachia

Saat ini pemerintah sudah melakukan program menyebarkan telur nyamuk ber-Wolbachia, yang penelitiannya telah dilakukan di 10 negara sejak tahun sejak 2006. Dengan nyambuk ber-Wolbachia, maka rantai pekermbangbiakan nyamuk Aedes aegyti bisa diputus. Namun efek nyamuk ber-Wolbachia ini baru akan dirasakan manfaatnya dalam 1-2 tahun setelah disebar.



Masih Belum Banyak Orang Melakukan Vaksin

Lebih lanjut Prof. Soedjatmiko menyampaikan, “Masyarakat juga dapat mempertimbangkan pencegahan inovatif sebagai tambahan seperti imunisasi dengue. Vaksin dengue yang ada saat ini sudah mendapat ijin BPOM, dapat melindungi karena terdiri dari 4 serotipe dengue, dan direkomendasikan oleh IDAI sejak tahun 2023. Anak dan dewasa yang pernah terjangkit salah satu jenis virus dengue, masih dapat terjangkit jenis lainnya, dan infeksi berikutnya gejalanya bisa lebih berat. Karena itu, konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan rekomendasi vaksinasi dan mencapai perlindungan yang optimal.”



Dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Nasional (HKN) 2024, PT Takeda Innovative Medicines mengajak masyarakat untuk lebih sadar akan ancaman dengue. Andreas Gutknecht, Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, mengungkapkan, sosialisasi tentang edukasi DBD dan vaksin sudah dilakukan sepanjang tahun ini. Jalan untuk memerangi dengue hingga tercapai nol kematian di tahun 2030 masih sangat panjang.

“Semua upaya kami fokuskan untuk mencapai tujuan kesehatan masyarakat tersebut bersama dengan Kementerian Kesehatan dan banyak mitra lainnya yang bekerja sama dengan kami.”



Ia menambahkan, “Kita perlu mengedukasi masyarakat Indonesia tentang bahaya demam berdarah, dan berbagai cara pencegahannya. Jadi, saya pikir dalam hal edukasi, kita telah mengambil langkah besar. Terkait dengan pencapaian tujuan nol kematian dengue pada tahun 2030, jalan yang harus kita lewati masih panjang. Masih sangat sedikit orang yang telah divaksinasi. Namun demikian, ada banyak alasan juga untuk tetap optimis. Kami melihat banyak keluarga yang mulai mengambil tindakan. Selain itu, kami melihat mulai banyak perusahaan yang melakukan program vaksinasi bagi karyawan mereka. Dan kita (Indonesia) telah memiliki 3 program vaksinasi dengue publik di Balikpapan, Samarinda, dan Probolinggo. Jadi, kita memiliki momentum yang luar biasa dan kami akan terus bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan serta mitra lainnya untuk mencapai tujuan penting tersebut.



Insiden dengue secara global mengalami peningkatan cukup signifikan selama dua dekade terakhir. Dari tahun 2000 hingga 2019, Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat lonjakan sepuluh kali lipat dalam kasus yang dilaporkan di seluruh dunia, dari 500.000 menjadi 5,2 juta. Di tahun 2024, sampai dengan 30 April, lebih dari 7,6 juta kasus telah dilaporkan kepada WHO, termasuk 3,4 juta kasus yang dikonfirmasi, lebih dari 16.000 kasus yang parah, dan lebih dari 3.000 kematian.

Menurut WHO, Indonesia juga mengalami lonjakan kasus demam berdarah, dengan 88.593 kasus terkonfirmasi dan 621 kematian per 30 April 2024 – sekitar tiga kali lipat lebih tinggi dari periode yang sama di tahun 2023. (AY)

  • # Demam Berdarah Dengue (DBD / DHF)
  • # Demam Berdarah
  • # Vaksin Dengue