Puncak Musim Hujan Tiba, Antisipasi Demam Berdarah pada Anak
Bulan November ini, hujan mulai turun hampir setiap hari. BMKG memprediksi bahwa puncak musim hujan 2025 di Indonesia diperkirakan antara November dan Desember 2025. Apa sih yang paling orang tua takutkan setiap musim hujan? Salah satunya penyakit demam berdarah yang biasanya meningkat.
Menurut Prof. Dr. dr. Hartono Gunardi, Sp.A(K), Ketua Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), musim hujan perlu diwaspadai karena genangan air atau air dalam barang bekas tempat berkembang biak nyamuk Aedes aegypti, penyebar virus dengue.
“Demam berdarah dapat terjadi pada siapa saja. Tetapi anak-anak adalah termasuk golongan paling rentan. Sekitar 43% kasus dengue terjadi pada golongan usia <14 tahun dengan proporsi kematian terbesar antara 53% terjadi pada golongan usia 5-14 tahun,” jelas Prof. Hartono dalam acara Media Briefing “Urgensi dan Kepemimpinan Indonesia dalam Perjuangan Melawan Dengue” di Jakarta, 1 November 2025. Acara ini merupakan kolaborasi Kemenkes, Koalisi Bersama (Kobar) Lawan Dengue dan PT Takeda.
Mengingat kembali apa itu Demam Berdarah Dengue (DBD)
DBD adalah penyakit infeksi yang disebabkan virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Ada 4 jenis virus dengue dan seseorang dapat terinfeksi virus dema berdarah yang berbeda, sehingga dapat terinfeksi berkali-kali. Jika terinfeksi kedua kalinya, dapat meningkatkan demam berdarah yang berat.
Nyamuk Aedes menggigit di pagi dan sore hari, di mana anak-anak sedang aktif bermain, atau tidur siang.
“Gejala DBD paling umum adalah demam. Hampir 93% anak yang terinfeksi virus dengue mengalami demam, kemudian muntah, mual, lemas, lesu, dan justru tidak semuanya mengalami gejala bintik-bintik merah di kulit,” jelas Prof. Hartono.
Tanda Bahaya DBD
Berikut ini tanda bahaya yang harus diwaspadai saat anak terkena DBD:
- Muntah terus menerus
• Nyeri perut hebat
• Kesadaran menurun
• Hepatomegali (pembesaran hati)
• Pendarahan (mimisan, pendarahan gusi, bintik merah, pendarahan selaput bening mata )
• Akumulasi cairan
• Peningkatan hematokrit (% darah merah) dibanding sebelumnya disertai penurunan cepat jumlah trombosit.
Satu hal yang harus Mums catat adalah, demam berdarah mengenal fase kritis, biasanya di hari ke 4 atau 5. Ditandai dengan demam turun. “Demam turun bukan berarti sembuh dari demam berdarah, jutru ini adalah periode kritis dan anak membutuhkan perawatan di rumah sakit,” tegas Prof. Hartono.
Penyebab kematian tersering adalah syok atau renjatan yang terjadi pada hari ke 4-5 demam. “Seperti diketahui, Demam Berdarah Dengue memiliki tiga fase: 1-3 hari pertama merupakan fase demam; hari ke-4-5 adalah fase kritis; dan hari ke-6-7 adalah fase penyembuhan. Bila demam turun pada hari 4-5 bukan berarti sembuh 100% tapi perlu diwaspadai kemungkinan terjadinya syok. Orang tua perlu berhati-hati dan waspada terhadap adanya syok dalam fase kritis. Bila anak tampak lemas, pucat, kaki tangan dingin, nyeri perut hebat perlu segera berobat ke fasyankes terdekat,” jelas Prof. Hartono.
Penyebab gejala DBD berat pada anak dan pencegahannya
Menurut Prof. Hartono, ada beberapa faktor risiko gejala DBD berat pada anak, yaitu demam > 4 hari, terlambat diterapi atau dibawa ke rumah sakit, dan anak yang obesitas.
Sampai saat ini belum ada pengobatan yang terbukti dapat menyembuhkan dengue secara langsung. Penanganan difokuskan pada pengelolaan gejala seperti menghilangkan demam, mual, dan sakit kepala dan terapi penggantian cairan.
Oleh karena itu, pencegahan dengue sangatlah penting, termasuk menjaga kebersihan lingkungan, menjalankan program 3M plus terutama di musim hujan penting untuk mengurangi populasi nyamuk.
WHO menyerukan agar vaksinasi menjadi bagian dari strategi terpadu. Vaksinasi dengue dapat diberikan mulai usia 4 tahun. Pasien yang pernah terkena DBD tetap bisa imunisasi dengan jarak 3-6 bulan setelah infeksi.
Derek Wallace seorang peneliti vaksin dan kini menjabat sebagai President Global Vaccine Business Unit, Takeda Pharmaceuticals menelaskan, vaksin bisa menurunkan beban penyakit demam berdarah,
“Mungkin bukan untuk benar-benar memberantas, tetapi untuk mengelola dan secara signifikan mengurangi beban penyakit. Misalnya, pada tahun pertama setelah vaksinasi, dapat menurunkan angka rawat inap hingga 95%. Artinya, saat terjadi wabah, jumlah pasien yang perlu dirawat di rumah sakit akan jauh lebih sedikit,” jelasnya.
Mengurani beban rumah sakit ini sangat penting terutama menghadapi puncak musim hujan dan demam berdarah. Menurut Derek, tantangannya adalah saat terjadi wabah dengue. “Ssistem rumah sakit menjadi kewalahan. Akibatnya, penyakit yang seharusnya mudah ditangani pun bisa menjadi sangat berbahaya. Hal ini juga berdampak pada penanganan penyakit lain karena tempat tidur rumah sakit sudah penuh,” ujarnya.
-
# Demam Berdarah
-
# Demam Berdarah Dengue (DBD / DHF)
-
# Kesehatan anak